Zaman yang semakin pesat dan penat dengan bermacam dilema kehidupan yang sekarang ini terus maju bertumbuh dan berkembang, melihat dari sisi pertumbuhan watak anak-anak bangsa yang sudah banyak tak peduli pada bangsanya sebagai bangsa Indonesia,Â
hal ini dipengaruhi oleh budaya luar, pemberitaan yang selalu melecehkan terhadap negaranya sendiri, tidak memiliki rasa empati dan peduli dalam proses berpikir kritis pada anugerah yang telah diberikan Tuhan kepada bumi Indonesia, padahal bersyukur lebih baik dari pada apa yang terjadi dibagian-bagian negara lain, Indonesia negera yang memiliki sumber daya alam yang amat sangat besar melimpah ruah.
Dengan hasil SDA yang terkandung di Indonesia ini, nyatanya Indonesia mampu membuat negeri-negeri lain diluar menjadi lebih baik, baik itu untuk menyambung hidup para warga asli pribumi Indonesia dan atau maupun warga negara asing yang telah bekerjasama dengan Indonesia sebagai tempat eksperimen dan tempat pengumpulan hasil kekayaan bumi bagi ekspor dan impor semua jenis yang dihasilkan di bumi Indonesia.
Peringatan "warning the human to the changes phisicologic a many people" yaitu peringatan bagi manusia yang mengalami perubahan psikologis pada banyak orang" drastis menurun "down more" pada sikap, mentalitas, dan kepribadiannya sebagai penerus regenerasi bangsa dalam kemaslahatan semua lini kehidupan insan diseluruh pelosok nusantara.
Khususnya di Indonesia, regenerasi baik dari usia yang sedang bertumbuh mulai dari remaja usia 17 keatas 38-an sampai dengan dewasa usia 60 keatas 65-an, yaitu mulai anak-anak sampai orang dewasa kian hari semakin banyak re ke genre yang bertumbuh ke regenerasi terkikis sedikit demi sedikit sudah melupakan tentang idiologinya sendiri sebagai bangsa Indonesia, hal ini harus ditolerir oleh semua publik yang masih memiliki rasa cinta Indonesia.
+++++++++++++++++++++++
MENGERANG KOTOR & BAU
HMMISHTMPSHTMPREEET!!
PUP..PUP..PUP..AAKH LEGA!
"Hampir, nyaris sudah air besarku tak keluar
pada fikiran petentang-petenteng Indonesia"
21-07-2021, Junirullah
+++++++++++++++++++++++
Dengan hubungan hal tersebut diatas yaitu menyangkut tentang erat hubungannya dengan tatanan dalam lingkungan sosial masyarakat yang memiliki punya arti dan makna itu amat sangat erat dan terikat semua deklarasi sumpah Indonesia itu pada akhir panca kelima "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia" sehingga Indonesia dapat terhindar dari kutukan sumpah serampah pada janji Tuhan, Â "ingat dan pertimbangkan hal tersebut!"
Hal ini dapat menjadi ulasan yang mengupas tuntas tentang dilematik kehidupan dan bukan lagi sebuah dilema yang dianggap biasa-biasa saja, sehingga waktu merespon untuk lebih teliti tentang hal itu membutuhkan pola pemikiran yang bijak.
Walau sebahagian orang sudah melumrahkan demikian, adanya problematika dan dinamika yang terjadi disekitar lingkungan masyarakat itu, padahal hal itu terbentuk karena faktor pengaruh lingkungan yang bersamaan dengan berkembangnya zaman teknologi dan hal ini jangan dilumrahkan terus-terusan yang akhirnya menjadi tumbuh perilaku kebiasaan watak yang membentuk karakter regenerasi, maka perlu pembinaan, pendampingan, pengarahan terutama bagi lingkungan keluarga yang awal memulai untuk sadar akan cinta tanah air bangsa dan negara Indonesia.
Tentang hal inipun sudah diperoleh utuk mendapatkan pemahaman dalam mengsosialisasikan tentang landasan panca yang sudah jelas dapat menyilakan Pancasila itu dari faktor sebab dan akibat, apalagi sudah ada masing-masing keyakinan panca pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kemudian dalam dunia bisnis hal ini menjadi daya tarik pekarya yang mengupas kulit kacang-kacangan demi mendapatkan keuntungan dalam pengupasan kemudian pengolahan bisnis produk penjualan buku.
kemudian semuanya itu juga direkap dalam copy paste (salin dan tempel) untuk dipoles kembali sebagai dasar penerbitan buku yang menghubungkan teks paragraf dengan sedikit editorial tipographi lalu dijual kembali tanpa memikirkan dan menelaah kembali isi indikator input dan output yang seharusnya mengedukasi rakyat Indonesia.
Apapun cerita dan isi semua yang telah terbit di dalam proyek buku, setidaknya berpikirlah brand edukasi yang pada penutup buku itu disisipkan ediologi yang memberikan gambaran atau ediologi Pancasila sebagai landasan dasar Indonesia bagi kemajuan melestarikan bacaan akhir buku itu demi masa depan regenerasi, dan itu berguna dan bermanfaat dalam makna panca kedua Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.
"Investor atau Pengusaha Penerbit Buku seharusnya sadar dan tanya kenapa, apa, bagaimana, mengapa, dimana, tujuan, manfaatnya untuk anak saya kelak apa?!"
+++++++++++++++++++++++
TULIS RED.
Apa, siapa, dimana, kapan, kenapa, dan bagaimana?!
begitulah catatan jejak-jejak langkah kakiku
bahu di tangan kiriku gantungkan kameraku
jari kananku memegang pena tidak bertinta
lembaran hanya tinggal sebuah cover buku
kucatat dan kukumpulkan dalam tas ransel
bertahun lamanya kumenapaki di kaki langit
melihat kegelapan bumi menebar dikejauhan
tak ada seorangpun pahlawan mau bertindak
heroik dilakukan semata kuasa diatas mereka
peduli dan respon apa untuk semua itu pilihan
semua tidak lagi sama dengan masa berubah
semakin menguji mengheningkan di keadaan
terpijak kayu yang lapuk dikerapuhan ranting
itu pasti ada tak jauh terhempas dan terjatuh
hanya dekat dengan ilalang dan rerumputan
Junirullah, 14-06-2021
+++++++++++++++++++++++
Sungguh kasihan hanya pada editan kulit desain grafis menjadikan cover sebuah buku yang juga terdapat elemen-elemen kepentingan yang tak mengedukasi tanpa ada pondasi ediologi panca ketiga Persatuan Indonesia.
Oleh karena itulah para ahli yang sadar Cinta Tanah Air Indonesia yang juga sudah dapat menjadi bahan modul, joernal, dan artikel yang dapat dijadikan rujukan ilmu pengetahuan yang dibungkus dalam teoritis relevan sebagai pengesahan untuk meyakinkan dan mendapat petunjuk-petunjuk pembenaran menuju kebenaran. Dan justru ini termaknai pada panca keempat Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan.
Oleh karena itu para semua ahli ilmu pengetahuan, baik itu ahli intelek, doktor, psikolog, dan ataupun profesor, bahwa yang telah terjadi ini adalah salah satu bentuk "book the theory of genre" buku pedoman perubahan baik kejadian atau peristiwa yang sudah-sudah. Pada sesi ini juga terkait dengan panca kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Kemudian masa akan datang dengan sangat cepat melesat karena pengaruh kesalahpemahaman tanpa pengetahuan perkembangan kemajuan teknologi sekarang ini, seperti percikan api yang memercikan satu demi satu genre baik yang sudah diubah pola pikir mereka karena terkena percikannya, maupun percikan pola pikir genre itu yang juga merubah semua pola dan arah tatanan keciri-cirian kehidupan khas rakyat asli Indonesia.
+++++++++++++++++++++++
Suatu hari seseorang bertanya pada Abangnya;
Apa memang betulkah itu, Bang Chairil Anwar?!
Lalu Abang tersebut dengan spontan menjawab;
AKU
Chairil Anwar 1943
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi!
Memaknai dengan analogic Sastra bahwa Aku adalah sebuah puisi berbahasa Indonesia tahun 1943 karya Chairil Anwar, karya ini mungkin adalah karyanya yang paling terkenal dan juga salah satu puisi paling terkemuka dari Angkatan '45. Puisi ini menggambarkan alam individualistis dan vitalitasnya sebagai seorang penyair.
Dimaknai dari segi Filosofi Agama dalam keilmumuwan metafisika yang tak berbatas bahwa, pada panca pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, diketahui pada bait sajak puisi ini, Chairil Anwar memiliki jiwa besar yang mencintai tanah air Indonesia sebagai patriotristik nasionalisme dengan ediologi yang sangat kental dan kentara betul sebagai bentuk karakter asli pribumi yang mencintai tanah airnya yang bersuku-suku bangsa dan bertanah air Indonesia, untuk dan bagi seluruh tumpah tanah air rakyat Indonesia.
Pada prinsipnya menerangkan dan menegaskan dirinya "Aku ini binatang jalang" yang bermakna bahwa manusia itu adalah makhluk yang memiliki akal dan pikiran, dan tidak ada apa-apanya ketika di hadapkan kembali pada kehakikian-Nya manusia itu diciptakan.
Dan semua manusia telah memiliki ketetapan kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan itu juga bermakna dalam Filosofi Islam hal tersebut sama dengan lahirnya manusia pertama dibumi yang diciptakan Allah,SWT dari segumpal darah dan tanah lalu Allah,SWT memberikannya Ruh (Nur) kepada Adam,AS dan tercipta Hawa dari tulang rusuk Adam,AS dalam FirmanNya Allah,SWT "Kun Fayakun" artinya Jadilah maka jadilah ia. QS.YASIN:82.
Dari kumpulannya terbuang juga bermakna;
Kemudian setelah penciptaan pertama-Nya itu masih berada di surga, akhirnya manusia diturunkan kebumi..; berlanjutlah regenerasi yang terus berkembang biak di muka bumi yang berasal dari tetes air mani dan itu juga bermakna pada tingkat kesadaran diri manusia itu yang hina dina dhaif dan fana karena berasal dari tetesan mani yang bercampur pada keduanya itu bapak dan ibu atau dan antara Adam dan Hawa.
Pada tingkatan filosofi tertentu makna "Dari kumpulannya terbuang" juga bermakna manusia adalah sumber daya yang tak terbatas diciptakan Tuhan dengan pemberian sedikit pengetahuan yaitu idea manusia yang diciptakan Tuhan (Allah,SWT) untuk seyogiyanya sadar akan kodrat manusia itu berpasrah semuanya itu kepada Allah,SWT satu yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Penjelasan pada filosofi sufi ini teramat panjang dan masing-masing manusia itu ada pilihan tingkatan-tingkatannya.
+++++++++++++++++++++++
Kembali lagi yang padanya isi histori Indonesia itu ada pada jejak telapak yang berpegang pada salah satu keseluruhan idiom-idiom yang mengediomkan regenerasi bangsa tentang suntikan ediologi positif thinking bagi seluruh aspek kehidupan manusia itu sendiri, khususnya bagi hak-hak hidup yang berkeadilan bagi rakyat yang tersebar diseluruh kepulauan nusantara.
Sehingga watak dan psikologis membentuk karakter bangsa, yang sekarang ini kita lihat dan memperhatikan, seakan menset pola pikir ideal yang telah membentuk karakter manusia itu, yang ada pada semuanya kehidupan rakyat itu telah terpatri turun temurun pada batas-batas tertentu. Seperti;
"pahatan kayu bercabang dua yang pada ujungnya itu mengikat erat elastisitas sumber daya bangsa untuk daya tarik menarik dalam sebuah gulungan kulit kain panji yang di dalam itu berisi kebenaran yang bersatu padu menggenggam batu untuk persiapan awal melepaskan kebebasan dalam perjuangan mendapatkan kemerdekaan."
Hal tersebut diatas dapat menjadi salah satu pengayoman pola tingkah dan perilaku, bagi etika untuk para pelaku penggiat sosialis kemasyarakatan dan jangan hanya melabarak dan berkoar terus buyar, apalagi mendompleng atas nama LSM, ORMAS, DLL yang manfaatnya itu digunakan untuk numpang nampang hanya demi kepentingan semata nek monyang.
Kemudahan pendidikan bagi elit yang bermodal, karena kepolosan mahasiswa dapat dijadikan alat yang memiliki suara besar seperti TOA RUSAK untuk melakukan demonstrasi belajar praktek kerja lapangan sebagai calon penunggang keledai, dan atau maupun masyarakat yang ikut-ikutan dan tidak tahu apa-apa itu, justru ikut menunggang keledai sungguh miris dan kasihan.
Sehingga menyebabkan paradigma setiap regenerasi masyarakat itu diarahkan pada perilaku pembodohan antar sesama regenerasi, hanya untuk tujuan kepentingan nek monyang semata pada turun temurun dalam setiap perubahan totalitas untuk alasan tujuan, manfaat, dan berguna bagi perbaikan dan perubahan peradaban manusia, khususnya itu dibuat untuk mendesain tipoegraphi rakyat di seluruh penjuru wilayah kepulauan Indonesia.
Agar ediologi tidak serta merta hilang dan juga dilupakan oleh setiap regenerasi yang terlahir sebagai salah satu regenerasi penerus masa depan berbangsa dan bernegara di tanah air Indonesia, maka dikte panca dalam butiran Pancasila di ramu sebagai penulisan awal yang berdasarkan asas dan dasar ediologi paham terhadap ketaatan pada ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku sebagai warga negara yang mencitai Indonesia.
IDIOLOGI BANGSA INDONESIA
Berdasarkan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 yang tercatat dari Insiklopedi Wikipedia;
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
+Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
+Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
+Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
+Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
+Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
+Saling mencintai sesama manusia.
+Mengembangkan sikap tenggang rasa.
+Tidak semena-mena terhadap orang lain.
+Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
+Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
+Berani membela kebenaran dan keadilan.
+Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
+Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
+Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
+Cinta tanah air dan bangsa.
+Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
+Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan
+Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
+Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
+Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
+Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
+Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.
+Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
+Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
+Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
+Bersikap adil.
+Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
+Menghormati hak-hak orang lain.
+Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
+Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
+Tidak bersifat boros.
+Tidak bergaya hidup mewah.
+Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
+Suka bekerja keras.
+Menghargai hasil karya orang lain.
+Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Berdasarkan ketetapan MPR no. I/MPR/2003
Sila pertama
Bintang
Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
+Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
+Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
+Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
+Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
+Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
+Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
Sila kedua
Rantai
+Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
+Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
+Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
+Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
+Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
+Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
+Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
+Berani membela kebenaran dan keadilan.
+Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
+Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Sila ketiga
Pohon Beringin
+Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
+Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
+Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
+Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
+Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
+Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila keempat
Kepala Banteng
+Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
+Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
+Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
+Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
+Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
+Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
+Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
+Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
+Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
Sila kelima
Padi dan Kapas
+Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
+Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
+Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
+Menghormati hak orang lain.
+Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
+Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
+Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
+Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
+Suka bekerja keras.
+Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
+Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Terjemahan yang bermakna pada setiap butir-butir Pancasila inilah yang dijadikan landasan asas dasar untuk dan bagi seluruh regenerasi rakyat Indonesia.
Namun semua yang kita lihat dalam kenyataan ranah regenarasi kehidupan bangsa sekarang ini, sudah jauh dari sedikit demi sedikit dari butiran yang tertuang dalam arti kebermaknaan Pancasila untuk diadopsi dan penerapannya pada regenerasi bangsa Indonesia.
Agar ediologi bangsa tidak hilang tertelan masa, maka mulailah menanam kebaikan dari hal yang paling terkecil yaitu dimulai dari sejak dini untuk membangkitkan kesadaran diri keluarga yang mengarah dan membina anak-anak sebagai penerus regenerasi bangsa untuk mencintai Indonesia sesuai dengan kearifan lokal diseluruh persada nusantara.
Semua hal point ediologi Indonesia mencerminkan pada momentum tersendiri salah satunya Pancasila yang memiliki hubungan teritorial keterkaitan yang sangat erat dengan Proklamasi, yang ternyata dalam perjuangan itu banyak menyimpan historis bagi segenap bangsa yang justru dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia atas perjuangan yang diperoleh Indonesia sampai waktu sekarang ini.
Merilis dari halaman KOMPAS - Teks proklamasi dalam bentuk tulisan tangan dan ketikan merupakan dua benda peninggalan penting bagi bangsa Indonesia.
Tahukah kamu isi teks proklamasi kemerdekaan Indonesia?
Teks Proklamasi Mengutip Kemdikbud RI, teks proklamasi adalah buah pikiran tiga tokoh nasional yaitu Soekarno, Moh Hatta dan Achmad Soebardjo yang ditulis tangan oleh Soekarno dan diketik oleh Sayuti Melik.
Berikut ini teks proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dibacakan Soekarno pada 17 Agustus 1945:
P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.
Maka dari hal itu, Proklamasi telah menyemangati rakyat Indonesia sebagai bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur demi meraih kedaulatannya sendiri yang kesemuanya itu merupakan perjuangan rakyat terkait dan saling mengaitkan antara panca dengan sila, antara butir yang disesuaikan dengan landasan Pacansila dan UUD 1945.
Begitu juga hal yang sangat sakral adalah ikrar SUMPAH PEMUDA dan jangan main-main dengan sumpah, sebab sumpah itu akan menjerat karma buruk bagi keturunan-keturunan regenerasi yang akan datang akibat dari nek monyang regenerasi yang mungkin luput atau silap, baik disengaja maupun tidak sengaja, dan itu akan menjadikan cermin nek monyang terhadap watak, tabiat, perilaku, adab, pola pikir, baik itu pengaruh pada mental dan moral sebagai pertanggungjawaban atas pelanggaran sumpah yang kelak akan dirasa karma itu pada masa genre ke regenerasi yang sedang bertumbuh kembang biak pada masa sekarang ini, dan kenyataan sudah banyak dapat kita lihat di tv, media, koran, berita, baik online atau offline sambil nyantai ngopi dan ngudut baca koran.
Lihat dan baca juga pengutipan ulasan dan pembahasan SUMPAH PEMUDA dari Insiklopedia Cendekia Wikipedia bahwa; Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.
Yang dimaksud dengan "Sumpah Pemuda" adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Keputusan ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap "perkumpulan kebangsaan Indonesia" dan agar "disiarkan dalam berbagai surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan".
Istilah "Sumpah Pemuda" sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya. Berikut ini adalah bunyi tiga keputusan kongres tersebut sebagaimana tercantum pada prasasti di dinding Museum Sumpah Pemuda. Penulisan menggunakan ejaan van Ophuijsen.
Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada secarik kertas yang disodorkan kepada Soegondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan) sambil berbisik kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini), yang kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.
+++++++++++++++++++++++
BumiNya
Jadilah seperti bumi
maka, kan kau rasa
isi kandunganNya
Junirullah, 8-7-2021
+++++++++++++++++++++++
Kesimpulannya adalah kesadaran dalam menyadarkan diri dari lamanya tidur itu tak sadarkan diri, maka bangun dan bangkit bahwa "apa yang ditanam itu yang dituai" berbuatlah kebaikan sebabagai bangsa Indonesia yang tangguh dan bertumbuh baik.
Ditulis mulai tanggal:19-07-2021.
dan diselesai tanggal : 21-07-2021.
Oleh. Junirullah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H