Kemudian Wahyu Saidi mulai belajar membuat bakmi yang lezat. Demi mewujudkan mimpinya memiliki usaha makanan yang sukses, beliau mengundang para pakar kuliner dan analisis rasa. Untuk menguji resep masakannya. Usaha dan kerja kerasnya akhirnya berbuah manis. Beliau pun berhasil memperoleh bumbu penyedap bakmi dan 33 jenis hidangan lainnya.
Tidak lama berselang, berkat Inspirasi dari Bakmi GM, Wahyu Saidi kemudian membuat usaha bakmi dengan naman “Bakmi Langgara”. Beliau membuka outlet pertamanya di Menara Kadin, Jakarta pada tahun 2000. Lokasi tersebut diperoleh beliau dari sahabatnya, yang sudah sukses menjadi pengusaha. Beliau menerapkan teori ATM (Amati, Tiru, dan Modivikasi) untuk memulai usahanya. Melalui teori itersebut, beliau berusaha maksimal agar masakannya memiliki citra rasa seenak Bakmi GM, tetapi dengan harga yang lebih murah.
Outlet pertama Wahyu Saidi ternyata laku keras dan langsung dijejali konsumen. Para pengunjung datang silih berganti membeli bakmi buatannya. Kesuksesan tersebut lantas mengilhaminya untuk melakukan ekspansi usaha dengan membuka cabang kedua di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur. Outlet kedua ini pun kembali ramai dikunjungi pembeli, sehingga membuat pundi-pundi uangnya semakin tebal.
Selanjutnya, mantan site manajer PT. Gajah Mada Sarana – sebuah perusahaan kontraktor di Palembang,- ini pun kembali melebarkan usahanya. Kali ini beliau membuka usaha bakmi dengan nama “Bakmi Tebet”. Usaha ini pun kembali meraih kesuksesan seperti usaha beliau sebelumnya.
Guna menarik konsumen, Wahyu Saidi membagi usahanya menjadi dua segmen pasar. Usaha Bakmi Langgara diposisikan untuk menarik konsumen dari kelas menengah ke atas, sedangkan Usaha Bakmi Tebet sasarannya adalah konsumen kelas menengah ke bawah. Namun cara seperti ini ternyata kurang berhasil. Secara perlahan, Bakmi Langgara dan Bakmi Tebet membaur menjadi satu. Efek positifnya justru membuat usahanya terus berkembang dengan pesat. Makanan yang dijualnya pun mulai bervariasi seperti cendol, steak dan lain-lain. Hanya dalam tempo dua tahun, usahanya berkembang menjadi 12 cabang.
Membuka Usaha Waralaba (Franchise)
Naluri bisnis Wahyu Saidi kian liar dan terus memikirkan pengembangan usahanya agar menjadi lebih besar lagi. Beliau lalu berinovasi dengan mencviptakan sistem waralaba (franchise) dan menawarkan kepada masyarakat yang berminat membuka usaha seperti dirinya.
Gebrakan Wahyu Saidi ini ternyata cukup jitu. Terbukti banyak pemilik modal yang tertarik bekerja sama dengannya. Setahun kemudian jumlah cabangnya terus tumbuh mencapai 50 cabang. Setiap tahun tawaran kerja sama untuk membuka cabang baru terus berdatangan, membuat usahanya laris manis bak pisang goreng. Outlet bakminya terus bertambah mencapai ratusan cabang yang tersebar di beberapa kota seperti di kawasan Jabodetabek, Bandung, Cirebon, Cilegon, Semarang, Yogyakarta, Medan, Pekanbaru, Palembang serta kota-kota lain yang ada di Indonesia. Bahkan beliau juga mengembangkan sampai ke luar negeri, yaitu di negara Malaysia dan Mekkah dengan omset mencapai ratusan juta rupiah.
Pengusaha yang bertempat tinggal di Jalan Rawamangun Muka I No. 22 Jakarta Timur ini menjual waralaba dengan dua nama, yaitu Bakmi Tebet dan Bakmi Langgara. Beliau menawarkan harga waralabanya mulai dari Rp10 juta hingga Rp550 juta per outlet. Hasilnya sangat fantastis. Hanya dalam kurun 4 tahun sejak membuka usaha, outletnya berkembang hingga memiliki 90 cabang.
Kedua nama bakmi miliknya yaitu Bakmi Langgara dan Bakmi Tebet berkembang sama cepatnya. Dalam waktu 15 tahun, usahanya terus berkembang hingga menjadi 410 outlet, termasuk di dalam maupun luar negeri Beberapa di antaranya berupa gerobak. Omzet satu outletnya bisa mencapai Rp 10 juta per hari.
Kesuksesan Wahyu Saidi dalam bisnis makanan membuat namanya terkenal dan menjadi perbicangan banyak orang. Berbagai media nasional pernah meliput kesuksesannya. Bahkan beliau sering diundang berbagai kalangan sebagai narasumber seminar motivasi bisnis untuk berbicara dan berbagi resep suksesnya dalam mengelola usaha. Beliau juga sering mengisi rubrik entrepreneur di media cetak dan radio. Bahkan, sebuah stasiun televisi di Jakarta pernah mendapuknya menjadi presenter program ‘’Modal Dengkul Dapur Ngebul’’ selama enam bulan.