Berdasarkan penjabaran di atas, akhirnya saya simpulkan juga tegaskan, bahwa:
1. Cerpen Lilin tersebut sama sekali TIDAK ORISINAL, HASIL MUTILASI, tidak menampilkan hal baru, dan menimbulkan salah persepsi. Berarti pemuatan cerpen Kompas kali ini saya gugat dan pertanyakan. Apakah Kompas teledor dalam menyeleksi cerpen yang masuk atau lupa mencantumkan catatan kaki tentang sumber kalimat, misalnya? Apakah layak cerpen ini masuk sebagai kualitas koran Kompas?
2. Menurut saya, pengarang cerpen ini ada melakukan ‘peminjaman kalimat/istilah sama persis tanpa izin’, entah sengaja atau tidak sengaja, sehingga saya beranggapan adanya tindakan plagiarisme (KBBI: penjiplakan yang melanggar hak cipta), karena novel The Joy Luck Club versi terjemahannya sendiri dilindungi UU HAKI terbaru.
Tulisan ini tidak bersifat personal pada karakter pengarang atau karya pengarang yang lain, tapi semata-mata murni karena cerpen ini saja. Saya yakin Kompas menindaklanjuti secara bijaksana. Bukankah revolusi mental sedang ramai digencarkan?
Tentunya, penjiplakan, plagiat, peniruan, pengutipan, tanpa pencantuman sumber atau izin, bukan menjadi sifat yang ditoleransi oleh kebijakan Kompas.
Buat teman-teman yang peduli dengan #SayNoPlagiarism, saya mohon bisa membagikan catatan ini, supaya ada pembelajaran bagi semua orang. Silakan pro dan kontra, silakan mendukung atau jadi hater, semua pendapat akan membuat orang membuka mata. Atas keterbatasan ilmu saya mohon maaf.
Palmerah, 6 April 2016
Salam,
Sian Hwa
Catatan: Screenshot kopi novelnya ada di timeline. Silakan dicermati cerpen yang saya maksud.
Sumber lain:
1. Anggur pernikahan (The Nuptial Cup)
2. Anggur pernikahan disebut sebagai “heart knot”