Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Banyak Perempuan di Dunia Dipaksa Menikah Sebelum Mereka Siap?

11 Oktober 2024   08:28 Diperbarui: 11 Oktober 2024   08:35 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Pernikahan dini. | Unicef via KOMPAS.com

Keluarga dan komunitas memiliki peran penting dalam mengubah pandangan tentang peran gender. Orang tua, guru, tokoh agama, dan pemimpin masyarakat perlu memberikan contoh yang baik dan mendukung kesetaraan gender. Mereka juga dapat menjadi agen perubahan dengan mengadvokasi hak-hak perempuan dan anak perempuan.

Dampak Pernikahan Dini terhadap Perempuan

Kesehatan. Risiko kematian ibu dan bayi yang tinggi, kehamilan yang tidak diinginkan, dan masalah kesehatan reproduksi lainnya.

Tubuh perempuan yang belum sepenuhnya matang secara fisik belum siap untuk menghadapi kehamilan dan persalinan. Hal ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti preeklamsia, persalinan prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, hingga kematian ibu dan bayi.

Selain risiko fisik, pernikahan dini juga berdampak buruk pada kesehatan mental perempuan. Mereka seringkali mengalami depresi, kecemasan, dan stres akibat tekanan sosial, tanggung jawab yang berat, dan kurangnya dukungan sosial.

Masalah kesehatan yang timbul akibat pernikahan dini dapat memperburuk kondisi ekonomi keluarga. Biaya pengobatan yang tinggi, ketidakmampuan untuk bekerja, dan beban pengasuhan anak yang besar dapat mendorong keluarga semakin terperangkap dalam lingkaran kemiskinan.

Pendidikan. Terputusnya pendidikan, terbatasnya kesempatan untuk mengembangkan diri, dan ketergantungan ekonomi pada suami.

Putus sekolah dini seringkali menjadi pintu masuk ke dalam lingkaran kemiskinan. Tanpa pendidikan yang memadai, perempuan sulit mendapatkan pekerjaan yang layak dan memiliki penghasilan yang stabil. Hal ini membuat mereka semakin bergantung pada suami untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Pendidikan adalah kunci untuk memberdayakan perempuan. Dengan pendidikan, perempuan dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai kemandirian ekonomi dan mengambil keputusan yang lebih baik untuk hidup mereka. Pendidikan juga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kesadaran akan hak-hak mereka.

Perempuan yang putus sekolah cenderung memiliki pengetahuan yang terbatas tentang kesehatan reproduksi. Hal ini meningkatkan risiko kehamilan yang tidak diinginkan pada usia muda, komplikasi saat melahirkan, dan penyakit menular seksual.

Komunitas memiliki peran penting dalam mendukung pendidikan perempuan. Keluarga, tokoh agama, dan pemimpin masyarakat dapat mendorong perempuan untuk melanjutkan pendidikan dan memberikan dukungan moral serta finansial. Sekolah juga perlu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan ramah bagi perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun