Mohon tunggu...
Julie Chou
Julie Chou Mohon Tunggu... Jurnalis - short strory author

aku adalah apa yang kamu baca, yang kamu kira, yang kamu suka, juga yang tidak

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen: Amplitudo

17 Maret 2016   23:43 Diperbarui: 18 Maret 2016   00:12 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hertz bilang sebentar lagi akan mencari tempat makan. Bisa kutebak, kalau soal tempat makan dan menu makanan dia tidak akan seenaknya memutuskan. Hertz lebih menyukai tempat makan di mana ia bisa melihat ikannya masih berenang di kotak kaca. Semacam aquarium yang dibuat bersekat-sekat, diberi nama sesuai jenis ikannya.

Lalu, hertz akan menunjuk ikan yang dia mau. Pelayan akan mengambilkan untuknya, menimbang berat ikan pilihannya, lalu pelayan akan kembali bertanya ikan tersebut mau dimasak apa. 

Sementara aku hanya duduk, menunggu semua pesanan siap dan disajikan. Ya, semuanya pilihan Hertz. Dia tidak akan bertanya aku ingin makan apa, atau makan di mana. Setidaknya itu lebih baik, daripada aku mengatakan ingin makan di rumah saja. Karena artinya aku harus menahan lapar, aku harus masuk angin, dan saat sampai di rumah semua selera makanku akan hilang.

“Kenapa kamu memilih ikan sebesar ini, Sayang?” aku terkejut saat pelayan membawa seporsi besar ikan yang entah dimasak dengan bumbu apa. Dari aromanya, aku tahu ikan itu pasti enak, tanpa perlu aku tahu bumbunya.

“Sebagai ganti dihapusnya cemilan di dalam mobil, Sayang.” Jawab Hertz dengan senyum lebar, memperlihatkan barisan giginya yang bersih dan rapi. Sudah kubilang, bagian apa pun dari Hertz memang sengaja diciptakan Tuhan serapi mungkin.

“Aku tidak yakin bisa menghabiskan seporsi besar ini sendirian.”

“Aku sangat yakin, Sayang. Coba saja dulu, nanti setelah kamu tahu rasanya kamu pasti tidak akan menyisakan sedikit pun.” 

Benar juga kata Hertz, aromanya saja sudah membuatku yakin kalau masakan ini pasti enak. Hanya Hertz berlebihan dengan mengatakan aku tidak akan menyisakan sedikit pun. Aku tidak serakus itu hingga duri-duri ikan juga ikut aku telan.

***

#Hertz

Lucu juga melihat wajah kaget Yuri saat aku menyuruh dia menghabiskan seporsi besar makanannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun