[caption id="attachment_123001" align="aligncenter" width="343" caption="Perkawinan yang sehat membutuhkan kelenturan (ill. Google)"][/caption]
By. Julianto Simanjuntak ***
Kelenturan Dalam Perkawinan: Seni Mengelola Konflik Pasutri
KASUS
John, seorang pria yang telah menikah tiga  tahun mengalami depresi yang berat. Ia merasa istrinya tidak lagi menghargai dirinya sebagai suami. Istrinya tidak tunduk pada keinginannya dalam segala hal.
Beberapa keluhan sang suami antara lain: Istrinya tidak bisa menabung, tidak taat sembahyang, terlalu memberi perhatian pada keluarga sendiri, tidak pandai merawat anak. Istrinya mau menguasai, tidak melayani kebutuhan fisik suami, memaksa suami mengurus anak. Suami dicurigai main serong dengan pembantu, dan sebagainya.
Sementara itu Mary istrinya, Â juga depresi sebab suaminya jarang di rumah. Suami sering mempersalahkan dia. Situasi rumah tangga seperti itu akhirnya membuat istrinya tidak tahan, lalu mengusir suaminya secara halus. Pria itupun tidak tahan lalu pergi meninggalkan istri dan merasa tidak akan kembali lagi.
Keluarga ini tinggal di pinggiran atau agak jauh dari pusat kota Jakarta. Suami merasa penghasilannya cukup baik, sebab ia berharap dapat ditabung oleh istri. Suami bekerja jauh dari rumah, sehingga 2 dari 3 minggu (dua pertiga waktunya) berada di luar rumah. Dengan kata lain suami jarang berada di rumah.
Istri sangat dekat dengan keluarganya sendiri. Ia memberi bantuan bulanan sebesar satu juta rupiah pada keluarganya. Keluarga ini dibantu oleh dua orang pembantu rumah tangga. Mereka memiliki seorang anak yang masih bayi, dan istri sedang dalam keadaan mengandung anak kedua. Mereka menikah hampir 3 tahun.
Isu Konflik Pasutri