Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rumah Tangga Tanpa Sepi

26 Oktober 2024   12:56 Diperbarui: 27 Oktober 2024   08:16 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO 

Jika rumah tangga masih dalam rentang dua tahun ke bawah, saya yakin kehangatannya masih terasa. Namun, bayangkan bagi kami yang sudah lebih dari satu dekade bersama. 

Pertemuan di rumah sering kali terasa monoton, dan hal ini rentan memicu kebosanan, membuat kita mencari sesuatu yang lebih menarik.

Dulu, saya awalnya tidak percaya saat salah satu teman menceritakan bahwa dia sedang mendekati perempuan lain. Masa sih, di tengah dunia rumah tangga yang terlihat sempurna, seseorang harus mencari kenyamanan di luar istri? 

Namun, nyatanya, rumah tangga akan menghadapi masa-masa penuh ujian kesetiaan. Mungkin kita tidak mencari, tetapi kita bisa saja didekati. Atau, bisa jadi kita iseng mencari, dan tiba-tiba menemukan yang sehati.

Hal-hal inilah yang sebisa mungkin perlu kita hindari. Jika tidak mungkin untuk menghindari, setidaknya kita harus menjaga hati. 

Percayalah, kerusakan yang ditimbulkan akan merusak segalanya. Sebaliknya, kesetiaan akan melesatkan rumah tangga kita menuju kebahagiaan tertinggi. 

Anggap saja ini sebagai riak-riak kecil dalam samudera kehidupan yang luas. Momen-momen ini mengingatkan kita bahwa cinta dan komitmen adalah fondasi yang harus selalu diperkuat, meski badai ujian datang menerpa.

Iseng Menggoda

Kadang saya iseng di rumah, melakukan hal-hal kecil untuk menggoda istri, tiba-tiba menyentuh, tiba-tiba memeluk, atau tiba-tiba mencium.  

Percaya atau tidak, sentuhan-sentuhan ini menjadi tabungan gelora cinta di dada yang tak pernah padam, bahkan di mana pun saya berada. 

Sebenarnya, ini memiliki dasar ilmiah, namun saya tidak akan membahas konsep tersebut, saya lebih ingin menyoroti dampaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun