Di luar Purbararang, Purbamanik, serta Purbaendah di satu pihak, dengan Purbasari dan Prubaleuwih di pihak lain, sebetulnya ada  Purbakencana dan Purbadewata. Tetapi keduanya  sedang  menjadi duta di tempat jauh ketika prahara terjadi, berapa bulan setelah Tapa Agung turun tahta.Â
"Tapi ada kabar mereka memihakku dan mencela tindakan Purbararang. Apalagi semua pejabat sudah menyetujui," ucap Purbasari.
"Karena Indrajaya?"
"Iya, laki-laki dari negeri asing itu mampu memikat kakak Purbararang. Â Ibunya sebetulnya dari negeri Pasir Batang dan ayahnya pedagang besar. Â Kang Indrajaya punya ambisi besar ingin mengeruk banyak kekayaan dengan memanfaatkan kakakku dengan menaklukan negeri lain. Cocok juga dengan pikiran Purbararang yang menilai ayahnya terlalu lemah terhadap negeri lain. Padahal Pasir Batang adalah negeri yang kuat."
"Kakakmu butuh tunangannya untuk membiayai peperangannya, Indrajaya mampu mendatangkan tentara bayaran dengan emas?"
Purbasari mengangguk.
"Nyi Ronde siapa?"
"Resminya penasehat Purbararang. Dia juga orang asing. Dia punya senjata dari tongkatnya mengeluarkan cahaya yang mampu melumatkan tubuh manusia, rakyat kami mengira punya sihir."
"Nggak ada itu. Dia punya ilmu pengetahuan dan teknologi," sela Samuel Wanggai. "Kami juga bisa mengajarkan rakyat Cupu Mandalayu seperti itu, tetapi untuk apa?"
"Iya, aku setuju ilmu pengetahuan dan yang anjeun  sebut sebagai teknologi kalau digunakan serampangan bisa membuat manusia tak ubahnya jadi lalim bahkan jadi setan. Itu sebabnya aku hanya ingin ilmu untuk membuat padi jadi berlipat ganda, peternakan ayam, sapi dan ikan. Tidak merusak hutan. Itu juga ajaran ayahku."
"Tetapi bukankah senjata juga perlu untuk mempertahankan diri?"