Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Karbon Sink atau Sumber: Nasib Lahan Gambut di Tangan Kita

17 Oktober 2024   17:40 Diperbarui: 17 Oktober 2024   17:45 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lahan gambut, seringkali dianggap sebagai lahan marginal yang tidak produktif, menyimpan rahasia besar yang dapat menentukan nasib planet kita.

Sebagai endapan organik yang terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang membusuk dalam kondisi basah selama ribuan tahun, lahan gambut menjadi gudang karbon terbesar di dunia.

Namun, keseimbangan alam ini rentan terhadap gangguan manusia. Pencemaran udara, air, dan tanah akibat aktivitas industri dan domestik telah merusak ekosistem dan mengancam keberlangsungan hidup banyak spesies.

Selain itu, penggundulan hutan secara besar-besaran untuk kepentingan pertanian, perkebunan, dan pembangunan telah menyebabkan hilangnya habitat bagi flora dan fauna.

Dampak dari kerusakam lahan gambut telah menyebabkan pemanasan global, yang berdampak pada perubahan iklim ekstrem dan naiknya permukaan air laut.

Di sisi lain, lahan gambut sehat sangat berperan sebagai karbon sink, menyerap dan menyimpan karbon dioksida (CO2) dari atmosfer dalam jumlah yang sangat besar.

Proses pembentukan gambut yang lambat membuat karbon tersimpan dalam jangka waktu yang lama, jauh lebih lama dibandingkan hutan tropis di lahan mineral.

Dengan demikian, lahan gambut menjadi benteng pertahanan alami melawan perubahan iklim.

Sayangnya, dalam beberapa dekade terakhir, lahan gambut di seluruh dunia, termasuk Indonesia, mengalami degradasi yang signifikan.

Konversi lahan gambut menjadi lahan pertanian, perkebunan, atau pemukiman, serta kebakaran hutan yang sering terjadi, menyebabkan kerusakan parah pada ekosistem gambut.

Ketika lahan gambut dikeringkan dan teroksidasi, karbon yang tersimpan di dalamnya akan terlepas ke atmosfer sebagai CO2, mengubah lahan gambut dari karbon sink menjadi sumber emisi karbon terbesar.

Implikasi terhadap Perubahan Iklim

Emisi karbon dari lahan gambut berkontribusi signifikan terhadap pemanasan global. Kenaikan suhu bumi menyebabkan berbagai dampak buruk, seperti kenaikan permukaan air laut, perubahan pola cuaca ekstrem, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Bagi Indonesia, kebakaran lahan gambut tidak hanya menyebabkan polusi udara yang parah, tetapi juga berdampak pada kesehatan masyarakat, mengganggu perekonomian, dan merusak citra negara di mata dunia.

Lebih jauh lagi, kebakaran ini merusak ekosistem lahan gambut yang unik dan kaya akan keanekaragaman hayati, mengancam kelangsungan hidup flora dan fauna endemik.

Sebagai gudang karbon terbesar kedua di dunia, kebakaran lahan gambut melepaskan emisi karbon dalam jumlah besar, memperparah krisis iklim global.

Upaya Pelestarian dan Restorasi

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya kolektif dari berbagai pihak. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

Pertama, pembasahan kembali. Mengembalikan kondisi basah alami lahan gambut adalah langkah krusial. Ini dapat dilakukan melalui pembangunan sekat kanal, perbaikan sistem drainase, dan restorasi hutan rawa gambut.

Pembasahan kembali (rewetting) adalah proses mengembalikan kondisi basah alami pada lahan gambut yang telah kering. Lahan gambut yang kering sangat mudah terbakar dan rentan terhadap degradasi.

Dengan mengembalikan kondisi basahnya, kita dapat mencegah kebakaran, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan memulihkan ekosistem lahan gambut.

Pembasahan kembali adalah langkah krusial dalam upaya restorasi lahan gambut. Dengan mengembalikan kondisi basah alami lahan gambut, kita dapat mengatasi berbagai masalah lingkungan, sosial, dan ekonomi yang disebabkan oleh kerusakan lahan gambut.

Kedua, pencegahan kebakaran. Meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum terhadap pembakaran lahan, serta membangun sistem peringatan dini kebakaran hutan.

Pencegahan kebakaran, terutama kebakaran hutan dan lahan, adalah upaya proaktif yang sangat penting untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mengurangi dampak negatif kebakaran terhadap masyarakat.

Salah satu cara efektif untuk mencegah kebakaran adalah melalui peningkatan pengawasan dan penegakan hukum, serta pembangunan sistem peringatan dini.

Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum, serta pembangunan sistem peringatan dini kebakaran hutan merupakan langkah-langkah strategis untuk mencegah terjadinya kebakaran.

Dengan upaya yang terpadu dan melibatkan berbagai pihak, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan lestari.

Ketiga, pengembangan alternatif ekonomi. Memberikan dukungan kepada masyarakat sekitar lahan gambut untuk mengembangkan mata pencaharian yang berkelanjutan, seperti ekowisata, agroforestri, dan budidaya ikan.

Pengembangan alternatif ekonomi adalah upaya untuk memberikan pilihan mata pencaharian bagi masyarakat sekitar lahan gambut yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan dibandingkan dengan praktik-praktik yang berpotensi menyebabkan kebakaran, seperti pembukaan lahan dengan cara dibakar.

Dengan memberikan dukungan dan pelatihan, masyarakat dapat beralih ke sektor-sektor ekonomi yang tidak hanya memberikan keuntungan finansial, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan.

Pengembangan alternatif ekonomi merupakan salah satu kunci untuk mengatasi masalah kebakaran lahan gambut.

Dengan memberikan dukungan yang tepat, masyarakat dapat beralih ke kegiatan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan sejahtera, sekaligus berkontribusi pada pelestarian lingkungan.

Keempat, peningkatan kapasitas. Melakukan pelatihan dan penyuluhan kepada masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta mengenai pentingnya lahan gambut dan cara pengelolaannya yang berkelanjutan.

Peningkatan kapasitas adalah proses memberikan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman kepada masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta tentang pentingnya lahan gambut dan cara pengelolaannya yang berkelanjutan.

Tujuan utama dari peningkatan kapasitas adalah untuk membangun kesadaran, mengubah perilaku, dan meningkatkan partisipasi aktif semua pihak dalam upaya pelestarian lahan gambut.

Peningkatan kapasitas merupakan investasi jangka panjang yang sangat penting untuk mencapai tujuan pelestarian lahan gambut.

Dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang tepat kepada masyarakat, kita dapat membangun kesadaran kolektif dan mendorong perubahan perilaku yang berkelanjutan.

Kelima, kerjasama internasional. Membangun kerjasama dengan negara-negara lain untuk berbagi pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan lahan gambut.

Lahan gambut bukanlah masalah semata-mata milik satu negara, melainkan tantangan global yang membutuhkan solusi bersama.

Kerjasama internasional dalam pengelolaan lahan gambut menjadi kunci untuk mencapai tujuan pelestarian yang lebih efektif dan berkelanjutan.

Kerjasama internasional adalah kunci untuk mengatasi tantangan global dalam pengelolaan lahan gambut.

Dengan bekerja sama, negara-negara dapat mencapai tujuan bersama dalam melindungi lingkungan, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kesimpulan

Nasib lahan gambut berada di tangan kita. Dengan pengelolaan yang tepat, lahan gambut dapat menjadi solusi dalam mengatasi perubahan iklim.

Namun, jika kita terus mengeksploitasi lahan gambut tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan, maka kita akan menghadapi konsekuensi yang sangat serius bagi generasi mendatang.

Mari kita bersama-sama menjaga dan memulihkan lahan gambut, demi masa depan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun