"Jelas kan mengapa sepak bola sulit dikembangkan di sini. Anginnya terlalu kencang, bola ditendang melayang jauh. Tetapi in door kami bisa," Â papar Raya.
"Jagungnya enak nih?" ucap Purbaendah.
"Kalian akan dijamu panganan jagung, sagu dan ikan-ikan yang kami budidayakan dari Bumi. Juga mahluk laut dari planet ini yang aman dimakan manusia," ujar Cynthia. "Ada mahluk serupa ikan yang dimasak dengan bumbu rica-rica. Aku yang akan menghindangkannya untuk kalian."
"Thia ini gemar memasak. Sepuluh tahun lebih kami tidak ketemu, sejak aku berangkat," kata Raya. "Masakannya yang paling enak ialah nasi bakar daun pisang yang diramunya dengan suwiran ikan atau ayam."
Thia hanya tertawa. "Kalau di sini kamu sudah hilang lima belas tahun. Jadi aku lebih tua dari kamu, Raya?'
"Kamu juga jadi muda karena ikan QQ?"
"Aku mengkonsumsi sesuai takaran," jawab Thia.
Usia Cynthia seharusnya 40 tahun, tetapi tampak seperti umur 25 tahun. Tingginya sekira 165 sentimeter, terpaut hanya dua sentimeter di bawah Raya. Â Hanya saja kulit Cynthia lebih putih nyaris seperti bule ditambah dengan warna rambutnya dicat pirang.
Ketika berdiri bersama Raya menjadi kontras, karena  kulit Raya menjadi kehitaman. Rambut Raya lebih pendek, raut wajahnya keras, walau tidak menyembunyikan kecantikannya.
Atep menatap Cynthia. Rupanya dia  terpesona dan terkena auranya. Perempuan itu hanya tersenyum. Raya melotot dan memberi isyarat tidak menatap terlalu lama.
"Berapa populasi di Quantum XX?" tanya Atep dengan sigap mengalihkan perhatian.