Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Depok, Kota "Pelayan" Jakarta atau Kota Mandiri?

11 Desember 2017   14:25 Diperbarui: 14 Desember 2017   21:54 2618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Sejarah Depok/Foto: Irvan Sjafari.

Tri Wahyuning mengungkapkan permasalahan Depok dari perspektif sejarah dengan data-data kuantitatif, seperti perubahan jumlah penduduk hingga tingkat Kecamatan, jumlah unit perumnas, hingga jumlah UI dengan begitu rinci. Termasuk juga persoalan infrastruktur seperti jalan.  Sumbernya bukan saja arsip, tetapi juga wawancara dengan belasan pelaku sejarah, selain puluhan referensi.

Memandang Depok Saat Ini, Setelah Baca Buku

Meskipun hanya membahas era 1950 hingga 1990-an, buku ini menjadi relevan menjawab pertanyaan apa yang terjadi dengan Depok sekarang. Sampai kapan pun juga tampaknya Depok menjadi kota "dormitory" daripada menjadi kota mandiri karena ada aturan yang menghambatnya seperti yang disebut dalam buku ini.  

Belakangan ini ada wacana Depok masuk Jakarta. Saya sendiri sampai saat ini termasuk orang yang menolak Depok masuk Jakarta, karena itu artinya sama membiarkan keserakahan Jakarta menggerogoti sepetak demi sepetak  Jawa Barat atas nama kepentingan nasional bahkan internasional. 

Habis Depok, bukankah giliran  Citayam dan akhirnya giliran Bogor? Daerah-daerah itu akan diatur demi kepentingan Jakarta, tetapi mengabaikan kepentingan orang daerah itu sendiri.  Saya ragu apa Jakarta mau menyiapkan pendidikan yang baik dan sesuai agar orang daerah bisa memetik manfaat ekonomi bagi warga daerah itu. 

"Jangan hanya jadi tukang ojek dan tukang sapu," kata seorang warga Ciawi yang khawatir dengan rencana komersialiasi Lido.

Saya sudah banyak mendapat cerita bagaimana orang Betawi yang dulu tinggal dan punya tanah di Jakarta kini tinggal di Depok.  Jangan sampai mereka tersingkir lagi. Perluasan ini akan terus berlanjut kalau Depok masuk Jakarta dan orang-orang kampung ini tersingkir.

Saya suka ketika mendapat cerita beberapa orang Betawi di daerah Cinere menolak tanah dan rukonya ditawar oleh pemodal besar. Mereka tahu kalau pengembang apartemen dan hunian kelas menengah membuat harga tanah naik.  Lebih baik mereka mengembangkan usaha di lahan mereka.  Mereka juga menyiapkan pendidikan anak-anak mereka dengan baik.    Jangan sampai yang diikuti hanya gaya hidup konsumtf, tetapi mengabaikan kemandirian ekonomi. 

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun