[caption caption="Suasana ruang perpustakaan TBM Sehati di rumah Mang Yayat yang sangat sederhana (sumber foto: Mang Yayat)"]
Menurut Mang Yayat, pada tahun 2000 jumlah koleksi bukunya sudah mencapai lebih dari 200 buah. Saat itu dia belum memperbolehkan warga meminjamnya, melainkan hanya boleh membaca di tempat. Kemudian sejak tahun 2003, buku koleksinya sudah mulai dipinjamkan. Kini koleksinya sudah mencapai lebih dari 4000 buah.
“Perpustakaan keliling dimulai pada tahun 2005, karena waktu itu saya bekerja di konpeksi rumahan. Keman-mana Saya selalu membawa buku. Pada tahun 2010 saya dipercaya untuk mengelola perpustakaan desa. Pada tahun 2012 saya, mulai mengenal istilah taman baca melalui pelatihan dari Pemerintah Kabupaten Bandung. Baru pada tahun 2013, taman bacaan yang saya dirikan resmi berdiri karena ada ijin oprasional dari pemerintah,” ujar Mang Yayat bangga.
[caption caption="Suasana perpustakaan ketika ramai anak-anak sedang asik membaca buku (sumber foto: Mang Yayat)"]
Cara Mengelola Taman Bacaan
Buku yang menjadi koleksi Taman Bacaan Sehati berasal dari berbagai sumber. Ada yang berasal dari dana pribadi, sumbangan dari Kementrian Pendidikan dan sumbangan dari masyarakat yang peduli terhadap taman bacaan yang dikelolanya.
“Biasanya saya selalu menyisihkan dana sebesar 2,5% dari hasil keuntungan penjualan tahu. Juga dari sisa uang belanja istri saya. Karena dananya terbatas, saya biasanya membeli buku bekas dari tukang rongsokan. Biar bukunya bekas, yang penting isinya masih bisa dibaca,” ujarnya bersemangat.
Semua orang yang ingin meminjam buku di Taman Bacaan Sehati, tidak dikenakan biaya alias gratis. Hal ini tidak terlepas dari masa lalu mang Yayat yang begitu pahit, sehingga sulit sekali untuk bisa membaca buku. Oleh sebab itu dia selalu bermimpi ingin mempunyai sekolah gratis.
[caption caption="Bebeberapa pelajar putri tampak sedang belajar secara berkelompok di TBM Sehati(sumber foto: Mang Yayat)"]
“Jadi apapun yang ada di tempat Saya, terutama yang bersifat kebutuhan umum, Saya gratiskan,” ujarnya mantap.
Dalam mengelola taman bacaan, semula Mang Yayat hanya dibantu oleh istri dan anak pertamanya yang kini sudah bersekolah di SMP kelas 3. Anak pertamanya ini menurut Mang Yayat, sejak kelas 5 SD sudah menjadi relawan guru privat untuk sekolah dasar kelas 1 dan 2.