Bisa dibayangkan, setiap Hert mengajakku membeli baju dan sepatu. Aku lebih mirip manekin yang tetap diam saat ia menempel baju model apa pun. Dia tidak pernah bertanya apa aku suka? Apa aku nyaman?
Hertz juga mengatur caraku berjalan, mengatur caraku makan, caraku duduk, caraku mengangguk. Hingga aku lupa cara berlari, cara melompat, juga cara menggeleng. Hertz bahkan mengatur caraku tersenyum, tidak boleh terlalu lebar, itu sangat kampungan menurutnya.Â
Sekarang dia juga mengatur apa yang boleh dan tidak boleh aku makan. Dia mencoret beberapa daftar makanan kesukaanku. Coklat, es krim, burger, pizza, dan olahan mie dalam wujud apa pun. Bahkan ia juga meminta ibuku untuk mengawasi makananku selama di rumah.
Ya, hanya di rumah aku bisa merasa sedikit bebas. Aku bisa tertawa saat menonton tingkah minion, keluguan Spongebob. Aku bisa berteriak kegirangan setiap Lionel Messi mencetak gol. Aku bisa berteriak kecewa saat The Doctor jatuh berguling dari motornya.Â
Hal-hal kampungan yang tidak bisa diterima Hertz itu masih bisa aku lakukan di rumahku. Tetapi mungkin semua tidak akan berlaku enam bulan lagi. Mungkin itu alasan Hertz mengatur segala sesuatu semaunya,sesuai kehendaknya. Ia akan membawaku ke rumahnya sebagai Yuri yang baru. Sebagai sebuah manekin anggun yang akan mengisi ruangnya.
Enam bulan lagi, Hertz benar-benar akan membuktikan mengapa ia bernama Hertz, karena ia bisa menghitung gerakku setiap detiknya. Entah hanya berupa getaran atau gelombang sekecil apapun, setiap detiknya akan dihitung dengan satuan Hertz. Persis seperti seorang fisikawan Jerman yang bernama mirip dengannya merumuskan frekuensi.
- - -
tulisan ini diikutsertakan dalam event #tantanganmenulisnovel100hariFC
no.peserta 72
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H