Tapi ngomong-ngomong, kok ada yang aneh ya. Saku celanaku kosong melompong yang biasanya full dengan benda berbentuk persegi panjang itu. Wah..sepertinya penyakit pikunku kambuh. Handphoneku ketinggalan. Sudah beberapa kali ketinggalan sebenarnya dan biasanya aku tidak terlalu khawatir karena handphone itu pasti ada di kamarku. Tapi sekarang lain ceritanya, saat “Yoyok” hadir kembali dalam hidupku. Pikiranku sudah mengembara kemana-mana. Jangan-jangan kau telpon, trus yang ngangkat istriku, trus semuanya menguak begitu saja dan aku menjadi terdakwa disidang istriku karena ketidakjujuranku dari awal. Duh !
Hari ini di kantor kujalani dengan kacau. Mulai dari nggak konsen saat meeting hingga aku ditegur si bos, pekerjaan banyak salahnya, nggak kelar-kelar dan segala sesuatunya seolah tak bersahabat denganku. Pusing. Semua hanya karena kau yang memenuhi pikiranku. Aku heran, belasan tahun tak mampu membunuh rasaku padamu. Penasaranku begitu amat sangat menggoda. Keinginanku untuk bisa bertemu denganmu walau sesaat, begitu kuat. Apalagi dari info Dayat, temanku yang juga temanmu itu kau tinggal di daerah yang tidak terlalu jauh dari tempatku. Sebuah kebetulan yang jauh dari dugaanku sebelumnya. Kupikir kau sudah tinggal jauh di belahan dunia yang lain.
Aku berandai-andai kalau sekarang aku ketemu kau, apa yang akan kulakukan ya ? Salah tingkah seperti laki-laki umur puber atau biasa saja atau acuh tak acuh ? Embuhlah..aku bingung je..Hatiku kebat-kebit and cenat cenut nggak karuan. Itu baru mbayangke thok, gimana kalau ketemu betulan ? Duh biyung..Jeng Sri. kau selalu membuatku pusing tujuh keliling.
***
“Mas, Yoyok ki laki opo perempuan to ? Kok suarane lembut..tak kiro istrinya Yoyok je..tapi pas tak tanya apanya Yoyok dia nggak ngomong apa-apa malah bingung ki ?”
Ladalah, opo meneh iki. Baru datang dari kantor istriku sudah cerita macem-macem. Penasaranku makin membuncah.
“Yoyok telpon meneh ?”
“Ho oh..trus ngomong halo siapa ini ? Yo aku jawab, lha ini siapa, istrinya mas Yoyok po ? Trus dia ngomong Yoyok siapa ya..maaf salah sambung..Kok aneh yo. Jan-jane Yoyok ki sopo to mas ? Bingung aku..”
“Walah..supaya nggak bingung sesok meneh nek telpon rasah diangkat. Marai mumet..”
“Lha sampeyan ki mesti ketinggalan handphone, kebiasaan..”
Aku manggut-manggut. Sedikit lega istriku tidak curiga berkelanjutan. Namun aku semakin penasaran kenapa kau nelpon lagi.