Mohon tunggu...
Juneman Abraham
Juneman Abraham Mohon Tunggu... Dosen - Kepala Kelompok Riset Consumer Behavior and Digital Ethics, BINUS University

http://about.me/juneman ; Guru Besar Psikologi Sosial BINUS; Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI); Editor-in-Chief ANIMA Indonesian Psychological Journal; Asesor Kompetensi - tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pantang Pupus di Jalur Scopus

7 Agustus 2024   13:00 Diperbarui: 7 Agustus 2024   18:38 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada pepatah, "Emas yang jatuh di lumpur tetaplah emas dan bersinar". Artikel penelitian kita walau masuk ke jurnal yang tidak terindeks Scopus pun (yang dianggap baku emas/gold standard termasuk oleh lembaga pemeringkatan Quacquarelli Symonds (QS) dan  Times Higher Education (THE)) - jika merupakan artikel yang memenuhi standar riset, tinjauan sejawat (peer review), dan pelaporan yang baik - tetaplah merupakan artikel yang baik dan kita semua harus bangga dengan dan mempromosikan itu. 

Sebaliknya, walau sebuah artikel terbit di jurnal terindeks Scopus dan Quartile 1, ber-impact factor tinggi, disebut top-tier journal, tidak serta-merta artikel tersebut merupakan artikel yang baik, yang memenuhi dua kualitas sekaligus (1) Kokoh secara keilmuan (scientifically robust), dan (2) Beretika (ethical). 

Kasus etik Prof. Francesca Gino dari Harvard memperlihatkan betapa kedua hal tersebut adalah maha penting melampaui keterindeksan pada global database untuk mengklaim reputasi.  

Kita (peneliti, lembaga pendanaan, lembaga ilmiah, dan organisasi penyedia metrik/ukuran kuantitatif) hendaknya selalu memegang Deklarasi San Francisco tentang Penilaian Penelitian: 

1. Perlunya menilai penelitian berdasarkan isinya, bukan berdasarkan jurnal di mana penelitian tersebut diterbitkan;

2. Bahwa isi dari sebuah makalah ilmiah jauh lebih penting daripada metrik jurnal atau identitas jurnal di mana artikel tersebut itu diterbitkan;

3. Untuk keperluan penilaian penelitian, pertimbangkan nilai dan dampak dari semua luaran penelitian (termasuk set data dan perangkat lunak) di samping publikasi penelitian, dan pertimbangkan berbagai ukuran dampak termasuk indikator kualitatif, seperti pengaruh pada kebijakan dan praktik masyarakat.

Tulisan ini mengajak kita semua untuk bergerak melampaui - tanpa harus menjauhi - Scopus dengan lima langkah praktis. Saya memperbincangkan dunia publikasi ilmiah pada umumnya, etika riset dan publikasi, serta praktik sains terbuka melalui kanal Twitter, Youtube, SlideShare, dan Figshare.

Yang dibutuhkan dari kita semua agar tidak pupus di jalur Scopus adalah keberanian moral untuk melihat kebenaran; menunjukkan bahwa yang benar itu benar dan yang batil itu batil dan tidak mencampuradukkan keduanya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun