Laut China Selatan sangat strategis dari segi geografis, keamanan, dan ekonomi. Laut ini memiliki 190 triliun kaki kubik gas alam dan 11 miliar barel minyak yang belum tergali, menjadikannya salah satu tempat dengan potensi sumber daya alam terbesar di dunia. Negara-negara di sekitar Laut China Selatan saling bertentangan karena penguasaan atas sumber daya ini, yang merupakan pendorong ekonomi yang menjanjikan.
Sumber daya minyak dan gas Laut China Selatan memiliki potensi untuk meningkatkan perekonomian negara yang memilikinya. Produksi dan eksplorasi minyak dan gas alam bukan hanya penting sebagai sumber energi tetapi juga sebagai komoditas yang dapat meningkatkan pendapatan nasional melalui ekspor. Selain itu, produksi ini dapat menciptakan lapangan kerja baru, menarik investasi asing, dan mendorong pembangunan infrastruktur di negara tersebut.
Untuk memastikan akses yang aman dan berkelanjutan ke sumber daya alam, Indonesia harus menjaga wilayah perairan yang disengketakan di Laut China Selatan. Dengan cadangan gas alam yang melimpah, kepulauan Natuna adalah salah satu daerah penting bagi Indonesia untuk mempertahankan kedaulatannya.Â
Diperkirakan bahwa cadangan gas di Natuna cukup besar untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia di dalam negeri dan bahkan untuk diekspor.Sebagaimana dilaporkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Blok East Natuna memiliki kandungan volume gas di tempat atau Initial Gas in Place (IGIP) sebanyak 222 triliun kaki kubik (tcf), dengan cadangan terbukti sebanyak 46 tcf.Â
Selain itu, ada kemungkinan kandungan minyak di Natuna sebesar 36 juta barel yang merupakan aset penting bagi ekonomi nasional. Â memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi indonesia. Selain sumber daya minyak dan gas, Laut China Selatan juga kaya akan sumber daya perikanan.Â
Dengan berbagai spesies ikan yang sangat berharga, perairan ini menjadi salah satu tempat penangkapan ikan terbesar di dunia. Sektor perikanan sangat penting untuk ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat pesisir yang bergantung pada penangkapan ikan sebagai sumber pendapatan mereka. Oleh karena itu, menjaga akses legal dan aman ke perairan ini sangat penting untuk menjaga ekonomi sektor perikanan Indonesia berjalan.
Selain manfaat langsung dari sumber daya alam, stabilitas di Laut China Selatan juga mempengaruhi jalur perdagangan internasional. Laut ini merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia, dengan ribuan kapal dagang yang melewati perairan ini setiap tahunnya. Jika ada masalah atau ketidakpastian di wilayah ini, itu dapat meningkatkan biaya logistik dan menghancurkan rantai pasokan global. Hal ini dapat berdampak negatif pada ekonomi Indonesia dan negara lain yang bergantung pada jalur perdagangan ini.
Seharusnnya pemerintah Indonesia maupun para pemimpin Indonesia sudah menyadari Melihat kerumitan konflik laut china selatan yang semakin urgent serta memprihatinkan, Pemerintah Indonesia sangat membutuhkan strategi yang luas dan terpadu untuk mengatasi ancaman konflik di Laut Cina Selatan terhadap kedaulatan Indonesia.
Pertama, diplomatik tetap penting. Posisi Indonesia sebagai penengah yang netral diperkuat oleh komitmennya yang lama terhadap non-blok. Indonesia dapat memanfaatkan peran ASEAN sudah termasuk dalam koordinasi ASEAN yang lebih kuat serta membangun dialog antar ASEAN dengan China.Â
Forum dialog akan menjadi platform yang sangat membantu karena memungkinkan pihak-pihak yang terlibat untuk berkomunikasi secara terbuka secara teratur dan membangun kerja sama yang lebih erat.Selain itu, diplomasi yang efektif dan aktif dapat mencakup kerjasama dengan negara-negara besar lainnya yang memiliki kepentingan strategis di wilayah tersebut, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Australia.Â
Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya harus meningkatkan kerjasama maritim untuk meningkatkan pengawasan dan keamanan perairan mereka sendiri. Salah satu tindakan konkret adalah dengan membangun sistem pengawasan maritim bersama. Sistem ini akan memiliki kemampuan untuk menemukan dan menanggapi tindakan ilegal di perairan Laut China Selatan. Teknologi seperti drone dan satelit dapat meningkatkan jumlah pengawasan yang dilakukan.