Implikasi terhadap Perubahan Iklim
Emisi karbon dari lahan gambut berkontribusi signifikan terhadap pemanasan global. Kenaikan suhu bumi menyebabkan berbagai dampak buruk, seperti kenaikan permukaan air laut, perubahan pola cuaca ekstrem, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Bagi Indonesia, kebakaran lahan gambut tidak hanya menyebabkan polusi udara yang parah, tetapi juga berdampak pada kesehatan masyarakat, mengganggu perekonomian, dan merusak citra negara di mata dunia.
Lebih jauh lagi, kebakaran ini merusak ekosistem lahan gambut yang unik dan kaya akan keanekaragaman hayati, mengancam kelangsungan hidup flora dan fauna endemik.
Sebagai gudang karbon terbesar kedua di dunia, kebakaran lahan gambut melepaskan emisi karbon dalam jumlah besar, memperparah krisis iklim global.
Upaya Pelestarian dan Restorasi
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya kolektif dari berbagai pihak. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
Pertama, pembasahan kembali. Mengembalikan kondisi basah alami lahan gambut adalah langkah krusial. Ini dapat dilakukan melalui pembangunan sekat kanal, perbaikan sistem drainase, dan restorasi hutan rawa gambut.
Pembasahan kembali (rewetting) adalah proses mengembalikan kondisi basah alami pada lahan gambut yang telah kering. Lahan gambut yang kering sangat mudah terbakar dan rentan terhadap degradasi.
Dengan mengembalikan kondisi basahnya, kita dapat mencegah kebakaran, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan memulihkan ekosistem lahan gambut.
Pembasahan kembali adalah langkah krusial dalam upaya restorasi lahan gambut. Dengan mengembalikan kondisi basah alami lahan gambut, kita dapat mengatasi berbagai masalah lingkungan, sosial, dan ekonomi yang disebabkan oleh kerusakan lahan gambut.