“ Daging rebus dengan cabai giling kental, enak”
“ Bikin gendut, nggak? Ada ikan nggak? Tiga hari ini saya makan daging terus?”
“ Ada Ikan Pangek saja, jo kacang panjang, ikannya tongkol,” kata Yusni.
Yusni, Dyah, Harun dan dua orang lainnya melangkah menuju rumah makan. Beberapa tentara bersiaga melihat senapan lantak yang dibawa. Tetapi Rinal memberi isyarat itu teman.
“Rinal!” seru Harun.
“Sepupu Den! Kemenakan Bapak Erwin juo,” kata orang yang disapa Rinal.
Mereka masuk warung. Mata Dyah melihat angka 500 di dinding warung. Oh, itu rupanya tempat ini disebut Titik 500. Tetapi bukan itu saja, dia menangkap kehadiran Ikhsan. Dia duduk di hadapan Ikhsan yang sedang menyantap nasi gulai kambing.
“ Ini Nyi Iteung yang banyak diceritakan teman-teman wartawan, murid kamu?” celetuk seorang wartawan.
“ Iya, Bobby, nama sebenarnya Dyah Wahyuni…”
“ Kang, ini sebabnya namanya Titik 500 ya,” katanya menunjuk angka 500 di dinding rumah makan.
“Nyi Iteung Saba Titik 500,” Ikhsan tenang.