Mohon tunggu...
Sian Hwa
Sian Hwa Mohon Tunggu... lainnya -

Doyan nyampah di dumay. Wajib bikin novel yang keren badai. Penggila film dan buku. Bipolar dan insocially competent.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menggugat Orisinalitas Cerpen "Lilin Merah di Belakang Meja Mahyong"

10 April 2016   14:30 Diperbarui: 12 April 2016   09:24 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

- ... Kau tahu apa yang akan keluar dari perut hantu perempuan yang keras kepala? Aku menggeleng. Popo menghirup napas dengan sangat kuat, seolah oksigen hendak dia habiskan. Aku dapat melihat urat-urat dan tulang hastanya bergerak. 

- Sebutir telur naga yang tak ingin oleh siapa pun. Bahkan tak ada orang yang mau memakannya bersama bubur beras.

Cuplikan novel (hal 59):

- Ketika aku masih seorang gadis remaja di Cina, nenekku menceritakan kepadaku bahwa ibuku seorang hantu. Ini tidak berarti ibuku sudah meninggal. Pada zaman itu, hantu adalah apa saja yang tak boleh kami bicarakan. 

- Tetapi aku sering mendengar cerita tentang seorang hantu yang berusaha melarikan anak-anak, terutama anak-anak perempuan yang keras kepala, yang tidak patuh. Sering kali Popo berkata dengan suaranya yang keras kepada semua yang bisa mendengar, bahwa adikku dan aku tadinya jatuh keluar dari perut seekor angsa tolol. Kami adalah dua butir telur yang tak diinginkan siapa pun, yang...

Isi cerpen:

- “Ying-ying, berjanjilah. Bila aku sudah mati nanti, jangan sekali-sekali kamu menyebut nama hantu perempuan itu di rumah ini.”

- “Mengucapkan namanya berarti kamu mengencingi makamku.” Aku menelan ludah dan mengangguk.

Cuplikan novel (hal 61):

- Persis sebelum Popo menjadi terlalu sakit sampai tak bisa berbicara, dia menarikku mendekat dan berbicara kepadaku tentang ibuku. “Jangan sekali-kali mengucapkan namanya,” katanya memperingatkan. “Mengucapkan namanya berarti meludahi makam ayahmu.”

Isi cerpen:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun