Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Salah Asuhan di Zaman Millenial

26 Desember 2017   07:21 Diperbarui: 26 Desember 2017   12:40 14757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Salah Asuhan RCTI (kredit foto: media.iyaa.com)

Hanafi kepada teman se asramanya berkata: "Solok belum banyak yang masuk listrik dan internet masih jarang".  Kenyataan yang masih masuk akal, begitu menyayat hati malah tidak semua orang Indonesia hingga saat ini bisa menikmati listrik, apalagi internet.

Facebook? Harusnya iya. Tapi dalam sinetron ini pihak Corry yang  malas membuka media sosial karena di inboksnya banyak "secret admirer" punya niat mesum.  Lagi-lagi kenyatana pahit era millenial, media sosial bukan lagi media silaturahmi, tetapi hal-hal lain.

Jadi surat jalan satu-satunya.  Ke ibunya lancar, tetapi surat ke Corry ditahan ayahnya. Seolah-olah Hanafi sudah melupakan Corry. Sikap yang berbahaya sebetulnya, begitu tahu apa yang terjadi sebenarnya anak millenial bisa lebih nekad.

Dari pihak Hanafi, hubungan Rapiah dan Hanafi, ditentang Sang Ibu, suami angkunya. Alasannya Rapiah lebih pantas dijodohkan dengan keluarga Sultan (gelar bangsawan yang tinggi dalam budaya Minang). Berapa banyak anak "zaman now" mau diatur seperti itu?

Yang ada berapa banyak berita tentang cewek yang lari dengan teman Facebook-nya, sekalipun kebanyakan berakhir tragis. Justru mereka inilah yang "Salah Asuhan" pada era sekarang, lebih percaya pada apa yang ada di gadget daripada memeriksanya di dunia nyata?

Dalam tayangan perdana Corry dan Rapiah berteman. Mereka kenal dalam suatu insiden. Ceritanya Corry diganggu tiga anak  nakal. Rapiah menolong, tetapi keduanya tidak mampu menghadapi tiga anak itu. Muncul seorang pemuda (saya kira hal yang baru dalam adaptasi ini) menolong  mereka. Entah apa peranannya.   

Hal yang aneh, ialah sosok Mamak atau Angku selalu berpakaian adat. Apa iya masih ada? Saya juga dari keluarga yang dominan Minang, dari pihak ibu maupun ayah tidak ada Angku-angku atau mamak yang berpakaian adat sehari-hari, kecuali di Hari Raya dan perjodohan, pernikahan.

Mungkin karena itu di Solok, ya?  Saya tidak pernah menginjak Sumatera Barat dan "budaya" saya lebih dekat dengan Jakarta atau Sunda, Jawa Barat.

Apakah Semua Pengaruh Barat Salah?

Pada episode kedua Hanafi kehidupan Amerika akhirnya mempengaruhi Hanafi. Setting kira-kira 2010-an, dia sudah meraih gelar master. Tidak jelas Hanafi  bidang apa yang digeluti Hanafi. Dia mulai kenal toast minuman anggur. Hanafi juga sudah kenal smartphone.

Ketika pulang ke Solok awalnya ia senang.  Namun kemudian ia mengetahi bahwa ia sebetulnya sudah diikat perjanjian dengan mamaknya. Dia mulai berani menentang adatnya. Seperti soal hutang budi dengan mamaknya: "Saya akan lunasi hutang Ibu kepada Angku Sutan Batuah!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun