Kita juga bisa menguatkan pemahaman anak dengan menambahkan data. Misalnya, kasih tahu kalau 8% dari emisi gas rumah kaca yang dihasilkan manusia seluruh dunia ternyata berasal dari limbah makanan.
Putriku memang masih batita, belum terlihat secara signifikan apakah cara ini akan berhasil. Namun, dikutip dari Journal of Experimental Child Psychology, konsekuensi logis merupakan komponen penting untuk menanamkan sikap peduli pada anak-anak. Konsekuensi logis menjadi prekursor terhadap kognitif anak, sehingga kepedulian terhadap lingkungan dan isu perubahan iklim terinternalisasi ke dalam diri mereka.
Tak Hanya Mengenalkan Pengetahuan, Tapi Memberi Teladan
Aku pernah menyaksikan pemandangan yang menginspirasi. Seorang ayah memungut kemasan plastik yang berserakan lalu memasukkannya ke tempat sampah. Ajaibnya tanpa sepatah kata instruksi, si anak kemudian mengikuti gerakan yang sama.
Mantranya adalah “sebelum anakku, aku harus mulai lebih dulu”.
Dari sana aku belajar, kunci menumbuhkan kesadaran lingkungan adalah dengan memberi anak teladan, misalnya lewat praktik hidup berkelanjutan di keseharian. Nah, selanjutnya aku mau cerita apa saja kebiasaan-kebiasaan baik yang aku tanamkan ke si kecil.
Eat What You Grow Lewat Praktik Kebun Mini
Aku mengajak anak merawat kebun mini di rumah. Sejak dini, ia punya tanggung jawab menyiram tanaman (di bawah pengawasan orang tua). Supaya ia mengerti semangkuk bayam yang ia nikmati tidak hadir secara gratis. Ada proses dari menanam benih, merawat tanaman, panen, hingga proses memasak di dapur.
Harapannya, ia jadi menghargai lingkungan sekitar. Selain itu, lewat praktik kebun mini, kami ikut kontribusi mewujudkan ketahanan pangan sekaligus menekan emisi. Sebab, menanam sendiri sebagian makanan akan memangkas food miles sehingga menghemat energi solar.
Bijak Konsumsi Energi Listrik
Sebagai ibu yang hampir 24 jam berada di rumah, aku sangat memerhatikan efisiensi energi listrik keluarga. Secara perlahan, aku beralih ke peralatan elektronik yang hemat energi dan mengeliminasi beberapa barang yang kurang dibutuhkan seperti televisi dan pendingin ruangan.
Alhasil, sudah dua tahun kami hidup tanpa dua barang tadi. Bonusnya, kami punya lebih banyak waktu berkualitas tanpa distraksi.