Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gorontalo 1920-an, Protes Miras, Judi dan Sarekat Islam

4 Desember 2017   17:15 Diperbarui: 4 Desember 2017   17:20 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelabuhan Gorontalo 1920-an (Kredit foto: http://museumsejarahgorontalo.blogspot.co.id/).

Atas djasanja Toean I Lohay selama toean mendjadi Hoofd Onderwijzer dalam sekolah ini, sekalipoen hanja lima boelan lamanja, maka kami aalah perasaan soenggoeh dan jakin menaroeh keperjaan pada toean jang pertama menanam benih jang moelia terhadap perserikatan kami, teroetama kepaad moerid-moerid jang ada sekarang ialah bangsa toean sendiri.  Di sini kami mengangkat topi kepada toean I. Lohay  adalah satoe pemoeda Bone (Gorontalo) jang soedah mendapat didikan sekolah goeroe telah memberanikan  diri toen memberi pengadjaran dalam sekolah.

Lohay adalah guru pemerintah. Dia  mendapat hadiah satu wekker dari murid-muridnya dari perpisahan itu.

HIS Madrasah Qur'an Gorontalo  memberi pelajaran Bahasa Belanda, Bahasa Melayu dan Agama islam. Pembayaran kelas pertama F1,50, kelas dua hingga kelas empat F dan kelas lima hingga tujuh F 2,50. 

Namun bukan berarti tidak tekanan terhadap Sarekat Islam Gorontalo. Pasca pemberontakan PKI 1926/1927 organisasi pergerakan mendapat tekanan.  Kantor SI Goronatlo digeledah. Tokoh SI  (voorziter)  Panamon mengecam dan menyebutkan bahwa kami orang Celebs bukan binatang. Panamon juga aktif   memprotes pelaksanaan belasting di Kampung Bugis. SI Gorontalo sendiri pada waktu itu  mempunyai anggota 5 ribu orang.  

Panamon sendiri menginginkan perbaikan ekonomi umat daripada sebuah konfrontasi dengan pemerintah. Panamon pernah mengajukan permohonan kepada Controleur AM Jansen, penguasa Belanda di Afddeeling Gorontalo agar pihaknya  (SI)  diberikan 300 bahu tanah untuk usaha perkebunan yang digunakan untuk umat.  

Hal lain yang diungkapkan surat kabar Oetosesan Islam masa itu ialah permintaan pembelian percetak (drukkerij) untuk keperluan propaganda Bumiputera kepada orang kaya keturunan Arab Gorontalo. Pada waktu itu keturunan Arab adalah pedagang perantara yang mendapat kedudukan terhormat.  

Ada beberapa pengusaha pemasang Iklan keturunan Arab di Oetoesan Islam , antara lain Firma Bin Joesoef & Co usaha batik asal Pekalongan, Firma Djibran & Co  untuk jenis usaha mesin tulis, lemari besi dan juga agen penjualan mobil merek Chevrolet. Ada lagi bernama SO Bassalamo pengusaha kayu besi dan AB Assagaf pengusaha kain.   

Oeotoesan Islam juga memuat persoalan internal umat.  Misalnya ada keinginan warga Kampung Hulangbatu memindahkan langgar yang berada di halaman Paneo, seorang pedagang.  Paneo melarang warga Salat Taraweh dan membaca kitab karena harus izin kepala agama. Warga mengirim surat kepada Controleur di Gorontalo.

Irvan Sjafari

Sumber primer:

Persaudaraan September-Desember 1926,

Oeotoesan Islam, Juli, 1927

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun