Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pangandaran 1950-1965, Perkembangan Pariwisata dan Gangguan Keamanan

4 Maret 2022   20:48 Diperbarui: 4 Maret 2022   20:55 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Pantai Pangandaran menurut Buku Djawa Barat, 1953. Mungkin diambil sebelum perang.

Kebun Kelapa sejak 1947 hingga 1951 tidak dikerjakan sendiri melainkan disewakan kepada pengusaha swasta kepunyaan bangsa Indonesia. Si penyewa tidak pernah mengadakan perbaikan dan dipelihara. Oleh pengusaha itu buahnya diambil sebanyak mungkin dan dijual ke pasar bebas

Pemerintah pusat seolah-olah hanya memikirkan bagaimana lahan kepala ini memberikan hasil sebanyak-banyaknya untuk diekspor  tanpa memikirkan bagaimana kesukaran yang dihadapi oleh pihak yang melaksanakannya. Biaya eksploitasi mencapai Rp50 ribu  per bulan.

Setelah  pemberontakan DI/TII berakhir pada 1962 dengan tertangkap Kartosuwirto, maka keamanan di Jawa Barat pulih. Hal membuat gairah untuk mengeksplor wisata di Priangan berkembang.

Niti Tour sejak berdiri di Bandung tidak henti-hentinya berkampanye menawarkan trip-trip mingguan mengajak orang berkunjung ke objek wisata di Jabar, yang paling sering adalah ke Pangandaran, di antaranya dengan menggandeng mahasiswa.

Iklan perjalanan wisata yang digadang Niti Tour Pangandaran Trip untuk tanggal 28 Maret harga Rp3.900 dengan hotel kelas I dimuat di Pikiran Rakjat pada 10 Maret 1964.

Pada pertengahan 1964, Himpunan Penggemar Trip menawarkan Pangandaran Trip dengan rute perjalanan melewati Cipanas Garut, mengunjungi pemandian air panas yang disebut penuh khasiat.

Darmawisata ini berlangsung selama empat hari sejak 17 hingga 20 Juli 1964. Biaya perjalanan Rp6.500 termasuk penginapan dan makan 8 kali. Iklan promosi dipajang beberapa kali di Pikiran Rakjat pada Juni dan Juli 1964. Antara lain berbunyi:

"Suatu darmawisata ke pantai dengan alamnya yang indah permai, hawanya yang bersih sehat, lautnya yang sejuk segar, memberikan kemungkinan berolahraga."

Berenang mengedar ombak, berdayung naik perahu dan pula di Penandjung Anda dapat menyaksikan dari tempat ketinggian di suatu tempat pengintaian binatang buas banteng, di situ pun Anda dapat menyaksikan taman laut yang indah laksana akuarium, goa-goa artistik penuh staglagnit, di Batu Hiu Anda bisa menyaksikan pantai dan alamnya yang permai...."

Niti Tour bekerja sama dengan Depari Jawa Barat membina para mahasiswa menambah wawasan kepariwisataan. Di antara yang digandeng ISCT (Indonesian Students Council for Tourism) yang didirikan sejak 1959. Pada 1964 diberangkatkan 300 peserta dan 1965 diberangkatkan sebanyak 450 peserta.

Nititour juga mengajak warga Bandung untuk berwisata ke luar Jabar. Misalnya saja Djawa Bali Round Tour dengan tarif Rp46.500 berangkat 13 November 1964 lama perjalanan 9 hari, bus serbaru, menginap di Salatiga, Tretes, Bali, Batu, Yogyakarta. Acara meliputi objek wisata dan juga melihat kesenian di Jawa dan Bali.  Biaya  disebutkan termasuk akomodasi dan makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun