Selain pembentukan watak, ketentuan tentang panjang rambut juga merupakan sebuah pembelajaran delayed gratification yang merujuk pada sebuah istilah psikologis yang akhir-akhir ini populer tentang bagaimana seseorang dapat mengontrol diri dalam menunda keinginan. Dikutip dari rsj.babelprov.go.id, istilah delayed gratification dikenalkan oleh Walter Mischel dan timnya dari Stanford University dengan eksperimen marsmallow yang dilakukan pada 165 orang balita di akhir 1960-an dan awal 1970-an.
Memotong rambut sesuai dengan ketentuan adalah bentuk pembelajaran delayed gratification bagi seorang anak di sekolah. Apa sebab disebut juga sebagai delayed gratification? Sebab pada kepatuhan memotong rambut sesuai dengan ketentuan sekolah maka dapat diartikan anak menahan diri menunda kepuasan untuk tidak berambut panjang sesuai keinginannya.Â
Ada proses pergulatan batin di dalam sanubari siswa antara keinginannya untuk tetap berambut panjang ataupun memotong sesuai dengan aturan sekolah.
Delayed gratification sebenarnya sudah sering juga diterapkan oleh para orang tua dirumah. Seperti saat orang tua memohon si kecil untuk tetap bersabar menunggu tabungan terkumpul baru membeli apa yang si kecil inginkan.Â
Ataupun saat orang tua tetap tidak bergeming ketika si kecil tantrum karena meminta sesuatu yang diinginkannya. Jadi pembelajaran delayed gratification sebenarnya tanpa sadar sering orang tua terapkan dirumah, pembelajaran tersebut bertujuan agar anak mampu mengontrol emosinya saat anak menginginkan sesuatu.Â
Dengan pembelajaran delayed gratification diharapkan anak mampu mengontrol emosi, memahami proses, dan mampu menghargai aturan ataupun pendapat orang lain. Delayed gratification juga sering dikaitkan dengan kesuksesan anak di masa yang akan datang.Â
Dari hasil pengamatan penulis pribadi, anak-anak yang bermasalah saat remaja beberapa sebab diantaranya adalah kurangnya pembelajaran delayed gratification saat mereka berada di usia tumbuh kembang sebagai anak-anak.
Dan kembali pada point awal, kewajiban memotong rambut sesuai dengan tata tertib sekolah masuk dalam pembentukan watak. Delayed gratification juga masuk dalam ranah pengemblengan watak, sebab didalamnya terkandung pembiasaan-pembiasaan agar anak mampu menahan diri dan menunda kepuasan.Â
Dikutip dari rsj.babelprov.go.id, kemampuan menunda kepuasan di masa kanak-kanak awal dikaitkan dengan berbagai hasil positif pada masa remaja dan seterusnya, termasuk kemampuan akademik dan skor SAT yang lebih tinggi, memiliki berat badan ideal, kemampuan mengatasi stres yang lebih baik, serta memiliki tanggung jawab sosial dan hubungan yang positif dengan teman sebaya (Carlson dkk, 2018).Â
Masih dalam situs yang sama, Mischel, (Twito dkk; 2019) melalui penelitian yang dilakukan menyebutkan bahwa delayed gratification dapat menjadi faktor protektif terhadap permasalahan psikologis dan fisik yang serius, seperti gangguan perilaku, perilaku anti sosial, hiperaktif, adiksi, serta obesitas pada anak.
Maka penentuan tentang panjang rambut dan warna rambut disekolah adalah langkah yang tepat dalam pembentukan watak anak di sekolah, sebab di dalamnya terkandung pembelajaran delayed gratification yang memiliki banyak manfaat dalam pembentukan watak anak saat dewasa kelak.