[caption caption="Mang Yayat ketika menerima penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka sebagai pustakawan terbaik dari Perpustakaan Nasional di Jakarta pada tahun 2013 (sumber gambar: Mang Yayat)"][/caption]
Oleh: J. Haryadi
Membaca adalah suatu kegiatan positif yang bisa menambah ilmu pengetahuan dan wawasan berpikir kita. Aktivitas ini seharusnya dibangun ketika masih kecil, sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang akhirnya berkembang menjadi suatu kebutuhan. Seperti halnya tubuh yang membutuhkan makanan, jiwa kita pun memerlukan nutrisi. Aktivitas membaca merupakan nutrisi penting yang bisa mengenyangkan ruhani kita.
Banyak hal penting yang bisa dibaca sesuai dengan kebutuhan. Berbagai bahan bacaan bisa diperoleh dari berbagai sumber, seperti koran, tabloid, majalah atau buku. Kita bisa membacanya melalui media cetak, elektronik atau digital.
Buku adalah salah satu media yang paling umum dan sering dipakai orang. Hampir semua lembaga pendidikan menggunakan buku sebagai bahan bacaaan utamanya. Melalui buku kita bisa belajar menambah pengetahuan. Seperti sebuah pepatah yang mengatakan, “Buku adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya”.
Minat Baca Bangsa Indonesia Rendah
Negara maju adalah negara yang minat membacanya tinggi, seperti misalnya Amerika, Jerman, Inggris, Australia, Malaysia, Singapura dan Jepang. Sayangnya, minat baca di Indonesia tergolong sangat rendah.
Berdasarkan data hasil survei tahun 2006 sampai 2012 yang dikeluarkan pada tahun 2014 oleh Integrated BPSDMKP Library Management System, hasilnya cukup mengejutkan. Pada tahun 2006, BPS telah mencatat 85.9% masyarakat Indonesia lebih suka menonton TV, lalu sebanyak 40,3% suka mendengarkan radio, dan sisanya hanya sebesar 23,5% suka membaca Koran.
Sementara itu berdasarkan laporan Organisasi Pengembangan Kerja Sama Ekonomi (OECD), pada tahun 2009 Indonesia tercatat sebagai negara yang paling rendah minat baca penduduknya untuk kawasan Asia Timur. Pada tahun 2012, Berdasarkan data dari UNESCO, indeks membaca orang Indonesia cuma sebesar 0,001% atau perbandingannya adalah 1 orang untuk 1.000 orang penduduk.
Selain itu, berdasarkan data UNDP menyebutkan bahwa angka melek huruf orang dewasa di Indonesia hanya 65,5 persen. Coba bandingkan dengan Malaysia yang angka melek hurufnya 86,4 persen. Jelas kondisi ini sangat memprihatinkan dan butuh perhatian banyak pihak untuk mengatasinya.
Mengapa Minta Baca Rendah?