Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gorontalo 1920-an, Protes Miras, Judi dan Sarekat Islam

4 Desember 2017   17:15 Diperbarui: 4 Desember 2017   17:20 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelabuhan Gorontalo 1920-an (Kredit foto: http://museumsejarahgorontalo.blogspot.co.id/).

Perekonomian Rakyat

Persaudaraan Edisi 15 November 1926 Gorontalo kekurangan bibit padi. Asisten Residen Gorontalo memesan dari Tondano sebanyak 100 pikul.  Namun bibit yang diturunkan di pelabuhan Gorntalo hanya satu karung bibit.    

Persaudaraan edisi 13 September 1926 menulis soal kebutuhan dokter hewan (Veer-Arts) di Gorontalo.  Negeri itu mempunyai 30 ribu ekor sapi dan kerbau menopang perekonomian rakyat untuk mengerjakan sawah dan ladang.

Dalam artikel itu diceritakan bahwa komoditas pertanian di Gorontalo terdiri dari padi Sawah dan ladang jagung.  Penulis mengingatkan bahwa sapi dan kerbau yang membantu anak negeri mengejrkan sawah dan ladang harus cukup makan seperti yang ia lihat di Jawa dan Madura.

Selain itu pada  sapi dan kerbau juga terancam oleh penyakit. Penyakit sapi dan kerbau bukan pertama kalinya melanda Gorontalo.  Antara 1913 hingga 1918 sekitar 14 ribu ekor sapi dan kerbau mati diserang penyakit.

Asisten Residen Gorontalo  diberitakan sudah mengajukan permintaan dokter hewan kepada Residen di Manado untuk di tempatkan di Gorontalo.  Untuk menempatkan dokter hewan itu dibutuhkan satu besluit.

Di negeri Gorontalo dan berapa negeri di Sulawesi, memiliki pohon kelapa adalah kekayaan.  Dalam sebuah artikel di Oetoesan Islam, ada soal pembagian warisan menyangkut perkebunan kelapa milik soerang kaya. Ceritanya pada 13 Maret 1927 ada sidang pembagian warisan dari seorang bernama Amili Temeij Ladjoewa kepada ahli warisnya sebanyak 1291 pohon kelapa. 

Jumlah pembagian begitu detail hingga menyebut bilangan pecahan, kemungkian beradasrkan hukum Islam.   Disebutkan isteri pertama dari Amili mendapat 484 1/8 pohon dan isteri kedua 53 1/24 pohon.  Anak laki-laki dari Amili bernama Ladjoewa T. Hapasi dan Padjagaloe masing-masing mendapat 167 1/59 pohon.  Sementara tiga anak perempuannya Niima, Tammida dan Hali masing-masing mendapatkan 83  73/108 pohon.

Sarekat Islam Gorontalo

Tidak terlalu banyak data yang didapat mengenai Sarekat Islam di Gorontalo.  Surat kabar Otoesan Islam di Gorontalo  juga dipimpin oleh pimpinan SI.  Dalam hal ini Panamon.  Organsiasi ini punya sekolah Madrasah Quran.

Pada   8 Juni 1927 murid-murid sekolah SI Madrasah Gorontalo  merayakan hari berangkatnya seorang gurunya bernama  J. Lohay ke Pitu (Ambonia).  Jam 9 pagi  Lohay dijempur 10 murid-murid dalam sekolah tersebut dengan musik dan nyanyian Gorontalo (Celebes).  Setelah musik dan nyanyian berhenti, maka berpidatolah Tuan K. Ponamon  panjang lebar atas jasa Lohay,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun