IMPLEMENTASI PEMIKIRAN PETER DRUCKER
BAHWA PEMIMPIN YANG EFEKTIF BUKAN SOAL PINTAR BERPIDATO DAN MENCITRAKAN DIRI AGAR DISUKAI, KEPEMIMPINAN TERGAMBAR DARI HASIL KERJANYA, BUKAN ATRIBUT-ATRIBUTNYA
Review Artikel Penerapan Filsafat dalam Manajemen Keperawatan
PENDAHULUAN
Filsafat dalam pelayanan kesehatan salah satunya adalah filsafat Keperawatan. Filsafat Keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakikat manusia sebagai makhluk holistik (yang memiliki kebutuhan biologis, psikologis, sosial-kultural dan spiritual) dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan (Tamara, 2020).
Falsafah keperawatan merupakan sebuah pandangan dasar tentang hakikat seorang manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam pelaksanaan praktek keperawatan. Hakikat manusia yang dimaksud di sini ialah manusia sebagai makhluk hidup biologis, psikologis, sosial dan spiritual, sedangkan esensinya ialah falsafah keperawatan yang terdiri dari: pertama memandang bahwa pasien sebagai manusia holistik yang harus dipenuhi segala kebutuhannya baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spritual yang diberikan secara komprehensif dan tidak bisa dilakukan hanya secara sepihak atau sebagian dari kebutuhannya; kedua, bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan harus secara langsung dengan tetap memperhatikan aspek kemanusian, ketiga, setiap orang berhak memperoleh perawatan tanpa memandang perbedaan atas suku, kepercayaan, status sosial, agama, dan ekonomi; keempat, pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan mengingat bahwa perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan, bukan sendiri sendiri; dan kelima, pasien adalah mitra yang selalu aktif dalam pelayanan kesehatan, bukan sebagai seorang penerima jasa yang pasif (Sari & Rulyandari, 2023).
Keperawatan merupakan profesi yang memberikan asuhan keperawatan pada orang sakit/pasien yang menderita, dimana secara psikologis orang sakit membutuhkan sebuah sentuhan humanistik yang baik agar rasa sakit dan ketidakberdayaannya dapat direduksi. Kualitas kerja perawat dengan pelayanan berbasis mutu tentunya akan mengasilkan sebuat performance kerja yang baik. Peran manajerial atau pemimpin dalam menjalankan dinamika asuhan keperawatan sangatlah penting dalam mendukung aspek-aspek tersebut. Keperawatan harus selalu menjunjung tinggi kode etik sebagai landasan dan falsafah keperawatan dalam mengemban tugas profesinya.
Dalam kaitanya dengan tugas profesi, pelayanan keperawatan membutuhkan sebuah manajemen yang kompleks, karena rumah sakit adalah salah satu organisasi yang unik, dimana di dalam rumah sakit terdapat banyak profesi yang harus berkecipung dan berkolaborasi dengan baik serta menyamakan visi agar pelayanan yang prima dapat dicapai yang tentunya membutuhkan penataan, strategi dan implementasi yang cakap. Seperti diketahui bahwasanya ilmu manajemen semestinya ada sejak bermulanya keberadaan manusia, tetapi diceritakan dari berbagai macam sumber kemajuan ilmu manajemen dapat dikategorikan menjadi tiga tahap, yaitu tahap ilmu klasik yang menaungi era pola-pola pemikiran manajemen, era peradaban ilmiah, era manusia memiliki sebagai makhluk sosial yang berakhir pada tahun 1886, sementara tahap kekinian (kontemporer) salah satu memasuki masa yang mana ilmu manajemen berada diera modern mulai tahun 1886 sampai dengan sekarang. Pengetahuan ini telah memberikan penganalisaan terhadap manusia tentang pendekatan dan tata cara yang paling penting dalam melakukan penelitian, menganalisis dan memberi solusi pada masalah-masalah yang berhubungan dengan susunan dan pengaturan dalam manajemen.
Penulisan ini berangkat kepada bagaimana perkembangan dengan ilmu manajemen yang disampaikan Peter Drucker tentang “Bahwa Pemimpin Yang Efektif Bukan Soal Pintar Berpidato Dan Mencitrakan Diri Agar Disukai; Kepemimpinan Tergambar Dari Hasil Kerjanya, Bukan Atribut-Atributnya”. Penulis mencoba untuk melakukan kajian terhadap fungsi filsafat ilmu manajemen dalam penerapanya di bidang keperawatan baik secara ontologi, epistemologi dan axiologinya. Misalnya berkaitan dengan asuhan keperawatan manajemen nyeri pada pasien paska bedah, maka secara ontologi akan dilakukan telisik apa ynag dimaksud nyeri, apakah penyebab dari nyeri tersebut dan apa gejala serta tanda-tanda dari nyeri tersebut?. Sedangkan secara epistemologi profesi keperawatan akan mencari tahu bagaimana lagkah dan strategi untuk mencari solusi dalam pemberian asuhan keperawatan nyeri agar masalah nyeri paska operasi pada pasien paska bedah dapat diminimalisir ataupun dihilangkan melalui kajian-kajian dan riset serta metode penatalaksanaannya. Kemudian berkaitan dengan axiologinya maka apakah metode yang sudah ditemukan dan sudah diterapkan pada pasien nyeri paska bedah benar-benar memberikan manfaat dan berhasil guna bagi banyak pasien yang lain.
Dikarenakan sorang manajer keperawatan harus memiliki dan mempelajari serta memahami bagaimana dia bisa menjadi teladan dalam pelaksanaan tugas profesi dari staf yang dia pimpin dengan menunjukkan kualitas kerjanya sebagai manajer maupun fungsional lainya, yang berdampak pada pandangan yang positif serta mampu memberikan motivasi kerja yang baik bagi stafnya. Dengan tujuan agar para manajer meskipun menghadapi situasi sangat sulit sekalipun dan seberat apapun dengan secara kompleks dapat memberikan serta mencari solusi atau membuat keputusan yang baik dan bijak.
KAJIAN PUSTAKA
Teori Manajemen Peter Drucker
Peter Drucker lahir di Wina, Austria, pada tahun 1909. Ia kuliah dan lulus sekolah di Jerman pada awal tahun 1930-an, di mana ia menyaksikan – dan secara vokal menentang – naiknya Nazi ke tampuk kekuasaan. Drucker melarikan diri ke Inggris pada tahun 1933 dan kemudian ke Amerika Serikat pada tahun 1937. Selama periode ini, ia bekerja sebagai jurnalis keuangan dan analis investasi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan buku pertamanya, The End of Economic Man: The Origins of Totalitarianism , yang mencatat kebangkitan fasisme (Hidayah, 2021).
Drucker percaya bahwa satu-satunya cara untuk mencegah terulangnya fasisme adalah dengan menciptakan “masyarakat yang berfungsi”, yang landasannya, katanya, adalah institusi yang kuat – termasuk perusahaan, yang ia yakini memiliki kewajiban untuk menjadi berbudi luhur sekaligus menghasilkan keuntungan. .“Manajemen, jika dipraktikkan dengan baik, merupakan benteng Drucker melawan kejahatan,” menurut Drucker Institute, sebuah perusahaan sosial yang didirikan oleh Drucker untuk memajukan gagasan dan cita-citanya. Drucker memaparkan teorinya – bahwa korporasi adalah entitas sosial dan juga entitas ekonomi – dalam buku keduanya, The Future of Industrial Man , yang menarik perhatian General Motors. Pada tahun 1943, perusahaan mengundang Drucker untuk mempelajari operasi internalnya, yang menghasilkan buku ketiga Drucker, Concept of the Corporation , di mana ia memperkenalkan banyak teori manajemennya yang paling berpengaruh. Maka dimulailah karir Drucker yang produktif sebagai konsultan manajemen, guru dan penulis, yang berlangsung lebih dari 60 tahun hingga kematiannya tahun 2005 (Watson, 2017) .
Seperti yang diungkapkan oleh Peter Drucker, penggunaan yang bijaksana dari kekuatan ini adalah kunci untuk mencapai tujuan. Kekuatan yang dipahami dengan baik dapat menjadi fondasi untuk inovasi, diferensiasi, dan keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Ini adalah fondasi yang memungkinkan pemimpin untuk merencanakan strategi yang tepat untuk mengoptimalkan sumber daya dan energi organisasi (Aini & Apriyanti, 2024).
Dalam dunia kesehatan terutama keperawatan manajemen kepemimpinan sangat memegang peranan penting dalam sebuah bentuk pelayanan kesehatan yang mengacu pada mutu pelayanan dan kepuasan pasien sebagai konsumen produk jasa pelayanan yang tidak dapat dihindari oleh penyedia pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin dinamis. Tingkat pengetahuan dari seorang manajer keperawatan sangat berpengaruh terhadap kemampuan untuk menggambil keputusan.
Menurut Peter F. Drucker dalam The New Realities, pengetahuan adalah informasi yang dapat merubah seseorang atau sesuatu, dimana pengetahuan itu menjadi dasar dalam bertindak, atau pengetahuan itu menjadikan seorang individu atau suatu institusi memiliki kecakapan dalam melakukan tindakan yang benar. Itu sebabnya, perawat harus selalu mempunyai motivasi dalam diri masing-masing untuk meningkatkan pengetahuan dimilikinya. Perawat harus terlibat dan menggunakan riset dalam bidang keperawatan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan. Beberapa temuan penelitian akan membantu mengurangi tindakan-tindakan keperawatan yang tidak mencapai tujuan. Hal ini juga akan membantu perawat mengidentifikasi tindakan-tindakan yang meningkatkan pelayanan kesehatan dan juga peningkatan sistem pembiayaan yang baik (Tamara, 2020).
Watson 2017, Merujuk pada pemikiran menejemen modern Peter Drucker, diantaranya adalah sebagai berikut:
Desentralisasi: Rosenstein mengatakan Drucker fokus pada desentralisasi – atau demokratisasi – manajemen tempat kerja. Dia ingin perusahaan memberdayakan stafnya sehingga semua karyawan akan merasa dihargai dan mengetahui bahwa kontribusi dan suara mereka penting. Dia percaya dalam memberikan tugas yang menginspirasi pekerja, memberi penghargaan kepada pekerja garis depan dengan tanggung jawab dan akuntabilitas, dan menyatukan supervisor dan bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi bersama.
Pekerjaan pengetahuan: Pekerja pengetahuan, seperti insinyur dan analis, adalah karyawan kerah putih yang pekerjaannya memerlukan penanganan atau penggunaan informasi. Drucker – yang meramalkan ekonomi berbasis pengetahuan bertahun-tahun sebelum munculnya komputasi dan internet – sangat menghargai pekerja yang memecahkan masalah dan berpikir kreatif, menurut Rosenstein. Ia ingin menumbuhkan budaya pegawai yang mampu memberikan wawasan dan ide serta tenaga kerja.
Pengembangan tenaga kerja: Drucker sangat yakin bahwa para manajer harus meningkatkan dan mengembangkan diri mereka sendiri dan anggota tim mereka, menurut Rosenstein. Berinvestasi dalam pelatihan karyawan merupakan bagian integral dari filosofi Drucker. Misalnya, ia percaya bahwa pembangunan eksternal – melalui partisipasi dalam kelompok perdagangan industri dan konferensi – sangatlah berharga.
Tanggung jawab sosial perusahaan: Rosenstein mengatakan Drucker adalah seorang pemikir holistik. Alih-alih memandang bisnis sebagai entitas yang terpisah, ia melihat bisnis sebagai komponen sistem sosial yang lebih besar. Dalam konteks tersebut, ia berpendapat bahwa dunia usaha harus melihat dirinya sebagai bagian dari sebuah komunitas dan mengambil keputusan mengenai hal tersebut – dengan menghormati dampak eksternal dan internal yang ditimbulkannya. Drucker bahkan memandang keuntungan melalui kacamata sosial: Sebuah perusahaan bertanggung jawab untuk mendapatkan keuntungan, menurutnya, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja dan kekayaan bagi masyarakat.
Budaya organisasi: Perusahaan selalu memiliki budaya, baik positif atau negatif, bermanfaat atau merugikan. Namun Drucker termasuk orang pertama yang menyatakan bahwa para manajer dapat – dan harus – membentuk dan mengubah budaya tempat kerja . “Semangat suatu organisasi diciptakan dari atas,” ujarnya dalam bukunya Manajemen: Tugas, Tanggung Jawab, Praktek . “Jika suatu organisasi memiliki semangat yang besar, itu karena semangat orang-orang di puncaknya juga besar. Jika kepemimpinannya rusak, maka hal tersebut terjadi karena atasannya membusuk… Tidak seorang pun boleh diangkat ke posisi senior kecuali manajemen puncak bersedia menjadikan karakternya sebagai teladan bagi bawahannya.”
Pengalaman pelanggan: Menurut Drucker Society of Austria, pengurus filosofi Drucker di negara asalnya, Drucker menegaskan bahwa bisnis hanya memiliki satu tujuan nyata: menciptakan pelanggan. Dengan melihat operasi dan peluang bisnis melalui lensa tersebut – pelanggan, bukan bisnis, yang memutuskan apa yang penting – ia menetapkan predikat untuk perusahaan yang berfokus pada pelanggan seperti Apple, Zappos, dan banyak perusahaan lainnya yang memprioritaskan pengalaman pelanggan yang luar biasa .
MBO atau Management by Objectives adalah sebuah ungkapan yang diciptakan oleh Peter Drucker dalam bukunya “The Practice of Management,” yang diterbitkan pada tahun 1954. MBO mengukur kinerja karyawan dibandingkan dengan standar umum untuk pekerjaan tersebut. Keyakinannya adalah, jika karyawan membantu menentukan standar-standar tersebut, kemungkinan besar mereka akan memenuhinya. Management By Objectives merupakan suatu sistem yang menekankan efektivitas dan pengendalian mutu, tanpa mengesampingkan kreativitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. MBO banyak diaplikasikan oleh organisasi baik besar maupun kecil dan juga cabang-cabang dari organisasi seperti anak perusahaan, departemen keuangan, SDM, pemasaran, dan seterusnya sebagai sarana penyelarasan sasaran individual para pekerja dengan tujuan utama plus visi-misi dari organisasi. Implementasi MBO oleh sebuah perusahaan tidak terbatas pada target tahunan saja tapi juga sampai kepada penetapan indikator-indikator pencapaian kinerja individual dari setiap karyawan. Para karyawan dengan manajernya secara aktif dan partisipatif menetapkan target secara bersama-sama. Elemen yang umum ditemui dalam teori MBO adalah; komitmen kepada program kerja, penetapan target oleh pembuat keputusan serta strateginya, penetapan sasaran individual lewat partisipasi aktif dari sang pekerja, penilaian kinerja secara periodik, dan otonomi atau keleluasaan dari eksekusi pelaksanaan pencapaian tujuan. Peter Drucker juga menekankan pentingnya lima operasi dasar manajemen: perencanaan, pengorganisasian, penempatan staf, kepemimpinan, dan pengendalian. Menurut Drucker, pengelolaan yang efektif memerlukan fokus pada lima bidang utama ini.
Metode CERDAS atau Metode SMART Drucker adalah suatu cara untuk memeriksa untuk memastikan suatu tujuan valid. Manajer melakukan verifikasi ini dengan menggunakan akronim SMART untuk memastikan tujuannya spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan berhubungan dengan waktu (Spesifik artinya mempunyai ciri khas yang nondebatable lagi, Maseurable atau dapat diukur baik hasil dan standart capaianya, Acuntable artinya semua Keputusan manajemen harus dapat dipertanggung jawabkan, Reasonable artimya segala sesuatu yang dikembangkan dan diputusukan harus msuk akala tau logis, Timeline artinya ada batas waktu atau target, agar segala keputusan manajerial dapat dievaluasi dan tidak berlarut-larut).
Manajemen Keperawatan
Sebagai langkah dalam kepemimpinan modern, keperawatan sangat terbuka dalam menerima sebuah metode baru dalam leadership guna mencapai sebuah kualitas pelayanan keperawatan yang optimal di rumah sakit ataupun pelayanan keperawatan lainya, yang sebagian bersinggungan dengan teori manajemen Drucker. Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain (Gillies,1989). Menurut Siagian (1999), manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya Swanburg (2000) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya
- Tujuan Manajemen Keperawatan
Manajer perawat bertanggung jawab atas unit keperawatan, memastikan unit tersebut berfungsi secara efektif dan efisien. Namun, sifat lingkungan kerja rumah sakit yang berubah dan perubahan teknologi yang cepat telah membuat pekerjaan manajer perawat menjadi lebih kompleks dalam mencapai tujuan. Manajer perawat harus mengikuti teknologi perawatan kesehatan terbaru sambil menyeimbangkan tugas kepemimpinan dan manajemen mereka dengan keterampilan ahli.
a. Komunikasi yang efektif
Manajer perawat berada dalam posisi unik karena mereka mengawasi profesional kesehatan lain dengan latar belakang pendidikan dan kemampuan yang sama. Dalam posisi otoritas, manajer perawat sering mengintimidasi perawat lain dan menciptakan budaya defensif di mana staf perawat menjadi kurang efektif dan pasien menderita. Untuk melawan kecenderungan merendahkan bawahan, manajer perawat dapat mempraktekkan konsep dalam komunikasi efektif yang mencakup pemantauan tanggapan dari staf, memahami dan memanfaatkan komunikasi non-verbal dan mengurangi stres pada pekerjaan dengan menciptakan suasana yang lebih ringan dengan humor dan kerendahan hati.
b. Mengelola Sumber Daya
Manajer memiliki seperangkat sumber daya yang terbatas untuk bekerja. Dengan demikian, perawat harus mahir bekerja dengan anggaran sumber daya dan peralatan yang terbatas. Manajer perawat yang efektif telah dilatih tentang cara memesan persediaan sehingga semua kebutuhan unit terpenuhi dan tahu siapa yang harus dihubungi saat persediaan atau bantuan teknis diperlukan. Pada saat yang sama, manajer perawat harus dapat membuat jadwal dan bekerja dengan staf yang sering berfluktuasi.
c. Memecahkan masalah
Staf maupun pasien terkadang mengalami konflik saat berada di rumah sakit. Perawat di tempat kerja mengalami konflik dari berbagai sumber, termasuk pasien, anggota keluarga, dokter, dan teman sebaya. Manajer yang efektif mengambil setiap contoh baru dan menangani konflik berdasarkan peserta dan kebutuhan mendesak mereka. Misalnya, ketika seorang anggota keluarga meminta untuk melihat file pasien yang bertentangan dengan keinginan pasien, manajer perawat masuk dan membawa keluarga ke tempat yang tenang untuk menjelaskan aturan. Ketika konflik muncul di antara anggota staf, manajer perawat bersikap adil dan mendengarkan dengan cermat semua orang yang terlibat sebelum membuat keputusan.
d. Membangun tim
Perawat bekerja dalam tim interdisipliner dan harus bekerja sama satu sama lain untuk memberikan perawatan yang paling efektif, aman, dan efisien bagi pasien. Manajer perawat harus mampu membagi tugas agar setiap stafnya dapat melakukan berbagai tanggung jawab tim.
- Gaya Kepemimpinan dalam Manajemen Keperawatan
(Ns.Hidayati, M.Kep ; Dr. Dhiana Setyorini, 2023), Cara manajer perawat memimpin stafnya tidak hanya memengaruhi moral dan produktivitas karyawannya, tetapi juga memengaruhi kualitas perawatan pasien. Di satu ujung spektrum, beberapa perawat memimpin dengan gaya otoriter, sementara yang lain menempatkan kebutuhan karyawan mereka di atas segalanya. Namun, banyak yang menemukan bahwa mereka dapat menggabungkan kepemimpinan yang kuat dengan pendekatan inklusif.
- Demokratis
- Manajer perawat yang demokratis mengikutsertakan bawahan mereka dalam penetapan tujuan dan pengambilan keputusan. Kemudian, manajer mempertimbangkan informasi ini bersama dengan penelitian dan pendapat mereka sendiri. Namun, manajer memiliki keputusan akhir. Gaya kepemimpinan ini juga mendorong pengembangan pribadi dan profesional perawat dan memungkinkan mereka memiliki otonomi. Dengan penekanan pada perawat individu dan kontribusi mereka kepada tim, gaya ini sering memotivasi karyawan untuk mengambil inisiatif dan secara konsisten memberikan kontribusi upaya terbaik mereka.
- Afiliasi
- Gaya kepemimpinan ini mengutamakan orang, menekankan kesejahteraan dan kepuasan kerja anggota tim. Manajer yang afiliatif sering mengambil pendekatan pasif untuk mengelola sesama perawat mereka, sangat berhati-hati untuk tidak membuat marah atau mengecewakan bawahan mereka. Mereka mungkin juga ragu untuk mengambil sikap tegas terkait pengambilan keputusan, tetapi berusaha untuk memastikan tugas diselesaikan tepat waktu. Gaya ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan moral atau menyatukan tim yang retak, tetapi gaya ini menghambat otoritas pemimpin dan dapat mengganggu kemampuannya untuk turun tangan ketika tindakan tegas diperlukan. Tanpa pemimpin yang kuat untuk memandu upaya tim, produktivitas dan efisiensi juga dapat terganggu.
- Transformasional
- Pemimpin transformasional mendorong pengembangan pribadi dan profesional perawat yang mereka kelola dengan mempromosikan kerja tim, menekankan harga diri dan mendorong karyawan untuk berpartisipasi dalam penetapan kebijakan dan prosedur rumah sakit. Gaya kepemimpinan ini bergantung pada pendekatan karismatik yang positif untuk mengelola karyawan. Ini berfokus pada keterampilan komunikasi yang kuat, kepercayaan diri dan integritas.
- Otoriter
- Beberapa manajer perawat lebih menyukai pendekatan kepemimpinan yang lebih ketat; manajer membuat semua keputusan dan jarang meminta masukan atau umpan balik dari karyawan. Manajer mengeluarkan perintah dan mengharapkan karyawan untuk melaksanakannya segera dan tanpa pertanyaan. Mereka juga mengawasi karyawan dengan ketat, mengurangi jumlah otonomi yang dimiliki staf. Gaya kepemimpinan ini memungkinkan sedikit inovasi atau fleksibilitas; sebaliknya, ini membutuhkan kepatuhan yang ketat terhadap kebijakan rumah sakit. Meskipun strategi ini sering memastikan tugas diselesaikan dengan cepat dan efisien, strategi ini juga dapat menyebabkan perselisihan dan ketidakpuasan kerja.
- Praktek Manajemen Keperawatan Profesional
Manajemen yang kuat diperlukan untuk semua lingkungan kerja terutama yang melibatkan pengambilan keputusan yang cepat dan situasi tekanan yang tinggi, dan keperawatan masuk dalam kategori ini. Manajemen keperawatan yang berkualitas sangat penting untuk menciptakan tim perawat yang sukses. Manajer perawat mempengaruhi bagaimana karyawan berhubungan satu sama lain dengan pasien mereka. Manajer harus mampu memimpin dengan tangan yang tegas namun penuh kasih, hal ini mengungkapkan apa yang mereka harapkan dari tim.
- Menciptakan lingkungan kerja yang sehat
- Manajer perawat menetapkan irama bekerja pada departemennya, bertindak sebagai panutan dari stafnya. Jika dia membuat karyawan merasa seperti bagian dari tim dan mendorong kerja tim, dia menginspirasi mereka untuk bekerja sama daripada bersaing. Jika dia mendorong komunikasi yang konstan, karyawan akan dapat mendekatinya ketika membutuhkan bimbingan atau mentor. Hal ini menciptakan lingkungan kerja yang sehat di mana orang dapat berkomunikasi secara bebas satu sama lain.
b. Memperbaiki kerja tim
Manajemen Perawat yang kuat membantu mendorong perawat untuk bekerja sebagai unit. Agar perawat berhasil, mereka harus memiliki keterampilan interpersonal yang hebat. Mereka harus pandai berkomunikasi dengan pasien, keluarga pasien, dan anggota staf lainnya. Komunikasi yang kuat dan kerja tim sangat penting untuk memberikan perawatan pasien yang berkualitas. Untuk mencapai kerja tim, perawat dalam posisi manajemen harus mendorong anggota staf untuk berkolaborasi dan saling membantu dengan sukarela.
c. Mendukung Pengembangan
Karyawan Perawat harus terus menyempurnakan keterampilan mereka dan mempelajari hal baru jika mereka ingin tetap up-to-date dengan dunia kesehatan. Manajer perawat yang efektif menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan menyediakan sumber daya yang diperlukan perawat untuk memperkuat kompetensi mereka. Selain itu, manajer bertindak sebagai mentor, membimbing anggota staf baru saat mereka menyesuaikan diri dengan peran mereka. Ketika seorang manajer menghargai dan mendorong pengembangan profesional, perawat lebih cenderung mendorong diri mereka sendiri untuk mencoba halhal baru.
d. Organisasi yang tepat
Organisasi yang tepat sangat penting untuk keberhasilan tim keperawatan. Permasalahan kemungkinan akan terjadi tanpa adanya organisasi yang tepat, yang akan sangat disayangkan di dunia perawatan kesehatan yang serba cepat dan penuh tuntutan. Manajer perawat yang kuat harus berorientasi pada detail, metodis, dan terampil dalam mengenali dan memecahkan masalah. Manajer harus memiliki kemampuan untuk menangani banyak tugas yang berbeda secara bersamaan, seperti: mengawasi perawatan pasien, menulis jadwal shift, dan memberikan tugas kepada perawat lain.
e. Menetapkan tujuan
Anggota staf biasanya meminta arahan kepada manajer, memercayainya untuk membantu mereka memahami peran mereka. Manajer perawat sering menginterpretasikan tujuan yang ditetapkan oleh rumah sakit, menguraikannya menjadi langkahlangkah spesifik yang dapat diikuti oleh Perawat. Dia juga harus mendefinisikan tujuan yang jelas untuk tim, menjelaskannya dengan cara yang menekankan signifikansinya. Manajer biasanya mengawasi segala sesuatu mulai dari standar perawatan hingga anggaran departemen. Selain itu, mereka harus mempertimbangkan semua aspek operasi departemen sebelum memberikan instruksi kepada tim.
f. Mendukung kesuksesan
Manajer perawat yang baik mempromosikan lingkungan yang mendorong staf mereka untuk lebih produktif dan antusias saat bekerja. Sebagai manajer, ia bertanggung jawab untuk memimpin melalui tindakan dan kata-kata untuk menunjukkan bahwa kinerja di bawah 100% tidak dapat diterima. Manajer perawat harus jujur dengan tim tentang kinerjanya dan mengeluarkan instruksi yang jelas. Manajer juga harus memuji anggota staf yang melakukan pekerjaan luar biasa dan mendorong mereka yang mengalami masa sulit.
g. Pertumbuhan positif
Manajer perawat yang baik harus memiliki kepercayaan diri untuk menganalisis pekerjaan mereka dengan jujur dan menemukan cara untuk meningkatkannya. Ketika kinerja tim di bawah standar, manajer harus membuat perubahan yang meningkatkan kinerja, membawanya ke tingkat berikutnya. Manajer perawat harus mempengaruhi anggota staf untuk mengevaluasi hal-hal di sekitar mereka dan diri mereka sendiri, untuk mengetahui apa yang berhasil. Ini akan membantu mereka untuk meningkatkan kinerja tim dan lingkungan kerja mereka.
h. Bersikap baik terhadap pasien
Ketika pasien dan keluarganya memiliki kekhawatiran tentang kualitas perawatan yang diberikan, mereka akan mencari manajer perawat. Mereka mungkin memiliki pertanyaan tentang rencana perawatan atau mengeluh tentang perlakuan buruk dari staf. Tidak peduli seberapa marah pasien, Manajer perawat harus mendengarkan dan menjawab pertanyaan. Manajer bertugas untuk memberi tahu pasien bahwa kekhawatirannya akan ditanggapi dengan serius. Selama pertemuan dengan pasien atau keluarganya, manajer harus menguraikan langkah-langkah yang akan diambil untuk memperbaiki situasi atau menyelidiki keluhan.
Manajer Perawat biasanya mengawasi unit tertentu di rumah sakit. Oleh karena itu, mereka bertanggung jawab atas aspek administrasi dan klinis, termasuk menangani masalah pasien dan mengawasi perawat. Manajer tidak hanya membutuhkan keahlian khusus, tetapi mereka juga membutuhkan keterampilan komunikasi yang kuat.
METODE
Tulisan ini merupakan conceptual paper dengan tipe literature review, yaitu evaluasi kritis dan mendalam dari penelitian-penelitian terdahulu. Tulisan ini mereview artikel-artikel dari berbagai jurnal dengan kata kunci “filsafat, filsafat keperawatan, dan model kepemimpinan manejerial”. Kemudian hasil pencarian penulis saring lagi dengan membatasi tahun publikasi antara tahun 2015 hingga 2024, hal ini dilakukan penulis agar artikel yang di-review masih relevan.
Dari sejumlah artikel tersebut, penulis menemukan beberapa artikel yang serupa, kemudian penulis membaca abstrak dari masing-masing artikel dan memilih artikel yang merupakan penelitian empiris. Penulis kemudian menggolongkan artikel-artikel tersebut ke dalam dua kategori, yaitu artikel yang hanya sekilas menyebutkan kata “filsafat” dan artikel yang menjadikan ilmu kesehatan dan keperawatan sebagai objek penelitiannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Manajer Perawat biasanya mengawasi unit tertentu di rumah sakit. Oleh karena itu, mereka bertanggung jawab atas aspek administrasi dan klinis, termasuk menangani masalah pasien dan mengawasi perawat. Manajer tidak hanya membutuhkan keahlian khusus, tetapi mereka juga membutuhkan keterampilan komunikasi yang kuat. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan, mencegah/mengatasi permasalahan manajerial, pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan seluruh komponen yang ada, meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan bekerja lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia, mengurangi duplikasi tenaga dan upaya. Sementara untuk hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen keperawatan adalah:
1. Terselenggaranya pelayanan/
2. Asuhan keperawatan yang berkualitas.
3. Pengembangan staf
4. Budaya riset bidang keperawatan
Filsafat dalam Keperawatan dan Peranannya
Pengembangan ilmu keperawatan tidak bisa terlepas dari peranan filsafat di dalamnya. Adapun manfaat atau peranan filsafat dalam keperawatan, antara lain: 1) memudahkan proses pembelajaran ilmu keperawatan, karena tanpa mempelajari filsafat ilmu keperawatan, maka akan sulit untuk melaksanakan proses pelayanan kesehatan; 2) dengan mengetahui dan melaksanakan perilaku yang mengandung makna, rasa cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan, terhadap hikmah dan ucapannya yang baik dan sopan seseorang dapat mengetahui bagaimana landasan dasar dari ilmu kesehatan tersebut; 3) dapat memecahkan suatu permasalahan meliputi dampak teknologi, sosial budaya, ekonomi, pengobatan alternatif, kepercayaan spritual, dan masih banyak yang lainnya mengenai seluk beluk lingkup profesi kesehatan yang semuanya digunakan dalam hal pencapaian profesionalisme seorang petugas kesehatan; 4) menghindari dan meminimalisasi kesalahpahaman dan konflik dalam pencarian kebenaran tentang keperawatan; 5) sebagai dasar dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan untuk bertindak melalui pengalaman-pengalaman yang sudah ada; 6) mendapatkan kebenaran tentang hal-hal yang dianggap belum pasti apakah tindakan yang kita lakukan dan pendapat yang kita keluarkan itu adalah benar atau salah, misalnya jika kita melakukan tindakan seperti injeksi terhadap klien kita harus tahu terlebih dahulu prosedur-prosedur apa saja yang dilakukan, jadi setelah kita mengetahuinya maka kita akan melakukan tindakan itu secara benar; dan 7) dengan filsafat, seorang petugas kesehatan dapat menggunakan kebijaksanaan yang dia peroleh dari filsafat, sehingga petugas kesehatan tersebut dapat lebih berfikir positif (positif thinking), dan dengan positif thinking tersebut seorang petugas kesehatan dapat menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga pasien yang tadinya susah berkomunikasi dapat menjadi lebih dapat berkomunikasi dengan baik, dan akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan pasien tersebut.
Ilmu keperawatan saat ini sudah banyak mengalami perkembangan yang pesat sesuai tuntutan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan secara umum, perkembangan IPTEK dan perkembangan profesi kesehatan sendiri (Rosa, 2018).
Ilmu keperawatan dari perspektif filsafat berarti menelaah dari 3 komponen utama filsafat, yaitu: Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi.
Ontologi Ilmu Keperawatan
Ontologi adalah salah satu bagian penting dalam filsafat yang membahas atau mempermasalahkan hakikat-hakikat semua yang ada, baik abstrak maupun riil. Ontologi di sini membahas semua yang ada secara universal, berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan meliputi semua realitas dalam segala bentuknya. Ilmu kesehatan adalah kumpulan pengetahuan yang terstruktur secara sistematik, konsisten, dan rasional dengan menggunakan metode ilmiah. Dengan demikian, ada 4 hal esensial dalam ontologi ilmu kesehatan: 1) jenis ilmu: eksakta (fenomena alam), non eksakta (fenomena sosial); 2) ruang lingkup: manusia sehat dan sakit (hakekat manusia); 3) humaniora kesehatan; dan 4) upaya penyembuhan (Herminsih, Rahmawati, 2017)
Ilmu Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral yang meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, atau masyarakat, yang sehat ataupun sakit yang menyangkut siklus hidup manusia. Ilmu keperawatan dapat dipandang sebagai suatu profesi, karena mempunyai body of knowledge, pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi memberikan dan pelayanan kepada masyarakat melalui praktek dalam profesi, memiliki perhimpunan, memberlakukan kode etik kesehatan (aksiologi kesehatan), otonomi, dan motivasi bersifat altruistik/tanpa pamrih (Ns.Hidayati, M.Kep ; Dr. Dhiana Setyorini, 2023).
Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui pengkajian mendasar tentang hal-hal yang melatar belakangi, serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk mencapai kebutuhan dasar tersebut melalui pemanfaatan semua sumber yang ada dan potensial. Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi keperawatan adalah penyimpangan dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio- spiritual), mulai dari tingkat individu tang utuh (mencakup seluruh siklus kehidupan), sampai pada tingkat masyarakat, yang juga tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system organ fungsional sampai sub seluler atau molekuler (Nugroho, 2021).
Flaming, 2004, Ontologi keperawatan mencakup berbagai aspek, seperti:
Esensi Keperawatan : Ini mencakup nilai-nilai inti, keyakinan, dan prinsip-prinsip yang mendasari praktik keperawatan. Ini melibatkan pemahaman apa yang membuat keperawatan unik dan membedakannya dari profesi kesehatan lainnya.
Tujuan Keperawatan : Aspek ini menggali tujuan dan sasaran keperawatan sebagai suatu disiplin ilmu. Hal ini melibatkan pemahaman tujuan akhir praktik keperawatan, yaitu untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, dan memberikan perawatan kepada individu, keluarga, dan komunitas.
Ruang Lingkup Keperawatan : Ruang lingkup keperawatan mengacu pada berbagai kegiatan, tanggung jawab, dan peran yang dilakukan perawat dalam praktik mereka. Ini mencakup perawatan pasien langsung, promosi kesehatan, advokasi, pendidikan, penelitian, dan kepemimpinan.
Hubungan dalam Keperawatan : Ontologi keperawatan juga mempertimbangkan hubungan yang ada dalam profesi keperawatan, termasuk hubungan perawat-pasien, kolaborasi antarprofesional, dan sistem perawatan kesehatan yang lebih luas.
Konsep dan Konstruksi : Ontologi dalam keperawatan melibatkan eksplorasi konsep-konsep kunci dan konstruksi yang penting bagi disiplin ilmu, seperti kepedulian, holisme, perawatan yang berpusat pada orang, dan praktik berbasis bukti.
Dari hasil review beberapa pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu keperawatan merupakan sebuah kelimuan yang dasar pemikirannya berorientasi pada pada sifat dasar keperawatan sebagai suatu disiplin ilmu, termasuk esensi, tujuan, dan ruang lingkupnya. Ontologi dalam filsafat berkaitan dengan hakikat keberadaan, keberadaan, dan realitas. Dalam konteks keperawatan, ontologi mengeksplorasi karakteristik penting keperawatan sebagai sebuah profesi dan sebagai bidang studi. Yang secara keseluruhan, ontologi keperawatan memberikan landasan untuk memahami sifat keperawatan sebagai sebuah profesi, membimbing praktik keperawatan, pendidikan, dan penelitian. Hal ini membantu untuk mendefinisikan esensi keperawatan, memperjelas tujuannya, dan menggambarkan ruang lingkup praktiknya dalam lanskap layanan keperawatan yang lebih luas. Dapat diambil contoh adalah bagaimana konsep keperawatan melakukan proses analisis terhadap munculnya gejala panas tubuh (hipertermia) pada pasien, secara konseptual keperawatan akan dikaji apa itu panas, apa penyebab hipertermia terjadi untuk selanjutnya dilakukan proses analisa yang berkaitan dengan manajemen hipertermianya.
Epistemologi Ilmu Keperawatan
Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan, pertanyaan mendasar dalam wacana filsafat adalah apakah pengetahuan itu? bagaimana metode mendapatkannya? dan bagaimana membuktikan kebenaran suatu pengetahuan? Epistemologi mengkaji tentang hakikat dan wilayah pengetahuan. Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan, seperti: batasan, sumber pengetahuan, metode memperoleh pengetahuan, kebenaran suatu pengetahuan berdasarkan bukti ilmiah, serta perkembangan ilmu kesehatan untuk kesejahteraan manusia. Disiplin ilmu kesehatan adalah ilmu yang berkompeten dalam merawat orang sakit ataupun sehat, namun merawatnya bukan sekedar merawat secara biasa, namun ada ilmunya yang spesifik yang didapatkan melalui jenjang pendidikan (Rofii, 2016).
Epistemologi keilmuan keperawatan secara lebih rinci dapat dilihat dari aspe – aspek sifat, proses, dan fungsi pengetahuan keperawatan ilmiah yang telah diperoleh dan tersusun secara rasional, logis, dan sistematis. Ketiga aspek di atas bersifat saling berhubungan, kait mengkait dengan arti dimulai dari sifat, namun sebaliknya bahwa proses (pengetahuan keilmuan) ditentukan oleh sifat (pengetahuan keilmuan) dan bahwa fungsi (pengetahuan keilmuan) turut menentukan bagaimana proses perolehan dan penyusunan pengetahuan keilmuan itu dilakukan. Pengetahuan keilmuan bidang keperawatan yang diperoleh dan disusun sedemikian rupa memiliki fungsi yang jelas bagi dunia keilmuan untuk mendeskripsikan, menjelaskam, memprediksikan, serta mengontrol gejala atau fenomena bio-psiko-sosial-kultural-spiritual manusia sebagai individu, keluarga dan kelompok dalam kaitan dengan tujuan kesehatan dan kesejahteraan yang optimal bagi mereka. Teori keperawatan yang dihasilkan akan bermutu tinggi apabila memiliki keempat kriteria di atas, dan di sinilah tolok ukur kedua, dalam menilai konsep – konsep yang diajukan oleh disiplin keilmuan “baru” seperti pengetahuan keperawatan ilmiah yang mulai tumbuh untuk berkembang (Nugroho, 2021).
Dari pernyataan di atas dapat kami simpulkan bahwa epistemologi ilmu keperawatan berkembang berdasarkan pemikiran tentang bagaimana metode yang harus diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan agar mampu memberikan sebuah pelayanan keperawatan yang baik. Sehingga muncul beberapa metode baik praktis fungsional maupun manajerial keperawatan dan merupakan paradigma dalam pelayanan keperawatan yang komprehensif. Barakar pada analisis ontologinya maka epistemologi pada contoh kasus hipertermia adalah bagaimana manajemen keperawatan menciptakan metode tatalaksana pasien hipertermia yang diawali dengan analisis mendalam hingga dapat memunculkan sebuah metode bagaimana proses atau gejala hipertermia dapat dinetralisir atau diturunkan pada level normal, sehingga proses kerusakan organ akibat panas tubuh yang berlebihan dapat dicegah. Misalnya dengan metode kompres dingain atau hangat, manajemen kolaborasi dengan medis berkait dengan pemberian anti hipertermi, hingga pengaturan suhu lingkungan.
Aksiologi Ilmu Keperawatan
Aksiologi adalah cabang filfasat membahas tentang nilai atau teori tentang nilai, meliputi nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran, dengan kata lain aksiologi membahas tentang etika dan estetika. Etika yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral, kajian etika lebih mempertanggung jawabkan kebaikan, keutamaan, keadilan, dan sebagainya. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan. Dalam hal ini akan dibicarakan dalam kode etik kesehatan, etika biomedis, etika penelitian, dan sebagainya. Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa di dalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh di antara sesama manusia. Pada semua disiplin ilmu kesehatan atau profesi kesehatan diwajibkan untuk memasukkan mata kuliah etika profesi kesehatan dengan kompetensi masing-masing disiplin ilmu (Kamil, 2012)
Fungsi unik dari ilmu keperawatan adalah membantu individu, baik sehat maupun sakit, yang ditampilkan dengan melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan yang bersifat komprehensif meliputi bio-psiko-sosial-spiritual, berkaitan dengan kesehatan, penyembuhan suatu penyakit, sepanjang siklus kehidupan ataupun untuk melayani manusia semenjak dalam kandungan sampai dengan sakratul maut dengan damai. Keperawatan lahir sebagai bentuk keinginan untuk menjaga seseorang tetap sehat dan memberikan rasa nyaman dan keamanan bagi orang sakit. Secara umum perkembangan ilmu keperawatan terus dipengaruhi oleh perubahan kebutuhan masyarakat, ilmu dan teknologi, tuntutan zaman dan trend demografik (Herminsih, Rahmawati, 2017).
Dari review artikel literatur maka axiologi filsafat dalam keperawatan adalah bagaimana metode-metode manajemen keperawatan yang sudah ditemukan dan diterapkan mempunyai nilai manfaat bagi orang banyak. Yang dalam hal ini tentunya setelah ontologi dan epistemologi terjawab, maka secara axiologi metode-metode keperawatan tersebut dianailsis kembali agar benar-benar memberikan manfaat bagi kehidupan manusia secara luas. Kembali kepada contoh kasus hipertermia, ternyata metode kompres, pengaturan suhu lingkungan, kolaborasi pemberian anti hipertermia serta manajemen keselamatan pasien memberikan dampak yang positif dan signifikan dalam manjemen keperawatan terkait hipertermia dan menjadi sebuah paradigma yang nyata bagi nilai kompetensi sebuah profesi keperawatan.
SIMPULAN
Literature review ini merupakan hasil dari penelitian keterkaitan filsafat dan ilmu keperawatan yang sudah ada, sehingga dapat menyajikan hal yang sudah diketahui dan belum diketahui untuk memberikan arah penelitian ke depannya. Penggunaan systematic review pada penelitian ini masih sangat terbatas. Nilai dari sebuah literature review bergantung pada apa yang telah dilakukan, apa yang ditemukan, kejelasan dalam melaporkan yang berdasar pada interpretasi penelitian yang asli. Literature review penelitian ini mengindikasikan sejumlah isu-isu signifikan yang menjadi fokus pada penelitian. Hasil tinjauan menunjukkan adanya relevansi yang kuat antara filsafat dengan ilmu keperawatan.
Merujuk pada pernyataan Peter Drucker “BAHWA PEMIMPIN YANG EFEKTIF BUKAN SOAL PINTAR BERPIDATO DAN MENCITRAKAN DIRI AGAR DISUKAI, KEPEMIMPINAN TERGAMBAR DARI HASIL KERJANYA, BUKAN ATRIBUT-ATRIBUTNYA”, maka secara konseptual bahwa model manajerial keperawatan sebagian berorientasi pada konsep Drucker di atas. Manajer adalah contoh, tauladan, panutan dan rujukan, dimana segala kompetensi manajerialnya harus benar-benar menjadi model bagi para stafnya, sehingga tidak menjadi sebuah ketimpangan yang mengakibatkan konflik antara manajer dan staf karena ketidak sesuaian komitmen.
MANAGEMENT Is Doing Things Right; LEADERSHIP IS Doing The Right Things, bahwa manajer harus melakukan hal yang baik, pemimpin harus melakukan hal yang baik, dalam aplikasi pelayanan asuhan keperawatan, seorang manajer harus memberikan sebuah aksi nyata yang baik yang dapat ditiru oleh staf dalam sebuah tindakan profesi, agar tidak terjadi penyimpangan peran, agar menjadi sebuah role model yang dapat dipertanggung jawabkan dalam aspek hukum dan norma sosial dari sebuah profesi.
Kesimpulan terakhir yang dapat penulis sampaikan antara filsafat dengan keperawatan adalah bagaimana peran filsafat menjadi pondasi pemikiran dan keilmuan keperawatan dalam menciptakan sebuah manajemen keparawatan yang mempunyai akuntabilitas yang tinggi dalam mempertanggungjawabkan dasar konseptual dan analisis yang mendukung tugas-tugas profesi serta menjadi dasar bagi eksistensi keperawatan sebagai sebuah profesi. Dengan berorientasi logika filsafat ilmu keperawatan mampu menciptakan sebuah paradigma dan manajemen keperawatan yang dapat memberikan manfaat dan berhasil guna bagi ilmu kesehatan secara luas dalam menajemen orang sakit baik secara individu maupun kelompok.
SARAN
Diperlukan kajian lebih lanjut mengenai ontologi, epistemologi, dan aksiologi untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan.
DAFTAR RUJUKAN
Aini, H., & Apriyanti, H. (2024). Gaya Kepemimpinan Analisis SWOT : Menggali Potensi dan Mengatasi Tantangan. Jurnal Sains Student Research, 2(1), 747–752.
Flaming, D. (2004). Nursing theories as nursing ontologies. Nursing Philosophy : An International Journal for Healthcare Professionals, 5, 224–229. https://doi.org/10.1111/j.1466-769X.2004.00191.x
Herminsih, Rahmawati, P. (2017). Bunga Rampai Falsafah Dan Teori Keperawatan. Jurnal Sains dan Seni ITS (Vol. 6). Retrieved from http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf%0Ahttp://fiskal.kemenkeu.go.id/ejournal%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.powtec.2016.12.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.ijfatigue.2019.02.006%0Ahttps://doi.org/10.1
Hidayah, N. (2021). Buku Ajar Managemen Strategik. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952. (Vol. 119).
Kamil, H. (2012). Aksiologi Ilmu Keperawatan: Model Praktek Keperawatan Profesional. Idea Nursing Journal, 3(1), 79–88. Retrieved from http://e-repository.unsyiah.ac.id/INJ/article/view/6419
Ns.Hidayati, M.Kep ; Dr. Dhiana Setyorini, at all. (2023). Buku Ajar Manajemen Keperawatan.
Nugroho, S. A. (2021). Pandangan Ilmu Filsafat Sebagai Filosofi Ilmu Keperawatan Berdasarkan Rumpun Ilmu Sosial. Universiats Nurul Jadid, 1–28. Retrieved from https://osf.io/kvtc5
Rofii. (2016). Teori dan Falsafah Keperawatan (pp. 1–23).
Rosa, E. M. (2018). Patient Centered Care Di Rumah Sakit. Yogyakarta: LP3M Universitas Muhammadiyah ….
Sari, D. W., & Rulyandari, R. (2023). Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit : Narrative Literature Review Implemetation Of Patient Safety Culture In Hospitals: Narrative Literature Review. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Tamara, J. (2020). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengambilan Keputusan dalam Keperawatan. Retrieved from http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/vmwdp
Watson, J. B. (2017). Perspektif filsafat pendidikan terhadap psikologi pendidikan humanistik. Jurnal Sains Psikologi, (1), 31–36.
TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT MANAJEMEN
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Sonny Leksono., SE., M.S
JURUSAN MAGISTER MANAJEMEN KONSENTRASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA
MALANG
TAHUN 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H