Pejuang Jalanan yang "jompo", sebuah konsekuensi bagi para pejuang rupiah seperti saya, yang harus menempuh perjalanan 184 kilometer setiap hari, demi penghidupan layak bagi keluarga kami.
Dibilang "jompo", ya, memang ada benarnya. Di usia yang seharusnya masih bugar, saya justru sering merasakan pegal-pegal, mudah lelah, masuk angin, dan sakit punggung.
Menaklukkan jalanan setiap hari selama kurang lebih lima jam membuat saya gampang sakit. Saya berangkat setelah subuh dan biasanya tiba kembali di rumah sekitar pukul 16.30.
Memang tidak seberat teman-teman lain yang mungkin harus menempuh perjalanan lebih panjang, tetapi tetap saja, rasanya melelahkan.
Pada 2013, saya bahkan pernah merasakan kerasnya aspal menghantam helm saya. Untungnya, saya selamat, berkat bantuan penduduk setempat.
Kala itu, saya terserang microsleep, mata tetap terbuka, tetapi kesadaran hilang entah ke mana. Sebuah lubang besar menjebak roda depan motor saya, lalu semuanya berubah gelap.
Pagi itu adalah puncak dari semua rasa pegal, lelah, masuk angin, dan sakit punggung setelah tiga minggu berturut-turut merawat anak dan istri yang terbaring di rumah sakit. Rasanya, seperti "jompo" sebelum waktunya.
Mood Baik
Sebenarnya, yang paling memengaruhi tubuh tetap bugar atau tidak selama perjalanan justru berangkat dari sebuah mood.Â
Saya selalu berpesan kepada istri, bahwa pagi hari saat saya berangkat adalah momen yang sangat krusial. Jangan sampai pagi itu menjadi pagi yang masam, karena pagi yang masam akan membuat tubuh muram sepanjang hari.