"Aduh tuan, jangan Tanya saya, saya takut pada ayah tuan. Lebih baik tuan Tanya pada ibu tuan saja ya, maaf. " kata sang pengasuh dengan cemas dan kuatir akan keselamatan dirinya.
Anusapati kemudian menemui ibunya," mami, kenapa sih papi sikapnya beda antara aku dan adik-adikku yang lain."
"Ah, sikapnya beda gimana sih, itu hanya perasaanmu saja." Kata ibunya, tapi Anusapati tidak puas dengan jawaban ibunya. Tak henti-hentinya dia menanyakan hal serupa pada ibunya.
"Ibu, jujur saja deh,  ayahku itu siapa, kalau beneran anak Ken Angrok, ngapain sikap ayah beda antara aku dan sodara-sodaraku. Ayah itu pilih kasih banget. Aku salah dikit dimarahi, kalau sama adik-adikku aja sayangnya minta ampun. Memangnya aku anak pungut dari  pinggir sungai apa."
Ibunya menghela napas. " Baiklah, aku harus berterus terang kepadamu . Ayahmu adalah Tunggul Ametung. Ibu hamil tiga bulan kala Sang Amurwabumi menikahi ibu."
"oh, jadi Sang Amurwabumi bukan ayahku. Terus gimana cara ayah kandungku mati?"
"Sang Amurwabumi membunuhnya." Ken Dedes menjawab lirih dan kemudian terdiam . Dia merasa bersalah telah mengatakan hal sebenarnya kepada Anusapati.
Anusapati terdiam. "Bedebah, ternyata benar dia membunuh ayahku demi kekuasaan di Tumapel. Ken Angrok, kau harus merasakan pembalasan dendamku," batinnya.
"Mami, aku minta keris milik ayah yang buatan Mpu Gandring itu, boleh tidak?" rayu Anusapati. Ken  Dedes kemudian mengambilkan keris itu untuk anaknya. "buat apa sih ,kamu minta keris itu segala. Nanti kalau ketahuan ayahmu gimana?"
"Tenang aja ,Bu. Gak akan lama kok." Anusapati kemudian berlalu pergi ke rumahnya. Dia kemudian memanggil seorang pengalasan dari Batil yang merupakan hambanya." Pangalasan, aku perintahkan kamu untuk membunuh Sang Amurwabumi."
Sang Pangalasan bergetar ketakutan. " ampun, tuan. Tapi sang raja memiliki kesaktian yang luar biasa. Bagaimana cara saya untuk membunuhnya. Senjata biasa tidak akan mampu membunuhnya."