Mohon tunggu...
Humaniora

Hari Gini, Mahasiswa Malas Membaca, Mau Kemana?

8 Desember 2017   14:55 Diperbarui: 8 Desember 2017   15:25 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Jumaiyadi Putra

Mahasiswa Jurusan Sosiologi Agama , Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry, Banda

Aceh

Hari itu, kami beberapa mahasiswa berkunjung ke kantor Redaksi Majalah POTRET di Jalan

Prof. Ali Hasyimi, Pango Raya, Banda Aceh. Dalam kunjungan itu Pimpinan Redaksi majalah

POTRET, bertanya kepada kami, apakah kami suka menulis? Salah satu di antara kami

mengatakan, " saya tidak bisa menulis Pak, Saya tidak tahu bagiamana cara menulis". Langsung

saja, Pak Tabrani Yunis menyambar ungkapan itu. Lho, bukannya mahaiswa slama ini sudah

banyak mendapat tugas menulis dari dosen?" Benar Pak, jawab kami. Tapi itu hanya sekedar

menyelsaikan tugas Pak. Kemudian Pak Tabrani Yunis bertanya lagi, " Hari ini, siapa yang ada

membaca surat kabar?. Tidak ada satu pun di antara kami yang membaca. Lalu, ditanya lagi,

yang membaca buku? Jawabannya juga tidak ada. Wah, gawat, ungkap Pak Tabrani Yunis. Ini

berbahaya, kalau mahasiswa tidak membaca. Mau jadi sarjana apa nanti?

Pertanyaan terakhir itu sangat menohok rasanya. Itu memang harus dipertanyakan. Kita tahu

bahwa mahasiswa adalah pelajar tertinggi dari pelajar lain. Mahasiswa sejatinya memiliki ilmu

yang lebih banyak dari pada pelajar lain. Karena mahasiswa diajarkan untuk selalu mengkritisi

setiap permasalahan dan juga solusi dari permasalahan tersebut. Tetapi pada beberapa tahun

belakangan ini, minat mahasiswa untuk membaca semakin berkurang, sehingga produksi untuk

mendapatkan ilmu pengetahuan sangatlah sedikit. Apa sih yang membuat hal itu bisa terjadi?

Kenapa Mahasiswa yang dulunya ditakuti oleh rezim-rezim pemerintahan, sekarang malah

mahasiswa yang takut kepada rezim pemerintah?

Padahal, senjata yang ampuh bagi mahasiswa untuk menyerang dan mengkritisi pemerintahan

bukanlah demo, tetapi ada yang jauh lebih penting yang harus dikuasai oleh mahasiswa yaitu

ilmu pengetahuan. Kenapa ilmu pengetahuan itu sangat penting? Karena dengan ilmu

pengetahuan, kita bisa merubah dunia, dunia yang dulunya hanya bisa dikendalikan oleh rezim-

rezim tertentu yang berkuasa, yang selalu membodohi rakyatnya, mengiming-imingkan sesuatu

yang sebenarnya itu tidak bisa diwujudkan untuk masyarakat. Dengan ilmu pengetahuan, kita

bisa mengubah hal itu. Kita bisa mengajarkan masyarakat melalui sosialisasi, edukasi, dan

langsung terjun ke lapangan atau desa-desa untuk membagikan ilmu-ilmu pengetahuan agar

masyarakat tahu hal-hal yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Karena dengan itu, masyarakat

tidak mudah dibodohi oleh rezim-rezim pemerintahan tertentu.

Penting bagi Mahasiswa untuk memahami hal-hal yang berkembang saat ini, mulai dari isu-isu

politik, ekonomi, pemutarbalikan sejarah, pencitraan dan hal-hal lainnya yang menjadi PR bagi

mahasiswa untuk mengkritisi dan melawan oknum-oknum dari pemerintahan tertentu untuk

menghancurkan bangsa dan Negara. Bagaimana caranya? Bagaimana kita mengetahui bahwa

sesuatu itu salah atau benar untuk kita sampaikan kepada masyarakat? Tidak ada jalan pintas

untuk mengetahui hal itu selain membaca, karena membaca adalah jendela ilmu, tempat di mana

dinamika masyarakat, kehidupan social, dan ilmu-ilmu tentang tata Negara itu tercantumkan.

Bagaimana bisa seorang mahasiswa mengajarkan ilmu yang ia dapatkan kepada masyarakat,

apabila dia sendiri jarang membaca, jarang mencari peristiwa-peristiwa terbaru yang harus

dikritisi. Tanpa membaca, sangat mustahil seorang mahasiwa atau mahasiswa itu sendiri untuk

memberikan edukasi atau pendidikan kepada masyarakat. Kenapa mahasiswa pada zaman dulu

itu ditakuti bahkan bisa menurunkan jabatan soeharto yang pada saat itu menjabat sebagai

Presiden Republik Indonesia yang ke-2?. Apa karena mahasiswa dulu itu kuat-kuat atau mantan

marinir? Ternyata bukan, mahasiswa dulu adalah mahasiswa yang sebenarnya mahasiswa,

mereka memegang status mereka sesuai dengan keahlian mereka. Mereka membaca setiap hari

tentang buku-buku tertentu dan mereka selalu berdiskusi, mencari solusi dari peristiwa tertentu.

Hal-hal ini yang mereka lakukan setiap hari, sehingga yang ada di fikiran mereka adalah ilmu

pengetahuan semua, pengetahuan yang berlandaskan dengan dalil-dalil ahli-ahli filsafat tertentu.

Tetapi untuk saat ini, sepertinya hal itu sulit untuk diaplikasikan, karena tantangan teknologi,

alat-alat komunikasi yang canggih seperti handphone, laptop, yang membuat mereka lalai,

padahal jika mahasiswa sedikit saja berfikir tentang manfaat dari teknologi dan

mengaplikasikannya didalam kehidupan, maka akan sangat mudah bagi mereka untuk menuntut

ilmu dibandingkan zaman dulu yang belum berkembang. Tetapi hal ini tidak dimanfaatkan oleh

mahasiswa, padahal ini sangat membantu mahasiswa dalam mengerjakan tugasnya dan mencari

informasi-informasi yang lagi trend saat ini.

Perkembangan teknologi yang super canggih ternyata tidak bisa membentuk karakter mahasiswa

semakin baik, menjadikan mahasiswa semakin kritis, tapi malah membuat merosotnya moralitas

mahasiswa. Terbukti dari banyaknya angka kriminalitas yang ditimbulkan dari mahasiswa itu

sendiri. Jika teknologi yang super canggih ini bisa melalaikan mahasiswa, bagaimana dengan

masyarakat lainnya? Teknologi sepertinya sudah berhasil mempengaruhi otak manusia, sehingga

mahasiswa saja yang dulunya kutu buku, menjadi kutu gadget, yang dulunya rajin membaca,

menjadi lalai dengan game, facebook, chatting dan lainnya. Seharusnya mahasiswa memiliki

kesadaran terhadap membaca, memiliki kesadaran terhadap pentingnya perubahan dinamika

yang ada di masyarakat. Bagaimana mahasiswa bisa mengetahui perubahan seperti ini, jika

mahasiswa untuk membaca saja kurang. Dengan membaca dan berdiskusi akan menimbulkan

sensitivitas yang ada pada diri kita terhadap masyarakat, baik itu masyarakat marginal, maupun

masyarakat awam sekalipun. Oleh karena itu, pentingnya membaca sangat mempengaruhi

perubahan yang ada di dunia ini. Membaca bisa membuat kita mengetahui isi dunia dan apa yang

terjadi di dunia ini. Begitu luas nya pemahaman dan wawasan kita ketika kita sudah terbiasa dan

menjadikan membaca sebagai rutinitas kita. Oleh katena itu hilangkan lah semua kebiasaan-

kebiasaan yang melalaikan kita terhadap membaca, hilangkan lah kebiasaan-kebiasaan yang

sebenarnya hanya membuang-buang waktu kita untuk belajar. Karena jika hal itu terus

dilakukan, maka dampak buruk akan terjadi kepada kita dan menimpa masa depan kita. Banyak

kegunaan-kegunaan dan manfaat dari gadget yang bisa diambil, bukan hanya asik dalam bermain

instagram, posting ini posting itu, berlomba-lomba mengadu siapa yang paling banyak follower,

yang secara langsung akan membuang-buang waktu kita untuk belajar. Masa muda tidak akan

pernah terulang lagi, pada usia muda lah waktunya kita untuk berkarya, mencari banyak prestasi,

terjun ke lapangan, mendapatkan aspirasi dari pemerintah, hal ini lebih baik dari pada hanya

mengeram di dunia maya yang sebenarnya hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu. Bahkan

bung karno presiden pertama republic Indonesia pernah mengatakan kirimkan saya sepuluh

pemuda, maka akan saya goncangkan dunia ini, dari pada seribu orang dewasa, yang tidak

memiliki kualitas ilmu sedikit pun. Maka dari itu penting bagi kita sebagai mahasiswa untuk bisa

membaca dan terus belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun