"Selamat kembali Raya. Saya masih seorang anggota dewan ketika Anda diberitakan hilang," ujar Hasrul. "Laporan Anda mengenai apa yang terjadi dan perkembangan Bumi kini kami pelajari. Tapi soal alien itu sudah kami ketahui. Pesawat cakram ini pernah tampak tiga tahun lalu. Tapi mereka tampaknya hanya mengamati. Kalau pun mendarat tidak di koloni yang didiami manusia."
"Bukan satu-satunya pesawat asing yang melintas, ada juga pesawat berbentuk batu panjang raksasa beberapa bulan lalu, tetapi kemudian pergi. Mereka tidak suka pada cuaca yang panas ini. Tetapi mungkin di utara yang lebih dingin," sambung Farhana.
"Kalian siap dengan kemungkinan buruk?" tanya Raya.
"Siap. Tiga puluh V-Cakrawala sudah dipersenjatai penembak sinar merah yang bersuhu seribu derajat celcius. Logam mana pun akan meleleh terkena tembakannya. Tapi baru itu, kita nggak tahu apa iya alien itu menjadi ancaman," kata Hasrul.
"Ada cerita di Bumi ada dua jenis alien yang menyerang manusia. Bukan yang cakram, tetapi yang berbentuk batu itu. Mereka adalah mahluk yang dicerita dalam mitologi kita sebagai vampir."
"Menarik. Masuk akal mereka takut dengan matahari yang terik."
"Kabarnya mereka menyerang pada malam yang pekat, tetapi dengan cahaya lampu cukup bagi mereka memburu mangsanya."
"Satu lagi?"
"Pesawatnya berbentuk piring bersusun. Mereka menghancurkan berapa kota Bumi ratusan tahun yang silam dan membawa sejumlah manusia entah untuk apa. Lalu menghilang. Kedua mahluk itu menyerang belahan utara Bumi," terang Raya.
Kanaya mendengarnya dengan seksama. Dia mencatat di tablet virtualnya. Lalu dia memperlihatkan sebuah dokumen secara tiga dimensi.
"Yang seperti  vampir itu mungkin sudah beberapa kali singgah di Indonesia dan negeri lain di Bumi dulu. Berapa orang ayahku pernah ditemukan dengan tubuh mengering."