Konflik  tidak harus  dihindari  dalam  sebuah perkawinan.  Konflik  itu perlu dan asyik,  bahkan dapat membuat pernikahan lebih dinamis,  asal tahu mengelolanya dengan baik. Jika masalah tidak ditangani dengan baik, itu dapat membuat  perkawinan itu sakit.  Sebaliknya jika bisa dikelola, maka perkawinan akan  bertumbuh dinamis dan sehat.
Isu konflik pasutri di ruang konseling  paling banyak ada di seputar persoalan: uang, komunikasi, seks, pekerjaan, anak-anak, keluarga asal, teman, dan karir. Perbedaan persepsi, skill dan kebiasaan dalam konteks isu itu bisa menjadi pemicu konflik. Karena itu salah satu sifat yang diperlukan untuk mengelola perbedaan itu adalah kelenturan.
Kelenturan dan Harga Diri
Kelenturan adalah  sifat pribadi suami atau istri yang rela beradaptasi (menyesuaikan diri)  dengan sifat pasangan atau situasi yang tidak Anda harapkan terjadi. Kelenturan adalah salah satu wujud dari empati.
Salah satu ciri lentur adalah mudah memahami pasangan dan tidak ngotot mengubah pasangan.  Sebaliknya, Anda sendiri rela berubah saat pasangan tidak berubah. Caranya dengan menerima pasangan yang tidak berubah. Ada beberapa sifat dasar pasangan  yang sulit berubah. Misalnya, pasangan Anda seorang introvert,  tidak banyak bicara. Maka belajarlah menerima sifat itu, sambil menjadikan diri Anda menjadi pribadi yang enak diajak bicara oleh pasangan.
Ciri lainnya,  seorang yang  lentur bersifat pemaaf. Dia tidak mudah tersinggung, dan kalaupun menjadi marah tidak suka menyimpan kesalahan pasangan. Ia lebih suka membicarakannya. Ini adalah salah satu sifat utama kasih.
Masalahnya, tidak semua orang memiliki sifat ini, sebab kelenturan berkait erat dengan harga diri. Orang yang mudah menyesuaikan diri (fleksibel) biasanya juga memiliki harga diri (self-esteem) Â yang baik. Orang yang minder, sulit membicarakan kelemahannya dengan pasangannya. Misalnya meski dia sedang marah pada pasangannya, dia lebih suka menyimpan, menekan atau menyangkali hal itu. Dia kuatir, jangan-jangan jika dibicarakan akan membuat suami atau istrinya menjadi lebih marah.
Kelenturan juga didukung oleh seberapa jauh  suami mengenali  pasangan dan sebaliknya. Makin Anda mengenal pasangan Anda dengan baik, maka ada pengertian yang mendalam terhadap dia, terutama saat konflik dan perbedaan pendapat terjadi.
Karena itu salah satu kunci mengelola konflik adalah mengenali pasangan dengan baik. Anda memahami latar belakang, kebiasaan, sifat, hobi, cara berpikir hingga pohon keluarga asalnya. Selain mengenal, Anda juga menerima pasangan "apa adanya" bukan "ada apanya".
Sumber Pertengkaran
Pasangan yang terus menerus cenderung konflik biasanya, dilatarbelakangi karena salah satu atau keduanya tumbuh dalam ketidakbahagiaan. Besar tanpa kasih sayang. Karena itu ada kecenderungan berjuang mengubah perilaku pasangannya. Dia selalu merasa tidak puas, dan selalu merasa ada saja yang kurang. Selain itu saat memasuki perkawinan mereka tidak  siap untuk menghadapi kemungkinan situasi terburuk.