Mohon tunggu...
Just Riepe
Just Riepe Mohon Tunggu... Guru (Honorer) -

I am a simple people (Reading, writing, singing, watching, traveling)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Secercah Senyum di Bibir Amat

4 Januari 2017   10:59 Diperbarui: 4 Januari 2017   11:15 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Ari Awalu Romadon

“Abang...” sapanya lemah. Selarik senyum terbersit di bibirnya. Sumringah.

“Ayo naik,” saya langsung mengajaknya naik ke motor saya.

Dengan senyum yang masih menyembul disela napasnya yang masih ngos-ngosan, Amat mengangguk, dan segera naik di jok belakang. Saya merasakan, ada rasa lega menyergapnya seketika. Saya pun kembali melaju, memboncengnya, melintasi jalanan. Kebetulan tempat kerja saya searah dengan sekolah Amat. Amat adalah tetangga saya, dan saya mengenalnya sebagai anak yang baik, rajin dan patuh pada orang tua.

Di depan pintu gerbang sekolahnya, saya berhenti, bersamaan dengan suara bel yang melengking, tanda masuk. Amat pun turun lalu menghampiri saya ke depan. “Makasih Bang, makasih banget, saya gak kesiangan, saya gak kesiangan,” ucapnya girang. “Makasih ya Bang, makasih.”

Saya mengangguk, tersenyum, ikut senang karena Amat tidak kesiangan.

“Sekali lagi, makasih ya, Bang. Makasih, makasih.” Ucapannya terdengar begitu dalam dan tulus, sebelum akhirnya berlari menerobos pintu gerbang yang sebentar lagi akan ditutup oleh Pak Satpam. Senyum masih merekah di bibirnya. Ceria.

Saya hanya menatap kepergiannya dengan kening sedikit berkerut. Sebuah pertanyaan terlintas di hati, rasanya saya tidak melakukan hal yang luar biasa, hanya mengajaknya naik di motor saya, itu pun kebetulan saja bareng. Tapi, Amat berterima kasih sampai sebegitunya?

Ah, apapun itu, saya bersyukur, bisa menjadi sebab orang lain bahagia. Semoga kedepan, senantiasa diberi kemampuan untuk tetap bisa membantu siapapun yang membutuhkan. Karena, membantu tidak selalu berupa sesuatu yang mewah atau mahal. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain?

Saya alihkan pandangan saya ke langit luas, lalu tersenyum. Ada hangat merasuk ke relung sukma. Sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan, menuju kantor.

--------

Fb: Ari Awalu R

Ig: @awaluromadona

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun