Oleh: Jumaiyadi Putra
Mahasiswa Jurusan Sosiologi Agama , Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry, Banda
Aceh
Hari itu, kami beberapa mahasiswa berkunjung ke kantor Redaksi Majalah POTRET di Jalan
Prof. Ali Hasyimi, Pango Raya, Banda Aceh. Dalam kunjungan itu Pimpinan Redaksi majalah
POTRET, bertanya kepada kami, apakah kami suka menulis? Salah satu di antara kami
mengatakan, " saya tidak bisa menulis Pak, Saya tidak tahu bagiamana cara menulis". Langsung
saja, Pak Tabrani Yunis menyambar ungkapan itu. Lho, bukannya mahaiswa slama ini sudah
banyak mendapat tugas menulis dari dosen?" Benar Pak, jawab kami. Tapi itu hanya sekedar
menyelsaikan tugas Pak. Kemudian Pak Tabrani Yunis bertanya lagi, " Hari ini, siapa yang ada
membaca surat kabar?. Tidak ada satu pun di antara kami yang membaca. Lalu, ditanya lagi,
yang membaca buku? Jawabannya juga tidak ada. Wah, gawat, ungkap Pak Tabrani Yunis. Ini
berbahaya, kalau mahasiswa tidak membaca. Mau jadi sarjana apa nanti?
Pertanyaan terakhir itu sangat menohok rasanya. Itu memang harus dipertanyakan. Kita tahu
bahwa mahasiswa adalah pelajar tertinggi dari pelajar lain. Mahasiswa sejatinya memiliki ilmu
yang lebih banyak dari pada pelajar lain. Karena mahasiswa diajarkan untuk selalu mengkritisi
setiap permasalahan dan juga solusi dari permasalahan tersebut. Tetapi pada beberapa tahun
belakangan ini, minat mahasiswa untuk membaca semakin berkurang, sehingga produksi untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan sangatlah sedikit. Apa sih yang membuat hal itu bisa terjadi?
Kenapa Mahasiswa yang dulunya ditakuti oleh rezim-rezim pemerintahan, sekarang malah
mahasiswa yang takut kepada rezim pemerintah?
Padahal, senjata yang ampuh bagi mahasiswa untuk menyerang dan mengkritisi pemerintahan
bukanlah demo, tetapi ada yang jauh lebih penting yang harus dikuasai oleh mahasiswa yaitu
ilmu pengetahuan. Kenapa ilmu pengetahuan itu sangat penting? Karena dengan ilmu
pengetahuan, kita bisa merubah dunia, dunia yang dulunya hanya bisa dikendalikan oleh rezim-
rezim tertentu yang berkuasa, yang selalu membodohi rakyatnya, mengiming-imingkan sesuatu
yang sebenarnya itu tidak bisa diwujudkan untuk masyarakat. Dengan ilmu pengetahuan, kita
bisa mengubah hal itu. Kita bisa mengajarkan masyarakat melalui sosialisasi, edukasi, dan
langsung terjun ke lapangan atau desa-desa untuk membagikan ilmu-ilmu pengetahuan agar
masyarakat tahu hal-hal yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Karena dengan itu, masyarakat
tidak mudah dibodohi oleh rezim-rezim pemerintahan tertentu.
Penting bagi Mahasiswa untuk memahami hal-hal yang berkembang saat ini, mulai dari isu-isu
politik, ekonomi, pemutarbalikan sejarah, pencitraan dan hal-hal lainnya yang menjadi PR bagi
mahasiswa untuk mengkritisi dan melawan oknum-oknum dari pemerintahan tertentu untuk
menghancurkan bangsa dan Negara. Bagaimana caranya? Bagaimana kita mengetahui bahwa
sesuatu itu salah atau benar untuk kita sampaikan kepada masyarakat? Tidak ada jalan pintas
untuk mengetahui hal itu selain membaca, karena membaca adalah jendela ilmu, tempat di mana
dinamika masyarakat, kehidupan social, dan ilmu-ilmu tentang tata Negara itu tercantumkan.
Bagaimana bisa seorang mahasiswa mengajarkan ilmu yang ia dapatkan kepada masyarakat,
apabila dia sendiri jarang membaca, jarang mencari peristiwa-peristiwa terbaru yang harus
dikritisi. Tanpa membaca, sangat mustahil seorang mahasiwa atau mahasiswa itu sendiri untuk
memberikan edukasi atau pendidikan kepada masyarakat. Kenapa mahasiswa pada zaman dulu
itu ditakuti bahkan bisa menurunkan jabatan soeharto yang pada saat itu menjabat sebagai
Presiden Republik Indonesia yang ke-2?. Apa karena mahasiswa dulu itu kuat-kuat atau mantan
marinir? Ternyata bukan, mahasiswa dulu adalah mahasiswa yang sebenarnya mahasiswa,
mereka memegang status mereka sesuai dengan keahlian mereka. Mereka membaca setiap hari
tentang buku-buku tertentu dan mereka selalu berdiskusi, mencari solusi dari peristiwa tertentu.
Hal-hal ini yang mereka lakukan setiap hari, sehingga yang ada di fikiran mereka adalah ilmu
pengetahuan semua, pengetahuan yang berlandaskan dengan dalil-dalil ahli-ahli filsafat tertentu.
Tetapi untuk saat ini, sepertinya hal itu sulit untuk diaplikasikan, karena tantangan teknologi,
alat-alat komunikasi yang canggih seperti handphone, laptop, yang membuat mereka lalai,
padahal jika mahasiswa sedikit saja berfikir tentang manfaat dari teknologi dan
mengaplikasikannya didalam kehidupan, maka akan sangat mudah bagi mereka untuk menuntut
ilmu dibandingkan zaman dulu yang belum berkembang. Tetapi hal ini tidak dimanfaatkan oleh
mahasiswa, padahal ini sangat membantu mahasiswa dalam mengerjakan tugasnya dan mencari
informasi-informasi yang lagi trend saat ini.
Perkembangan teknologi yang super canggih ternyata tidak bisa membentuk karakter mahasiswa
semakin baik, menjadikan mahasiswa semakin kritis, tapi malah membuat merosotnya moralitas
mahasiswa. Terbukti dari banyaknya angka kriminalitas yang ditimbulkan dari mahasiswa itu
sendiri. Jika teknologi yang super canggih ini bisa melalaikan mahasiswa, bagaimana dengan
masyarakat lainnya? Teknologi sepertinya sudah berhasil mempengaruhi otak manusia, sehingga
mahasiswa saja yang dulunya kutu buku, menjadi kutu gadget, yang dulunya rajin membaca,
menjadi lalai dengan game, facebook, chatting dan lainnya. Seharusnya mahasiswa memiliki
kesadaran terhadap membaca, memiliki kesadaran terhadap pentingnya perubahan dinamika
yang ada di masyarakat. Bagaimana mahasiswa bisa mengetahui perubahan seperti ini, jika
mahasiswa untuk membaca saja kurang. Dengan membaca dan berdiskusi akan menimbulkan
sensitivitas yang ada pada diri kita terhadap masyarakat, baik itu masyarakat marginal, maupun
masyarakat awam sekalipun. Oleh karena itu, pentingnya membaca sangat mempengaruhi
perubahan yang ada di dunia ini. Membaca bisa membuat kita mengetahui isi dunia dan apa yang
terjadi di dunia ini. Begitu luas nya pemahaman dan wawasan kita ketika kita sudah terbiasa dan
menjadikan membaca sebagai rutinitas kita. Oleh katena itu hilangkan lah semua kebiasaan-
kebiasaan yang melalaikan kita terhadap membaca, hilangkan lah kebiasaan-kebiasaan yang
sebenarnya hanya membuang-buang waktu kita untuk belajar. Karena jika hal itu terus
dilakukan, maka dampak buruk akan terjadi kepada kita dan menimpa masa depan kita. Banyak
kegunaan-kegunaan dan manfaat dari gadget yang bisa diambil, bukan hanya asik dalam bermain
instagram, posting ini posting itu, berlomba-lomba mengadu siapa yang paling banyak follower,
yang secara langsung akan membuang-buang waktu kita untuk belajar. Masa muda tidak akan
pernah terulang lagi, pada usia muda lah waktunya kita untuk berkarya, mencari banyak prestasi,
terjun ke lapangan, mendapatkan aspirasi dari pemerintah, hal ini lebih baik dari pada hanya
mengeram di dunia maya yang sebenarnya hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu. Bahkan
bung karno presiden pertama republic Indonesia pernah mengatakan kirimkan saya sepuluh
pemuda, maka akan saya goncangkan dunia ini, dari pada seribu orang dewasa, yang tidak
memiliki kualitas ilmu sedikit pun. Maka dari itu penting bagi kita sebagai mahasiswa untuk bisa
membaca dan terus belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H