Saat jomlo, teman utama saya hanyalah sepi, wajar jika berpikir menikah adalah cara untuk mengisi kesendirian, untuk memberi warna dalam hidup.
Menikah waktu itu berarti tak lagi sendiri, ada teman dalam segala hal, dan membayangkan hidup berdua tentu sangat membahagiakan.
Namun, situasi kini sangat berbeda. Hidup saat ini terasa lebih “berwarna,” bahkan tanpa pernikahan. Teknologi informasi menawarkan begitu banyak hiburan dan konten menarik yang bisa membuat kita lupa diri.
Dulu, orang mungkin bosan seharian berada di kamar, tetapi sekarang, 24 jam di kamar bukan masalah, asalkan internet lancar dan saldo e-money penuh.
Teknologi kini menciptakan ruang maya yang seolah menyekat kita dari kehidupan nyata. Banyak orang bisa hidup dalam dunia yang mereka bentuk sendiri, bebas berekspresi tanpa batasan yang mereka hadapi di dunia nyata.
Kehidupan yang semakin berwarna berkat teknologi ini membuat menikah tidak lagi dianggap satu-satunya cara untuk mencapai kebahagiaan.
Jomlo tak lagi harus bergelut dengan kesepian, mereka bisa merasa sangat sibuk, bahkan dengan segala kesibukan maya yang ditawarkan teknologi.
Dari scroll media sosial hingga begadang demi push rank dalam game online, banyak orang melupakan waktu.
Tiba-tiba, menikah pun bisa menjadi hal yang terlupakan. Berbeda dengan dulu, ketika yang jomlo hanya bisa duduk termangu memandang bulan.
Jangankan sleep call, punya handphone saja sudah dianggap keren. Tak heran kalau orang zaman dulu ingin cepat-cepat menikah karena tidak banyak hiburan lain yang tersedia.
Sekarang, dengan gawai di tangan, dunia terasa begitu luas dan penuh warna tanpa terasa, waktu berlalu begitu cepat, dan usia pun bertambah tanpa pernah terpikirkan untuk menikah.