Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1959 (1) Paman Ho Singgah di Peresmian ITB, Raih Gelar Doktor Kehormatan di Unpad dan Munculnya Sebuah Kota Pelajar

14 Maret 2016   13:10 Diperbarui: 14 Maret 2016   14:28 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam jumpa pers di Bandung  sebelum berangkat ke Yogyakarta, Ho berkata tentang warga Bandung.

“Dari roman mukanya mereka semua, saja merasa bukan sebagai tamu Negara, tetapi sebagai saudara atau kawan. Saja kira itu adalah suatu pernjataan kita antara kedua bangsa jang mempunjai banjak persamaan..2”

Sebelum resmi menjadi ITB,  meskipun bersahaja,   Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas Indonesia di Bandung pada periode Juli-September 1958 sempat meluluskan  28 Drs Physical Science dan 20 ahli apoteker.  Menyusul  sebagai kandidat 31 mahasiswa jurusan Physical Science dan Natural Science serta 29 kandidat apoteker.   Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Alam dan Pasti akan digabungkan untuk dibentuk suatu universitas yang terpisah dari Universitas Indonesia. Dengan nama Institut Teknologi Bandung  pada akhir 1958. Pelaksanaan penggabungan  ini dijalankan oleh panitya pelaksana yang dipimpin Profesor Soemarja3. 

Rencana peresmian semula pada pertengahan Februari namun diundur hingga 2  Maret 1959.   Sekalipun namanya ITB setara dengan universitas di bawah Kementerian PPK. Pada awalnya ITB  terdiri dari tiga departemen, yaitu Departemen Teknik, Departemen Ilmu Pasti dan Ilmu Alam,  serta Departemen Kimia dan Biologi.   Departemen Teknik terdiri dari jurusan sipil, mesin, elektro, tambang, arsitektur, seni rupa dan geodesi.  

Profesor Prijono menyebutkan bahwa pemilihan institut  mencakup apa yang disebut sebagai ilmu murni dan ilmu terapan dijadikan satu.  Pemisahan dari lingkungan universitas ini mendobrak tradisi perguruan tinggi di Indonesia4.   Pimpinan ITB pertama  awalnya adalah Prof Ir. R. Soemono 2 Maret - 1 November, 1959 (sebagai Ketua Presidium).  Raden Soemono sendiri adalah alumnus lulus sebagai insinyur sipil pada 1930 dari THS. 

Pada Januari 1959  ITB mendapatkan doctor  baru Ilmu Teknik  dari DELF, yaitu  Dr. Ir. RM Soemantri.  Thesisnya adalah beberapa aspek mengenai kromatografi gas  dan penyulihan  dengan zat air pada tanah.  Soemantri kelahiran  Semarang, Jawa Tengah, pada 3 Juni 1926.  Putra dari Sutedjo Brodjonegoro, guru HIS di Semarang  dan  Kepala Sekolah HIS di Solo.   Soemantri menempuh pendidikan di  SD Neutrale Hollands Inlandsche School (HIS) di Semarang,  SMA Bagian B di Yogyakarta dan  Technische Hoofegeschool (THS) Bandung.  

Perang  kemerdekaan Indonesia yang memanggil dirinya guna ikut serta berjuang.  Dalam masa Perang Kemerdekaan, beliau pernah menjadi Ajudan Kolonel A.H. Nasution yang ketika itu menjadi Panglima Komando Jawa (sekarang Jenderal Pumawirawan). Setelah perang kemerdekaan berakhir ia mendapat kesempatan melanjutkan pelajaran di Sekolah Tinggi Teknik atau Technische Hoogeschool (THS) di Universitas Delf, Negeri Belanda sebagai mahasiswa tugas belajar dari Angkatan Perang RI5 .

Booming Sekolah  dan  Universitas Baru

Peresmian ITB  hasil fusi  Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam UI  yang dipisahkan  merupakan keniscayaan bahwa Bandung sudah menjadi kota pelajar pertama di Indonesia.  Tanda-tanda akan munculnya sebuah Kota Pelajar sudah terasa pada semester kedua 1958.  Rencana pembentukan universitas baru  seperti  sekolah perhotelan   tercetus pada Juli 1958 (kemungkinan adalah cikal bakal NHI dan kemudian Sekolah Tinggi Pariwisata di Bandung saat ini.  Sekolah ini akan berlokasi di kawadan Bukit  Dago lengkap dengan asrama pelajar dan praktek  untuk pariwisata dengan 30 mahasiswa.   Sekolah perhotelan ini  didukung oleh Dewan Tourisme.  Namun  pendirian   Sekolah Kejuruan Perhotelan (SKP) baru terleksana pada  1959 yang merupakan sekolah kejuruan menengah atas kejuruan di bawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.   

Ide pembentukan sekolah perhotelan  ini   diikuti sebuah perguruan tinggi Islam di Bandung  yang kelak menjadi Unisba dan satu lagi sebuah  universitas yang kelak menjadi cikal bakal Universitas Pasundan.   Dengan demikian  Bandung sudah mempunyai  delapan   universitas dan perguruan tinggi menjelang 1960 yang  kelak menjadi perguruan tinggi terkemuka. Lainnya adalah IKIP Bandung dan Universitas Parahyangan yang juga berdiri pada 1950-an.  Pada 1958  Unpar menambah satu Fakultas lagi,yaotu Fakultas Hukum dan Kemasyarakatan.   Belum lagi rencana pembentukan Sekolah Guru Kepandaian Puteri .    

Pengumuman keberadaan Perguruan Islam Tinggi di Bandung  tentang penerimaan mahasiswa untuk tahun ajaran 1958/1959 dimuat  di Pikiran Rakjat 13 November 1958.  Mereka yang mendaftar  berijazah SGA, PGAA, Al Qi’mualalmi, Mualliminulja, Madrasyah Menengah Atas.  Pendaftaran di lakukan di sebuah gedung di Jalan Asia-Afrika di depan gedung Konstituante  antara 10 November hingga 10 Desember 1958.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun