Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1963, Gerakan Mahasiswa Pasca Peristiwa 10 Mei

20 Februari 2019   11:14 Diperbarui: 26 Mei 2019   22:23 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal yang senada sebetulnya sudah diungkapkan Presiden Sukarno pada pembukaan Kongres Baperki ke VIII di Istora Senayan, Maret 1963 bahwa WNI Keturunan Tionghoa tidak perlu mengganti nama. Yang penting justru kesungguhan mereka menjadi manusia Indonesia.

Sementara   dari kalangan mahasiswa memberikan beberapa tanggapan terhadap  insiden rasial di Bandung, Mei 1963.   Di antaranya konsulat PPMI (Perserikatan Perhimpunan mahasiswa)   Bandung mengeluarkan pernyataan: Bahwa yang sebenarnya terjadi bukanlah bermotifkan rasial, akan tetapi merupakan isu sosial yang diakibatkan gap antara si kaya dan si miskin yang semakin dalam.

Sejumlah refrensi  menyebutkan bahwa kerusuhan rasial 10 Mei 1963  itu digerakan oleh tokoh-tokoh mahasiswa ,  seperti Siswono Yudohusodo (mahasiswa ITB/juga aktivis  GMNI), Dedi Khrisna (mahasiswa Teknik Kimia ITB dan aktivis Persatuan Mahasiswa Bandung (PMB),   Muslimin Nasution (Mesin ITB),  Parlin  Mangunsong (Unpad), Soeripto (mahasiswa Unpad/aktivis Gemsos), serta Rahman Tolleng.

Aparat  bertindak beberapa minggu setelah kejadian.  Sebanyak sembilan orang  yang terlibat Gerakan 10 Mei 1963 telah ditangkap di Jakarta. Menurut Kepala  Komisariat Jakarta Raya  Brigjen Polisi Subud pada Sabtu 6 juli 1963,sembilan orang itu dari kalangan pelajar, mahasiswa, swasta  bahkan pejabat.

Kehidupan Mahasiswa Bandung Dapat Perhatian

Pangdam VI Siliwangi  Ibrahim Adjie dalam ceramahnya  di depan mahasiswa ITB pada Sabtu,  25 Mei 1963  meminta mahasiswa agar spontanitas daripada mahasiswa haruslah diikuti oleh kewaspadaan dan bukan api emosi.  Adjie mengakui adanya pengacau ekonomi, namun meminta mahasiswa melawan dengan ilmu.      

Pasca 10 Mei 1963  akhirnya perhatian berbagai pihak kepada kehidupan mahasiswa meningkat. Misalnya saja, Pikiran Rakjat edisi 29 Mei 1963 mengungkapkan, Departemen Kesejaterahan  DMUP Biro Sandang  Pangan menyediakan tekstil dari Tiongkok, Jepang dan Meksiko untuk mahasiswa Unpad.  Mereka yang membutuhkan menghubungi senat mahasiswa masing-masing.

Sebetulnya ada beberapa kisah menarik dalam peristiwa 10 Mei 1963, yang menunjukkan tidak selalu hubungan antar dua golongan itu bersitegang.  Ketika kampus ITB porak poranda, di mana sejumlah motor dan skuter dirusak dan dibakar,  kampus Farmasi ITB tetap tenteram dan damai. Seorang  mahasiswa bernama Ong Yue Sen sudah lama membantu teman-temannya yang kesulitan memperolah buku dan diktat kuliah, yang waktu itu sulit didapat.

Ong mengetik ulang buku yang dipinjam, kemudian memperbanyak dengan cara stensil. Stensilan itu dijual murah. Selain itu, dia juga berusaha mendatangkan buku-buku terbaru mengenai farmasi terbitan luar negeri.  Dengan cara itu Ong memupuk persaudaraan sekaligus memupus prasangka antarkelompok etnis di kampus itu. Ong kemudian dikenal dengan nama Eddie Lembong.

Pada Sabtu 1 Juni 1963 Tim Pusat Pertahanan  Sipil dan  Wampa Bidang  Ekonomi Bidang Keamanan dan Pertahanan yang diketuai Kompol Drs Legito bersama  lima anggota mengadakan kunjungan ke Unpad guna menelaah kehidupan mahasiswa.   Gubernur Jabar Mashudi juga menyatakan Pemprov Jabar akan memperhatikan kehidupan mahasiswa.

Dalam pertemuan  di Aula  Unpad  Presiden Unpad Soeria Soemantri menyatakan belasungkawa atas meninggalnya  mahasiswa Fakultas Ekonomi  Unpad Eddy  Manail Simatupang  sebagaikorban kecelakaan  dalam peristiwa 10 Mei 1963.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun