Pada 1 November 1958 Universitas Padjajaran membentuk Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu alam (FIPIA) dan Fakultas Ilmu Pertanian (FKIP). Sebagai pimpinan adalah Dekan Brigadir Jenderal Dr. Mustopo untuk FIPIA dan Prof. Sidarjoen Siswomartojo. . Sekalipun fasilitas laboratorium meminjam FIPIA UI yang masa itu juga ada di Bandung. Pembentukan ini tindak lanjut dari pesetujuan Menteri Pendidikan, pengjaran dan Kebudayaan Prof. Dr.Prijono yang merencanakan Unpad akan menambah dua fakultas lagi,yaitu FIPIA dan Fakultas Pertanian. Peresmian dilakukan oleh Presiden Soekarno.
Sebanyak 378 mendaftar ke FIPIA Unpad dan sebanyak 110 di antaranya diterima. Sebanyak 23 mahasiswa di Jurusan Biologi, 24 di jurusan Ilmu pasti, 23 jurusan fisika dan 24 untuk jurusan Kimia. Yang menarik 16 orang tiap jurusan diprioritaskan untuk anak-anak pegawai negeri, anak anggota alat negara, pensiunan,anak petani dan anak pedagang, tetapi dengan seleksi angka tertinggi. Pembentukan dua fakultas ini direncanakan akan disusul pembentukan Fakultas Ilmu Sosial dan Pendidikan, serta Fakultas Sastra dan Bahasa. Pada Oktober 1958 pimpinan Fakultas Sastra disebutkan dipegang oleh Prof. S. Soemardja dan Drs. Soebardi.
Pada 7 Januari 1959 Fakultas Hukum Unpad sudah menghasilkan tiga sarjana hukum, JN Siregar, Hadelie Hasibuan dan Saleh Adiwinata. Pada aeal 1959 sekitar 20 sarjana muda lulus dan dari jumlah itu hanya 4 perempuan. Meskipun begitu jumlah perempuan yang memasuki perguruan tinggi di Kota B andung pelan-pelan terus bertambah.
Sementara Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unpad pada tahun ajaran 1958/1959 mempunyai 14 jurusan dan menerima 400 calon mahasiswa. Yang melamar 839 mahasiswa, namun dalam tes hanya 112 yang lulus dan yang 340 peserta tes menjadi cadangan. PTT (Telkom) juga memberi kesempatan kepada 30 siswa pada tahun ajaran 1958/1959. Bandung juga memiliki Akademi geologi dan Akademi pertambangan dan sudah menghasilkan masing-masing dua puluh lulusan.
Pembentukan FMIPA Unpad mendapat kritikan dari RM Hardi Kaher, seorang warga Bandung bahwa laboratorium Universitas Indonesia saja ruangan sudah sempit, peralatannya sudah pantas masuk museum. Ketua Senat Fakultas Teknik UI Marwoto Purwokusumo juga menyebutkan bahwa kampus kekurangan dosen tetap, perlatan kurang dan ruang kuliah sempit dan tidak memungkin semua mahsiswa masuk. Seorang mahasiswa bahkan harus menunggu 2-3 bulan sekalipun pelajarannya telah selesai. Di sisi lain dosen dari luar tinggal di Indonesia selama dua tahun dan pengganti mereka mempunyai program yang berlainan.
Pada 10-18 Desember 1958 Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran mengadakan suatu pekan ilmiah. Di antara pembicara terdapat R. Sujud dengan tema “Pembangunan Pertanian”, Jusuf Panigoro “Keneeples bagi Seorang Pedagang”, pada hari pertama. Terdapat juga nama Pangdam Siliwangi R.A Kosasih dengan ceramah “Stabilitas Politik dan Keamanan untuk Meningkatkan Produktifitas Nasional”, Prof. R. Surjaaatmadja “Antropologi Ekonomi”, “Pembentukan Perbankan oleh R. Oli Suriadi, “Etiket Perdagangan” oleh Ir. Effendy Saleh, serta pembicara lainnya lebih dari sepuluh.
Prof.Iwa Kusumasumantri menyebutkan bahwa ada tiga tujuan pokok penyelenggaraan pekan tahunan FE Padjadjaran: Menjanjikan penjelasan kepada para mahasiswa tentang masalah perekonomian di Indonesia, menanamkan keinsyafan pada masa mahasiswa tentang syarat-syarat untuk memperlihatkan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, serta memberikan bimbingan aktif kepada para mahasiswa dengan jalan organisai dan kerjasamamengenai hak kewajiban dan kesejaterahan para mahasiswa.
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unpad diwajibkan membuat karangan mengenai masalah-masalah ekonomi di Indonesia dan cara pemecahannnya. Sebanyak 224 mahasiswa tingkat persiapan berhasil memasukan 183 karangan hingga akhir 1958 dan delapan artikel lagi dari sarjana muda. Di antara penulis adalah Soelachman Dachari, Toto Soeriaatmadja, serta Sjamsuddin Achmad.
Unpad juga memperkenalkan Kuliah Kerja Nyata pada para mahasiswanya. Antara 31 Desember 1958 hingga 4 Januari 1959 sebanyak 39 mahasiswa tingkat IV dari jurusan Ilmu pendidikan FKIP Unpad melakukan KKN di Majalengka dan Sukabumi. KKN ini angkatan kedua setelah kunjungan sejumlah mahasiswa sebelumnya ke Jakarta (terutama Kebayoran), Bogor, Cipanas, Kabupaten Bandung. Para mahasiswa ditemani Dekan FKIP Prof.M. Sadarjoen Siswomartojo. Dekan itu sampai mendapatkan tempat tidur dengan sprei kumal hingga seorang mahasiswa meminjamkan kain kepadanya. Pada Januari 1959 FKIP Bandung dilaporkan telah meluluskan 7 sarjana muda dan dua di antaranya perempuan.
Bertambah jumlah sekolah tingkat menengah hingga perguruan tinggi sejak 1950-an akhir hingga 1960-an dan berada dalam areal yang tidak terlalu berjauhan (bila diamati kebanyakan berlokasi di Jalan Dipati Ukur, Dago, Cimbeleut hingga daerah Setiabudhi atau di Bandung Utara menjadikan sejarah kota ini menjadi begitu unik. Hasilnya baru bisa dipetik sepuluh tahun dan dua puluh tahun kemudian ketika terjadi booming orang terdidik atau SDM yang baik, yang berakibat munculnya industri kreatif, booming musik indie serta suatu golongan sosial baru yang akan saya bahas kemudian.