"Setidaknya dia kalah secara satria, lebih bagus dari siapa itu yang namanya Romawi itu..Oh, Crassus," kata  Samuel.
Purbararang tertunduk dengan wajah merah padam. Â Purbamanik juga takut. Tetapi Purbasari malah memeluk mereka berdua seperti layaknya saudara.
Aku juga terharu, apalagi melihat Purbararang hamil. Â Dia sudah menikah dengan Indrajaya. Â Sebaiknya aku geram dengan suaminya yang semudah itu melarikan diri.
"Ke mana mereka kabur Kakak?" tanya Samuel lembut.
"Kabandungan. Purbaendah dan kekasihnya di sana," jawab Purbararang.
"Waduh, masih panjang ini urusan. Itu Suami kakak kurang satria."
Aku duduk di sebuah bangku diikuti Gigin. Â "Anjeun yakin Purbaendah tidak menyerah atau melawan kita."
"Kalau dia mau dia sudah menyerang ke Cupu Mandalayu," kata Patih Uwak Batara. "Sudah enam bulan di sana tanpa kabar. Dia berani menentang keinginan Purbararang dan Indrajaya ketika ingin menetap di Kabandungan."
Belakangan aku tahu penyebab hancurnya pasukan Pasir Batang. Purbakencana dan  Purbadewata datang ke ibu kota membawa pengawalnya masing-masing yang menyertainya ke negeri orang.  Keduanya melapor ke purbasari. Istriku senang saudara-saudaranya berkumpul kembali walau ada yang berseberangan.
"Sayang Purbaendah tidak di sini."
                                          Â