Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pangandaran 1950-1965, Perkembangan Pariwisata dan Gangguan Keamanan

4 Maret 2022   20:48 Diperbarui: 4 Maret 2022   20:55 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Pantai Pangandaran menurut Buku Djawa Barat, 1953. Mungkin diambil sebelum perang.

Administrasi Pemerintahan RI bukan saja di desa tapi juga di kewedanaannya masih berantakan dan tidak lancar. Wedana Amas baru saja ditempatkan di kewedanaan itu dan tadinya adalah wedana yang diberbantukan di Bogor.

Sebelum wedana itu ditugaskan menyusun pemerintahan di daerah tersebut praktis aparatur pemerintahan tidak berjalan di kewedanaan itu.  Menurut keterangan wedana tersebut pernah seorang camat di Kecamatan Cijulang itu ditipu  selama lima tahun oleh lurahnya yang ternyata paling setia membantu Gerombolan Darul Islam.

Dalam laporannnya Jacob mengatakan,Mayor Suryo Sumpeno, Komandan Batalyon 608 yang berkedudukan di Cijulang belum bisa memberikan keterangan kepada wartawan karena baru saja melakukan timbangterima pimpinan dari Batalyo 604 ke Batalyon 608.

Salah satu faktor yang menyebabkan besarnya pengaruh gerombolan di sekitar kewedanaan tersebut adalah karena tokoh-tokoh DI yang kini memegang pimpinan tersebut  berasal dari Cijulang.

Di antara mereka  Residen DI untuk Priangan Timur Dede Katamihardja berasal dari Cijulang dan Bupati Affandi berasal dari Desa Cigugur. 

Kedua tokoh DI itu, dari sejak dulu sebelum pemberontakan meletus, telah dikenal sebagai oleh rakyat di sana sebgaai pemimpin yang banyak memperjuangkan kepentingan rakyat.  Lagipula kedua tokoh DI itu dan berapa pejabat lainnya banyak mempunyai "family verband" dengan rakyat daerah tersebut.

Cijulang adalah daerah yang sangat strategis dan baik dipergunakan untuk lapangan geriliya sehingga kekuatan gerombolan akan sukar dilumpuhkan kalau tidak dihadapi secara sungguh-sungguh dan berencana.

Suatu istilah yang kini sangat populer di kalangan rakyat Cijulang ialah Kongres  Kata-kata itu dipergunakan sebagai ejekan terhadap orang-orang yang bermuka dua. Kongres adalah kependekan dari Kong  dan Res.  Jadi kalau Pemerintah RI menanyakan sesuatu kepada rakyat, mereka selalu mengatakan beres, dan terhadap gerombolan menyokong.

Jangan tanya jalan-jalan yang menghubungkan antara banjarsari-Padaherang-Pangandaran dan Cijulang, masih bagus lagi Jalan Pagarasih-Bandung. Ketika hujan kendaraan umum atau bis tidak berani menempuh trayek itu, karena di samping jalannya sangat rusak, juga gangguan gerombolan.

Pikiran Rakjat 6 September 1956 juga melaporkan suatu serangan gerombolan bersenjata sekitar 400 orang ditujukan kepada pos polisi Pandangandaran dan Desa Cikebulan mengakibatkan 82 rumah dan bangunan habis dibakar, 29 rumah digaron serta menimbulkan kerugian materil sebesar Rp432 ribu, sementara korban jiwa 4 tewas dan 32 luka berat.

Pertempuran juga terjadi di kota Pangandaran (kecamatan)  terjadi pertempuran di mana pihak gerombolan menyerah, 77 rumah penduduk dibakar, istri camat Pangandaran tewas dua anggota TNI dan OKD luka-luka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun