"Rini sudah mandi, sudah berpakaian, sudah makan dan kini dia tidur di kamar dokter."
"Terima kasih, Prapto!" Lalu saya menyusul mandi dan salat Zuhur, lalu makan ditemani Prapto.
Saya kemudian menengok Rini. Bocah itu terbangun ketika saya masuk. Dia memberikan senyum cantiknya menambah ayu wajahnya. Dia tidak lagi tidur di balai-balai tetapi ranjang yang empuk. Lalu dia melompat dan memeluk saya.
"Mau jadi Romo saya?" pintanya.
Saya mengangguk, lalu menggendongnya ke luar. Sayang saya hanya bisa menyelamatkan satu Rini. Itu pun karena tidak telat datang. Hanya lima belas menit saya menggendong, tiba-tiba seorang pria datang tergopoh-gopoh.
"Assalamulaikum!" ucapnya.
Saya mengenal sebagai Haji Rahim., pegawai sebuah jawatan di Kota Malang.
"Walaikumsalam!" jawab saya.
"Saya minta tolong, istri saya mau melahirkan. Rumah sakit penuh dengan pasien pes. Saya takut istri saya ketularan," katanya langsung.
Lalu saya memberikan Rini pada Prapto. Anak itu seolah mengerti dan membiarkan dirinya di pelukan Prapto.
Saya mengikuti Haji Rahim menaiki dokar menuju Kampung Kauman tempat tinggalnya. Saya segera bergegas memasuki rumah yang cukup besar, ke kamarnya.