Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nyi Iteung di Titik 500

14 September 2016   19:49 Diperbarui: 15 September 2016   16:37 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sitruasi Sumatera Barat 1958 (kredit foto LIFE)

“ Daging rebus dengan cabai giling kental, enak”

“ Bikin gendut, nggak? Ada ikan nggak? Tiga hari ini saya makan daging terus?”

“ Ada Ikan Pangek saja, jo kacang panjang, ikannya tongkol,” kata Yusni.

Yusni, Dyah, Harun dan dua orang lainnya melangkah menuju rumah makan. Beberapa tentara bersiaga melihat senapan lantak yang dibawa. Tetapi Rinal memberi isyarat itu teman.

“Rinal!” seru Harun.

“Sepupu Den! Kemenakan Bapak Erwin juo,” kata orang yang disapa Rinal.

Mereka masuk warung. Mata Dyah melihat angka 500 di dinding warung. Oh, itu rupanya tempat ini disebut Titik 500. Tetapi bukan itu saja, dia menangkap kehadiran Ikhsan. Dia duduk di hadapan Ikhsan yang sedang menyantap nasi gulai kambing.

“ Ini Nyi Iteung yang banyak diceritakan teman-teman wartawan, murid kamu?” celetuk seorang wartawan.

“ Iya, Bobby, nama sebenarnya Dyah Wahyuni…”

“ Kang, ini sebabnya namanya Titik 500 ya,” katanya menunjuk angka 500 di dinding rumah makan.

“Nyi Iteung Saba Titik 500,” Ikhsan tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun