Mohon tunggu...
Juraeis Al Hadat
Juraeis Al Hadat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI Fakultas Bahasa dan Seni Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia

Mahasiswa Jurusan PBSI- Bahasa Indonesia FBS-Unindra PGRI. Sedang menggeluti dunia kesastraan, baik puisi, cerpen, dan novel. Termotivasi sebagai penulis buku. Ingin ikut berkontribusi melalui sastra dalam pengambangan serta membangun kebudayaan Indonesia. Berharap Kompasiana dapat menjadi platform dalam mengembangkan minat dan potensi dalam dunia kepenulisan. Banyak ragam hal yang dapat dipelajari dari materi-materi yang disajikan kompasiana sebagai platform berbagi informasi sesama warga internet dan membantu memajukan Indonesia menjadi negara yang berkemajuan dan berkebudayaan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kota SK 2145

4 November 2023   00:05 Diperbarui: 4 November 2023   00:18 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Disini, kebanyakan masih lakukan apa yang pernah ada awal 2000-an. Game video dengan konsol, rasa seperti euforia tersendiri menikmati game-game klasik bertema arcade dengan mesin dingdong. Street Fighter 2, Raiden, Final Fight, paling mengesankan Mortal Kombat, banyak sekali footage bertebaran di dunia maya, bagaimana Mortal Kombat menjadi sebuah kisah game melegenda menjadi sebuah karya kalar putih. Rampage: World Tour, game ini dibuat karena obsesi lain manusia, memuaskan hasrat daya rusak mereka pada gedung-gedung pencakar langit, intinya game dimensi lain kabur dari realitas menjemukan.

Hari mulai gelap, lampu-lampu jalan mulai dinyalakan, aku mulai berbalik membelakangi dermaga, ke selatan menuju kedai kopi. Sepanjang jalan menuju kedai kopi ada bunyi klakon motor dan ragam bunyi knalpot dibarengi dengan kepulan asap tipis hingga letupan-letupan api menyalak, brum...brumm.., dent-dent..., pop-pop...Ngeeng hingga Wrooomm...atau Njuuuungg.

*Deskripsi Suasana Kedai kopi, Pengunjung, dan Obrolan

Dereta meja kayu dengan kilap seperti lapisan tipis minyak yang tumpah diseluruh bagian meja hingga kaki kayu bahkan seluruh lantai kayu kedai Kopi "Theseus Coffe Shop", setiap malam menjelang aku selalui mengunjungi kedai kopi ini, ini kunjungan ke-12 malam ini. Beberapa pengunjung Aku cukup mengenali mereka, dan kami sering berbincang banyak hal dengan Eren, Mikasa, Levi, dan Armin . Di meja sebelah beberapa yang cukup Aku kenal, Shanks, Usop, Luffy, dan Nami. 

Bangunan kedai kopi ini dibuat dari bekas perahu yang sempat berlayar ditahun 2000-an, setiap bagian perahu ini diretorasi untuk mempertahankan kenangan dari perahu ini. Pemilik kedai menamakannya sebagai perahu Theseus, mengutip dari kisah heroik prajurit Yunani yang berhasil membebaskan masyarakat dari kungkungan tumbal monster laut yang berulang-ulang meminta korbannya penduduk sekitar. Zeke, si pemilik kedai dari bekas perahu lamanya, merupakan orang dari kepulauan Natuna. 

Zeke bisa bahasa Jawa, Melayu, Bugis, bahkan Dayak, mereka juga banyak bicara dengan bahasa Indonesia dan rumpun kata serapan dari berbagai negara. "Orang Melayu dikatakan mempunyai deria keenam atau keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bangsa lain yaitu hebat dalam seni pelayaran," katanya, kadang perkataan Zeke, mengingatkanku bagaimana hal serupa juga dikatakan banyak bangsa imperialis seperti "A ship is safe in the harbor, but that's not what ships are built for.", mungkin pepatah ini sudah bukan lagi untuk Zeke, dia telah cukup merasakan ganasnya deburan ombak menghantam kapal dan sengaja dikaramkan menjadi sebuah kedai kopi. Bagi Zeke, dirinya dan kapalnya masih menjadi kesejatian walau keduanya tidak lagi mengarungi samudra. 

Dari balik meja baristanya dia menyimpan beberapa botol minuman yang hampir kosong, Glenfiddich, Aberlour, Glenmorangie, Jameson Irish Whiskey, Lagavulin , Laphroaig, Ardbeg, Bruichladdich Port Charlotte, Bowmore, yang semuanya rata-rata menghadirkan rasa ikan asap, buah nanas, amis laut, citrus, madu, vanilla, buah-buah segar, buah kering (paling sering: jeruk, ceri, lemon, apel, beri, nanas), bahkan sampai yang sering dikenal namun akan mengherankan  jika menyesapnya, Iodium yang mirip dengan obat merah. Zeke, hanya menampilkan yang koleksi minuman yang dimiliki, berharap baginya akan mendapatkan banyak keuntungan dari kolektor. Zeke, mengerti lukisan dan minuman semisal anggur dan lainnya memberikan keuntungan lebih, benda yang unik jika disimpan lama akan memberikan nilai yang lebih tinggi selain orang umum yang beranggapan tanah dan emas, sebagai harta yang layak disimpan bagian  dari investasi. 

Aku pun melangkah masuk ke Theseus Coffee Shop, ditemani oleh bunyi kerikil yang bergulir di bawah sepatuku. Udara di dalam kedai itu dipenuhi aroma kopi yang kental, mencampur dengan aroma rokok dan bau kayu yang memberikan kesan hangat dan nyaman. Wajah-wajah akrab menyambutku begitu masuk, senyum-senyum kecil dan sapaan ramah mengiringi langkahku menuju meja biasa yang selalu aku pilih.

Eren, Mikasa, Levi, dan Armin, teman-teman lamaku, sudah duduk di sudut kedai dengan gelas kopi di tangan mereka. Mereka tertawa ceria sambil membicarakan kisah-kisah lama dan rencana-rencana masa depan. Aku bergabung dengan mereka, merasakan kehangatan persahabatan yang seakan meluluhkan beban pikiranku.

Sambil kami mengobrol, Zeke, sang pemilik kedai, menyajikan segelas kopi pilihan terbaiknya. Dia bercerita tentang asal-usul kopi yang kami nikmati, bagaimana biji kopi terbaik dipilih dengan teliti dan disangrai dengan sempurna untuk menghasilkan cita rasa yang istimewa. Aku mengamati cairan hitam di dalam gelasku, mencermati setiap goresan warna coklat yang terbentuk di permukaannya. Seperti kehidupan, kopi ini juga memiliki lapisan-lapisan kompleksitas yang harus dihargai.

Tiba-tiba, seorang pelayan membawa sebuah amplop tebal ke meja kami. Amplop itu terlihat sangat penting, bertanda dari segel kertas kuno yang sudah usang. Zeke memandangku dengan tatapan serius sambil menyodorkan amplop tersebut. "Ini untukmu," ucapnya, suaranya merasuki ruangan seperti desiran angin malam yang lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun