Wahyu Saidi mengaku kalau dirinya pernah terlibat dalam persiapan pembangunan jalan tol Sejajar-Kalimalang. Sayangnya pembangunannya terbengkalai akibat terkena imbas krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1998-1999. Perusaan tempat beliau bekerja mati suri dan beliau pun akhirnya job-less alias menjadi pengangguran.
Dalam kondisi yang tidak menentu tersebut tentu tidak banyak pilihan lapangan kerja yang tersedia. Wahyu Saidi lalu berpikir untuk mencoba keberuntungannya dengan alih profesi menjadi seoang pebisnis. Baginya, memutuskan terjun ke dunia bisnis sama saja dengan menyusuri lorong yang penuh dengan ketidakpastian, Sebagai orang yang selalu berpandangan optimis, beliau siap menghadapi tantangan dalam dunia baru yang belum pernah digelutinya tersebut.
“Saya pilih dunia bisnis karena tidak ingin menyerah dan saya berani bersaing.,” tuturnya dengan penuh semangat, sambil mengenang masa lalunya
Bisnis yang pertama kali dilakukan alumni ITB Angkatan’81 ini adalah dalam bidang agribisnis. Saat itu beliau mencoba menanam cabe dan buncis. Seperti para pemula lainnya, usaha tersebut akhirnya tidak berhasiil. Tanamannya tumbuh, subur tetapi buahnya sangat sedikit.
’Rupanya saya salah memberi pupuk. Saat itu saya baru tahu kalau pupuk itu bermacam-macam. Ada pupuk untuk daun, ada pula pupuk untuk buah,’’ ujar Doktor ITB ini sambil tertawa lepas.
Namun jangan sebut namanya kalau pria bertubuh subur dan murah senyum ini kapok. Justru kegagalan memcut dirinya untuk terus belajar dari kegagalannya dan mau terus mencoba usaha bidang lainnya.
Tekad kuat pria asal kota empek-empek ini untuk menjadi seorang pengusaha tidak bisa dibendung. Kemudian Wahyu Saidi mencoba terjun ke bisnis makanan. Beliau lalu mendirikan kedai ikan patin, masakan khas daerah kelahirannya, Palembang,. Sayangnya usaha ini pun tidak berjalan mulus. Pasalnya, kedai itu hanya ramai dikunjungi pada jam tertentu saja. Selain itu, konsumen yang bisa menikmatinya hanya orang dewasa.
Penulis buku bisnis dan pembicara seminar ini pun tidak putus asa. Beliau tetap berpikir keras mencari solusi mencari usaha yang lebbih mudah berpotensi mendulang sukses. Beliau kemudian mulai menganalisis semua menu makanan, mulai dari soto kudus, soto Madura, siomay, bakso, ayam bakar, sampai roti bakar.
Akhirnya Wagyu Saidi mengambil keputusan untuk berbisnis bakmi. Ide membuka warung bakmi diperoleh ketika makan di Restoran Bakmi Gajah Mada (GM) yang sangat terkenal di Jakarta.Beliau kagum pada restoran Bakmi GM yang begitu besar dan selalu penuh pengunjung. Selain itu alasan lainnya adalah karena bakmi dapat dinikmati oleh semua golongan umur, setiap waktu, dan oleh semua lapisan masyarakat.
Mulai Buka Usaha Bakmi
Pada mulanya membuka usaha, alumni SMA Xaverius I Palembang ini mengaku sering terbentur masalah dana untuk mengembangkan usahanya. Namun beruntung beliau saat itu bertemu dengan seorang pensiunan Bank Indonesia yang bersedia memberinya pinjaman modal usaha.