Friksi  antar gerakan mahasiswa sudah terasa  pada akhir Maret 1963  ketika Pimpinan PMII Bandung Tubagus Abbas Saleh menuding  adanya golongan tertentu untuk kepentingannya  menuduh siapa saja yang tidak disenanginya dengan julukan anti manipol.  Â
Awal Juli 1963  organisasi ekstra kurikuler mahasiswa di Bandung pecah, ketika Sidang Presedium PPMI (Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa indonesia) Konsulat Bandung memutuskan untuk  sementara  membekukan gerakan itu.
Langkah  ini  merupakan perintahdari  pimpinan pusat PPMI di Jakarta, Bambang Kusnohadi yang juga adalah Ketua Umum GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), membekukan PPMI Konsulat Bandung,  yang sebetulnya akibat dari Peristiwa 10 Mei 1963.
Sebanyak 11 organisasi mahasiswa di Bandung, di antaranya Gerakan Mahasiswa Bandung, Ikatan  Mahasiswa Bandung (Imaba), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia dan Perhimpunan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), hingga Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (Gemsos)  menolak keputusan itu.  Mereka berhadapan dengan GMNI, CGMI dan Gerakan Mahasiswa Indonesia (Germindo).Â
Pada waktu itu Presidium PPMI Konsulat  Bandung dengan  Ketua Umumnya Awan Karmawan Burhan  dan Sekum RFXM Djoko Soedibjo.  Dengan  pembekuan  ini sebetulnya, PPMI Konsulat Bandung tidak bisa dikuasai CGMI, GMNI, Perhimi dan Germindo. Â
Mahasiswa Bandung ini kemudian  membentuk Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Indonesia atau Mapemi. Kelompok kemudian tidak saja menghimpunan mahasiswa ekstra kurikuler tetapi juga  intra kurikuler untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia. Â
Dalam pernyataannya pada 5 Agustus 1963 Mapemi menyatakan menuju persatuan mahasiswa Indonesia Komisariat Jabar dan tak lupa mencantumkan  persatuan mahasiswa yang progresif  dan revolusioner.Â
Selain itu ada  perguruan tinggi yang menolak sama sama  sekali keberadaan sebuah organisasi  mahasiswa ekstra, misalnya menjelang pertengahan Juli 1963  Dewan Mahasiswa FKIP Bandung menyatakan tidak mengenal adanya CGMI Komisariat Besar  FKIP.
Presiden Soekarno melarang organisasi Gerakan Pemuda Islam Indonesia  mulai Juli 1963, setelah 10 anggota organisasi tersebut terlibat dalam Peristiwa Cikini  pada1957 dan percobaan pembunuhan terhadap Soekarno pada Salat Idul Adha pada 1962.Â
Meskipun organisasi  Islam tersudut dan tidak menyukai kebijakan pemerintah dalam berapa hal, mereka mau  memberikan dukungansebagian  kebijakan Sukarno.  HMI Cabang Bandung   misalnya dalam pernyatannyadi tengah  Mubes yang berlangsung pada 30 Juli hingga  1 Agustus 1963  mendukung Konfrontasi  terhadap  Malaysia.
Pada September 1963 Wampa/Menpen Ruslan Abdulgani  juga singgah di Bandung dan mengajak segenap  mahasiswa untuk menyatakan dukungan terhadap Pimpinan Besar Revolusi Indonesia Bung Karno  dan untuk mengganyang Malaysia, serta menghukum Tengku Abdurahman dan neo imprealismenya.