Mohon tunggu...
Junaedi
Junaedi Mohon Tunggu... Lainnya - Pencangkul dan Penikmat Kopi

Lahir dan tumbuh di Wonosalam, kawasan pertanian-perkebunan dataran tinggi di Jombang bagian selatan. Seorang pencangkul dan penikmat kopi. Dapat ditemui di www.pencangkul.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

3 Tanaman Liar Sumber Pangan dan Penghasil Cuan

19 Mei 2023   18:12 Diperbarui: 19 Mei 2023   18:17 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah jenis keladi yang tumbuh liar di Wonosalam, Jombang (Dok. Pribadi)

SEBAGAI orang yang tinggal di kawasan pertanian (perkebunan), beragam tanaman harus kita kenali dan pelajari terutama yang terkait dengan tanaman utama yang dibudidayakan. Namun demikian, selain tanaman utama, kita juga dituntut untuk mengenal tanaman-tanaman lain, baik yang berperan sebagai gulma, tanaman pendamping atau tanaman pelengkap. Banyak tanaman yang awalnya kita anggap sebagai gulma atau penggangu, ternyata tanaman itu bisa dimanfaatkan bahkan bisa menghasilkan cuan.

Di tempat penulis, Wonosalam Jombang, tanaman utama yang dibudidayakan masyarakat adalah cengkeh, kopi dan kakao serta beragam buah-buahan (durian, pisang, alpokat, salak, dan sebagainya), juga beragam tanaman keras lainnya penghasil kayu.

Cengkeh misalnya, sejak  1970-an menjadi nadi perekonomian kawasan ini. Meskipun saat ini tanaman ini tak lebih dari 30 persen seperti di awal 2010-an, karena terserang penyakit, tetapi masih menjadi tumpuan masyarakatnya.

Sedangkan kopi, yang ada sejak  pertengahan 1800-an juga menggeliat kembali dengan mulai banyaknya masyarakat terutama anak-anak muda yang terlibat dalam menggerakan roda perekonomian kopi. Bahkan Wonosalam juga dikenal sebagai penghasil kopi ekselsa, kopi unik dan eksotis yang jumlahnya memang sedikit dari keseluruhan jenis kopi di dunia.

Demikian juga dengan durian. Wonosalam dikenal sebagai penghasil durian bido, durian endemik yang telah didaulat oleh kementerian pertanian sejak 2006 sebagai salah satu durian unggul.

Nah, di samping tanaman itu, di kebun-kebun atau lahan-lahan kosong di wilayah Wonosalam juga seringkali tumbuh tanaman liar yang ternyata selama ini juga dimanfaatkan terutama sebagai sumber pangan (sayuran) dan akhir-akhir ini malah diusahakan lebih serius dan dijadikan bahan kuliner khas daerah yang tentu menguntungkan secara ekonomi (komersial).

Ada beberapa tanaman liar di Kawasan wonosalam dan telah menjadi bagian kuliner khas wonosalam, diantaranya:

1. Keladi Lompong

Ada beragam keladi yang tumbuh di kawasan ini, baik keladi hias maupun keladi non hias. Keladi hias maupun non hias ragamnya juga banyak sekali. Yang sering dimanfaatkan sebagai bahan pangan atau sayuran adalah jenis keladi yang di kampung saya sering di sebut keladi 'lompong'. Entah di daerah lain mungkin punya penyebutan lain. Jenis keladi ini umumnya bagian batang semunya yang dijadikan masakan (lodeh, oseng-oseng dan sebagainya). Butuh keahlian khusus untuk mengolah keladi ini, karena jika salah dalam pengolahan, justru bisa menimbulkan rasa gatal pada masakan ini.

Oseng Keladi Lompong (Sumber: cookpad.com)
Oseng Keladi Lompong (Sumber: cookpad.com)

Sementara itu daun keladi ini juga bisa digunakan sebagai pembungkus masakan ikan. Tujuannya dibungkus dengan daun keladi ini selain daung keladinya juga bisa di konsumsi, ikan yang dibungkus ini juga tidak mudah hancur dan terutama beberapa jenis ikan laut awetan, tidak memunculkan rasa gatal yang seringkali ada pada ikan laut awetan (asap atau asin).

Sejatinya keladi ini telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Wonosalam Jombang, namun baru beberapa tahun terakhir diperjual-belikan atau dijual di kedai atau rumah makan yang juga mulai marak seiring perkembangan wisata wonosalam.

Ada juga jenis keladi lain, di kawasan Wonosalam biasa disebut keladi beneng atau endrow, yang dijadikan sebagai sumber cuan dengan memanfaatkan daunnya sebagai bahan baku rokok.

2. Tanaman Sintrong

Tanaman sintrong di wonosalam ini salah satu tanaman liar yang benar-benar liar. Sejauh sepengatuan saya, belum ada yang membudidayakan. Tanaman ini juga tumbuh subur di kawasan Wonosalam terutama di musim penghujan atau lahan-lahan yang banyak airnya.

Tanaman Sintrong (Dok. Pribadi)
Tanaman Sintrong (Dok. Pribadi)

Sama halnya keladi, tanaman ini juga telah menjadi bahan masakan masyarakat Wonosalam. Dengan aroma khasnya, tanaman ini biasa dimasak menjadi lalapan atau isian urap-urap atau sayuran untuk pecel. Di musim pancaroba atau kemarau, jumlahnya memang tak terlalu banyak. Sementara jika musim hujan tanaman ini bisa tumbuh dimana-mana dan mudah dijumpai. Beberapa kedai atau warung makan juga mulai memperkenalkan sayuran dari bahan sintrong ini, karena selain lezat rasanya juga kandungan nutrisinya sangat baik untuk tubuh.

Baca juga: Gulma yang Bermanfaat dan Berkhasiat Obat

3. Tanaman Krokot

Krokot juga salah satu tanaman liar. Begitupun tumbuhnya juga "sangat liar". Bisa di kebun, pinggir jalan, tanah berbatu, bahkan bisa tumbuh subur di halaman rumah.

Tanaman Krokot (Sumber gambar: jogja.tribunnews.com)
Tanaman Krokot (Sumber gambar: jogja.tribunnews.com)

Meskipun tak semasif tanaman keladi lompong dan tanaman sintrong, tanaman ini juga biasa dijadikan masakan khas Wonosalam dan juga mulai disajikan di kedaikedai makanan. Bisa dibuat lalapan, atau direbus dan disandingkan dengan sambal terasi ataupun sebagai isian pecel.

Tumbuh subur dan liar di musim penghujan dan selain sebagai bahan pangan juga berkhasiat sebagai obat. Ditengarai tanaman krokot ini sangat baik untuk kesehata. Melansir kompas.com, manfaat tanaman krokot untuk kesehatan bisa diperoleh dengan berbagai cara, salah satunya menjadikannya obat luar, seperti obat bisul, eksim, borok, luka bakar, hingga gigitan ular dan serangga. Tanaman ini juga bisa dijadikan obat oral, seperti untuk pengobatan disentri, diare akut, wasir berdarah, badan pegal dan sakit (rheumatism), keputihan, gangguan saluran kemih, obat masuk angin, dan masih banyak lagi.

Itulah tiga tanaman liar di kampung saya yang telah sejak lama dimanfaatkan sebagai bahan makanan eksotis sekaligus sebagai sumber penghasilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun