"Ambu ingin ikut ke kabandungan. Ada sesuatu mungkin rahasia negeri ini, bisa juga rahasia kita. Aku juga ingin tahu siapa orang kita yang ada di sana, kalau itu dari Titanium."
Ira dan Mayang juga nimbrung."Kami juga."
Aku juga penasaran.  Purbararang diintrogasi, apa yang dia ketahui  tentang Kabandungan.  Tetapi dia tidak pernah ke sana. Selama ini dia tahu beres.
"Yang aku tahu Purbaendah punya kamar yang tidak boleh dimasuki siapa pun termasuk aku, kalau ingin dapat persekutuannya."
"Tunjukan kamar dia!"
Patih Uwak Barata mengangguk setalah Purbaraang juga mengangguk. Purbasari juga ingin tahu.
"Bagaimana pun Kak Purbaendah yang melindungiu waktu diusir ke Cupu Mandalayu."
Kami bergerak menuju kamarnya. Â Penjaganya bernama Gugun mulanya keberatan. Tapi setelah mengetahui situasi dia membiarkan.
Kamarnya luas selayaknya kamar putri istana. Â Tetapi isinya tidak seperti itu. Â Ya, ada tempat tidur. Tetapi di meja riasnya sama sekali tidak ada ramu-ramuan, melainkan sejumlah kotak yang menyerupai peralatan yang harusnya tidak ada di zaman ini.
Yang menarik perhatian aku dan Ambu ialah sebuah alat berbentuk laptop virtual dengan sejumlah mikropon. Â Ira memerikasanya. "Mirip yang ada di akademi pilot. Dia meraba tombol."