Mas Han akhirnya mengangguk. Miranti pun tersenyum, ada bahagia bersemayam di hatinya. Mas, kau begitu baik dan perhatian, aku ingin melabuhkan cintaku padamu. Mungkinkah?
“Ayo makan lagi, jangan ngelamun aza,” sentak Mas Han, Miranti terhenyak, sejenak dipandanginya Mas Han dengan lekat. Mas, mungkinkah hari-hari indah ini akan selalu jadi milikku?
Ya, Miranti mulai merasakan kembali kebahagiaan yang selama ini sudah pergi jauh dari hidupnya. Dia mulai merasakan lagi gairah dalam menjalani hari-harinya. Semua disadari karena perkenalannya dengan Mas Han. Mas Han yang pengertian, Mas Han yang perhatian, Mas Han yang sabar, Mas Han yang ngemong, Mas Han yang ceria dan penuh canda, Mas Han yang selalu tersenyum ramah, Mas Han yang selalu hangat dan bersahabat.
Miranti pun mulai merasakan hatinya kembali terbuka, untuk membangun istana cintanya yang sudah porak-poranda, menghias kembali singgasana cintanya yang telah hancur berkeping-keping, dan mempersiapkan kembali mahkota cintanya yang akan dipersembahkan bagi calon penghuni kerajaan hatinya. Siapa lagi kalau bukan Mas Han. Miranti pun mulai berani lagi berharap, bahwa hidupnya akan bahagia. Dia mulai berani lagi berkhayal, bahwa benih-benih cintanya akan bersemi kembali, dan tumbuh dengan subur, hingga berbunga indah dan berbuah manis.
“Mas, pintu rumah ini selalu terbuka untuk Mas. Mas bisa datang ke sini kapan saja.”
Mas Han tidak segera menjawab, dia hanya memandang Miranti dengan tatapan nanar. Entah apa yang ada dipikirannya. “Kalau lihat jadwal sih, mungkin Mas bisa mampir ke sini setiap Senin sore atau Jumat sore, bagaimanapun, Mas sudah punya tanggung jawab yang lain.”
“Gak apa-apa Mas, aku ngerti kok, aku juga gak mau mengganggu keluarga Mas, aku hanya minta disisa-sisa waktu Mas, jangan tinggalin aku ya?”
Mas Han mengangguk, dan itu cukup melegakan. Miranti menyambut dengan senyuman.
“Ayo, dihabiskan makannya. Mas mau balik ke kantor.” Mas Han pamit, “Kamu cepet sembuh ya...”
Seketika Miranti merasa sudah sembuh. Kedatangan Mas Han dan perhatiannya cukup menjadi obat yang mujarab bagi sakitnya.
Sejak itulah, setiap Senin dan Jumat sore, Miranti selalu menunggu Mas Han yang tidak pernah absen mengunjunginya. Terkadang mereka bisa janjian di luar, atau jalan-jalan kemana saja mereka mau, layaknya dua sejoli yang sedang kasmaran.