Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel | Koloni (21-22)

6 Mei 2017   21:37 Diperbarui: 6 Mei 2017   21:51 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Koloni oleh Irvan Sjafari

Harum pulang. Gara-gara perdebatannya dengan Harum. Alif dibantai habis-habisan sebagai seorang feminist dan tidak realistis. Namun perdebatan itu memancing marah Yola, apalagi pendukung Andre bahwa rata-rata perempuan sulit untuk diajak berdaya.

Seminggu kemudian penghitungan suara. Mustaqim mendapatkan 448 suara dan Alif mendapatkan 415 suara. Itu karena  Andre dan Nico mengundurkan diri sebelum penghitungan suara. Mereka memberikan suara pengikutnya untuk Mustaqim. Kalah. Tetapi kubu Alif puas.

Prek”. Yolanda mencibir meledek gambar Andre dengan lampiran surat pernyataan mengundurkan dirinya. “Dasar laki-laki! Munafik.! Sok kiri! Sok pro emansipasi! Mengaku intelektual muda! Di forum  ketahuan dia menunjukkan superioritas laki-lakinya dan dia takut Alif mendapatkan suara perempuan di FIB yang menjadi mayoritas. Sayang Ningrum tidak memihak kita, dia sebarkan gosip tentang kecengengan Alif dengan dia dan itu kelemahan teman kita. Perempuan… ”

“Saya sudah dapat feeling tentang anak itu . Tipe senior-seniornya, radikal di kala mahasiswa, ketika sudah naik dia menjadi konservatif,” gumam Daniel.

Alif yang berada di sebelah mereka malah seperti  tersenyum lega.

“Mengapa sih luh malah senang kalau kalah? Seperti apa sih motif luh maju pemilihan,”

 Sebetulnya patah hati sih? Gueditolak Ningrum….” bisik Alif.Dia mengira teman-temannya bakal marah.

Daniel malah ngakak. Teman-temannya juga tertawa. “Gile luh! Jadi mereka begitu serius melawan orang yang patah hati! Guebayangin  muka Mustaqiim dan Andre bila tahu, bisa nyengirseperti  kuda mendengarnya. Tapi kayaknya luhsudah punya pengagum. Mengapa tidak kau kejar saja ke Bandung? Dia smart, mendingan dia dari Ningrum menurut gue sih?”

“Iya, Lif, anak tingkat satu. Gue kan Mapala, dia anak pencinta alam juga. Bisa gue dapatkan info buat luh?Bagaimana?” Achmady menghibur Alif.

“Entahlah Bro! Rasanya ada yang menakutkan di matanya. Aku menatap matanya dalam beberapa detik. Dia sepertinya bukan bidadari impianku. Selain itu aku rasa ada yang dia inginkan dari aku dan itu bukan cinta. Feelingaku, dia mungkin terkait dengan hidupku nanti. Tetapi bukan sebagai pasangan kekasih…”

 “Woow.wwoow. !” kata Achmady. “Sok futuristik..Milih-milih..!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun