Dalam jumpa pers di Bandung sebelum berangkat ke Yogyakarta, Ho berkata tentang warga Bandung.
“Dari roman mukanya mereka semua, saja merasa bukan sebagai tamu Negara, tetapi sebagai saudara atau kawan. Saja kira itu adalah suatu pernjataan kita antara kedua bangsa jang mempunjai banjak persamaan..2”
Sebelum resmi menjadi ITB, meskipun bersahaja, Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas Indonesia di Bandung pada periode Juli-September 1958 sempat meluluskan 28 Drs Physical Science dan 20 ahli apoteker. Menyusul sebagai kandidat 31 mahasiswa jurusan Physical Science dan Natural Science serta 29 kandidat apoteker. Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Alam dan Pasti akan digabungkan untuk dibentuk suatu universitas yang terpisah dari Universitas Indonesia. Dengan nama Institut Teknologi Bandung pada akhir 1958. Pelaksanaan penggabungan ini dijalankan oleh panitya pelaksana yang dipimpin Profesor Soemarja3.
Rencana peresmian semula pada pertengahan Februari namun diundur hingga 2 Maret 1959. Sekalipun namanya ITB setara dengan universitas di bawah Kementerian PPK. Pada awalnya ITB terdiri dari tiga departemen, yaitu Departemen Teknik, Departemen Ilmu Pasti dan Ilmu Alam, serta Departemen Kimia dan Biologi. Departemen Teknik terdiri dari jurusan sipil, mesin, elektro, tambang, arsitektur, seni rupa dan geodesi.
Profesor Prijono menyebutkan bahwa pemilihan institut mencakup apa yang disebut sebagai ilmu murni dan ilmu terapan dijadikan satu. Pemisahan dari lingkungan universitas ini mendobrak tradisi perguruan tinggi di Indonesia4. Pimpinan ITB pertama awalnya adalah Prof Ir. R. Soemono 2 Maret - 1 November, 1959 (sebagai Ketua Presidium). Raden Soemono sendiri adalah alumnus lulus sebagai insinyur sipil pada 1930 dari THS.
Pada Januari 1959 ITB mendapatkan doctor baru Ilmu Teknik dari DELF, yaitu Dr. Ir. RM Soemantri. Thesisnya adalah beberapa aspek mengenai kromatografi gas dan penyulihan dengan zat air pada tanah. Soemantri kelahiran Semarang, Jawa Tengah, pada 3 Juni 1926. Putra dari Sutedjo Brodjonegoro, guru HIS di Semarang dan Kepala Sekolah HIS di Solo. Soemantri menempuh pendidikan di SD Neutrale Hollands Inlandsche School (HIS) di Semarang, SMA Bagian B di Yogyakarta dan Technische Hoofegeschool (THS) Bandung.
Perang kemerdekaan Indonesia yang memanggil dirinya guna ikut serta berjuang. Dalam masa Perang Kemerdekaan, beliau pernah menjadi Ajudan Kolonel A.H. Nasution yang ketika itu menjadi Panglima Komando Jawa (sekarang Jenderal Pumawirawan). Setelah perang kemerdekaan berakhir ia mendapat kesempatan melanjutkan pelajaran di Sekolah Tinggi Teknik atau Technische Hoogeschool (THS) di Universitas Delf, Negeri Belanda sebagai mahasiswa tugas belajar dari Angkatan Perang RI5 .
Booming Sekolah dan Universitas Baru
Peresmian ITB hasil fusi Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam UI yang dipisahkan merupakan keniscayaan bahwa Bandung sudah menjadi kota pelajar pertama di Indonesia. Tanda-tanda akan munculnya sebuah Kota Pelajar sudah terasa pada semester kedua 1958. Rencana pembentukan universitas baru seperti sekolah perhotelan tercetus pada Juli 1958 (kemungkinan adalah cikal bakal NHI dan kemudian Sekolah Tinggi Pariwisata di Bandung saat ini. Sekolah ini akan berlokasi di kawadan Bukit Dago lengkap dengan asrama pelajar dan praktek untuk pariwisata dengan 30 mahasiswa. Sekolah perhotelan ini didukung oleh Dewan Tourisme. Namun pendirian Sekolah Kejuruan Perhotelan (SKP) baru terleksana pada 1959 yang merupakan sekolah kejuruan menengah atas kejuruan di bawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ide pembentukan sekolah perhotelan ini diikuti sebuah perguruan tinggi Islam di Bandung yang kelak menjadi Unisba dan satu lagi sebuah universitas yang kelak menjadi cikal bakal Universitas Pasundan. Dengan demikian Bandung sudah mempunyai delapan universitas dan perguruan tinggi menjelang 1960 yang kelak menjadi perguruan tinggi terkemuka. Lainnya adalah IKIP Bandung dan Universitas Parahyangan yang juga berdiri pada 1950-an. Pada 1958 Unpar menambah satu Fakultas lagi,yaotu Fakultas Hukum dan Kemasyarakatan. Belum lagi rencana pembentukan Sekolah Guru Kepandaian Puteri .
Pengumuman keberadaan Perguruan Islam Tinggi di Bandung tentang penerimaan mahasiswa untuk tahun ajaran 1958/1959 dimuat di Pikiran Rakjat 13 November 1958. Mereka yang mendaftar berijazah SGA, PGAA, Al Qi’mualalmi, Mualliminulja, Madrasyah Menengah Atas. Pendaftaran di lakukan di sebuah gedung di Jalan Asia-Afrika di depan gedung Konstituante antara 10 November hingga 10 Desember 1958.