Kanaya memperlihatkan gambar yang dilukisnya dengan baik.
"Dia pernah ada di Bumi Prasejarah," Raya menjelaskan.
"Menarik,"kata Hasrul. "Itu memang dimungkinkan di Intersellar. Dia pernah di koloni mana?"
"Ayah, ibu dan neneknya dari Planet Titanium," Bagus menambahkan.
"Para founding father dan mother  kami memberi catatan soal ekspedisi Guru Minda ke Titanium. Proyek Banggai dilakukan 20 tahun kemudian, setelah Bandung kewalahan. Sementara Bumi sedang menghadapi masalah lingkungan akibat perang nuklir dan akan jatuh ke tangan para warlord," papar Farhana.
"Pesawat aku diserang sesuatu entah pesawat dari sesama koloni manusia atau alien. Lima belas awak tewas. Aku terdampar ke Bumi dan ada dua awak lain entah siapa mengggunakan sekoci masuk lubang cacing entah di planet mana."
"Kami sudah baca laporan. Begitu Presiden tiba dari Pulau Kejora, kami akan mengadakan rapat soal pertahanan Kuantum XX. Ini tidak bisa dibiarkan. Baik sesama koloni manusia atau alien, tetap saja itu ancaman. Ada lagi?"
Cynthia Hadju melihat wajah Raya sahabatnya masih gelisah. Dia ingin tahu kabar tunangannya.
"Dia minta penjelasan soal Greg, Gregorius Hendro Prasetyo, kapten kapal yang mengangkut ikan QQ untuk keperluan obat, Pak Menteri. Aku bisa menjelaskannya, tetapi ada yang lebih berwenang," kata Cynthia.
Raya menoleh."Buruk, ya?"
"Aku ikut berduka Raya. Tunanganmu hilang, tiga bulan setelah Anda pergi sebagai duta perdamaian antar koloni. Kapalnya diserang dalam perjalanan dari Kepulauan QQ ke Kota Mahameru, kota di perbatasan koloni. Awak yang selamat hanya satu orang, hanya melapor mereka diserang siren. Tapi penyelidik Letnan Vincent Pao mencurigai terkait oleh suatu sindikat rahasia yang disebut sebagai Lanun Hitam."